16. ALLUNA & AIZEN
"Aku selalu menunggu waktu dimana kakak bisa nerima aku dan bisa menyayangiku sama seperti kakak-kakak yang lainnya. Sambil berdoa dan berharap kalau waktu itu bisa datang secara nyata dan secepatnya. Aku ingin bisa mengagumi dan membanggakan kak Aizen secara bebas sebagai kakakku."
⋯⊱𖣘⊰⋯
Saat ini Chael sedang berada di sebuah kafe, bersama dengan Eiji. Kedua cowok itu baru selesai menjalankan misi yang cukup berat dan memilih untuk beristirahat sejenak sambil menikmati minuman dingin. Ketika hendak menyeruput ice coffee miliknya, Chael sedikit tersentak ketika mengingat sesuatu yang dia lupakan.
"Ah sial, gue lupa ngerjain tugas pengetahuan PE" gumamnya.
"Dikumpulin besok ya? Mau liat punya gue?" tawar Eiji berbaik hati. Namun Chael menolaknya dengan halus.
"Thanks, tapi gak usah. Gue masih bisa ngatasin kok. Soal-soalnya gampang"
"Sebenernya gue agak heran deh sama tuh guru PE" gumam Eiji membuat alis Chael terangkat.
"Heran kenapa?"
"Harusnya mapel PE itu banyakin praktek. Lah dia yang dibanyakin malah tugas tertulis. Mana jawabannya kalau pendek gak diterima lagi"
Chael tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Setuju dengan apa yang Eiji katakan. Cowok itu menggoyang-goyangkan gelas minuman miliknya lantas mengendikkan bahu. "Yah, gue juga lumayan heran sih... Mungkin karena dia orangnya mageran?"
"Bisa gitu ya?" kekeh Eiji.
Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Chael merasakan kalau gelas di tangannya sedikit-sedikit mulai retak. Ketika cowok itu menatap retakannya dengan mata menyipit, gelas itupun tiba-tiba saja langsung pecah dan hancur berkeping-keping. Meninggalkan sebuah luka gores memanjang di telapak tangannya.
"Haa... gelasnya pecah..." gumam Chael membuat Eiji tersenyum dan geleng-geleng kepala.
"Woi... Woi... Gelas itu bukan tangan target kita, Chael. Gak usah lo pegang nyampe sekuat itu juga dia gak bakal kemana-mana. Jadinya pecah kan tuh?" ujar Eiji.
Tentunya hal itu langsung menarik perhatian orang-orang di sekitar. Alih-alih karena gelas yang pecah, sebagian besar perhatian orang-orang khususnya gadis-gadis tertuju ke arah wajah Chael dan Eiji yang sangat tampan.
Untungnya kafe yang mereka tempati adalah kafe milik keluarga Afthara, dan para pekerja di sana juga mengenali mereka. Sehingga gelas yang pecah tadi tidak menjadi masalah besar. Para pekerja langsung membersihkan pecahan gelas itu, mengganti minuman Chael dengan yang baru, dan meminta maaf atas kurangnya kualitas material yang ada di kafe.
"Naahh kan, tangan lo jadi berdarah" gumam Eiji saat melihat luka di tangan Chael yang masih mengeluarkan darah. Chael menggelengkan kepalanya.
"Ini bukan apa-apa, cuma luka gores kecil"
"Untung gue bawa ini buat jaga-jaga"
Eiji mengambil sapu tangan dan gulungan perban dari saku bajunya. Dikarenakan misi yang dia dan Chael jalankan cukup berat, sebelum pergi cowok itu sengaja mempersiapkan perban di saku bajunya sebagai antisipasi kalau-kalau ada salah satu di antara mereka yang terluka. "Sini tangan lo gue bersihin. Biar gak infeksi"
"Dibilang ini bukan apa-apa"
"Udah cepetan siniin aja tangan lo, bawel banget"
Akhirnya Chael pun mengulurkan tangannya yang terluka ke arah Eiji. Dengan telaten Eiji membersihkan luka gores tersebut lantas membalutnya dengan perban. Sebenarnya baik Eiji, Chael, maupun anak-anak di keluarga Afthara sudah terbiasa melakukan hal seperti ini. Chael juga bisa membalut lukanya sendirian dengan rapi. Tapi Eiji berpikir sesama teman, tidak ada salahnya untuk saling membantu kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN ANGEL
Teen Fiction"Sayapku sudah terlalu hancur untuk dibawa terbang" Namanya Alluna, gadis malang yang terbuang dan diperbudak oleh keluarga kejam. Dipaksa banting tulang dan bekerja di jalanan. Bila pulang tanpa membawa uang, maka konsekuensinya adalah siksaan. Keh...