25. A BETTER HELL

1.2K 80 2
                                    

25. A BETTER HELL

"Bagiku seluruh dunia ini layaknya neraka. Bila aku keluar dari neraka yang satu, maka aku akan masuk ke neraka yang lainnya"

⋯⊱𖣘⊰⋯

"Alluna!"

Setelah berlari cukup jauh, Alluna akhirnya menghentikan langkahnya. Tak ia sangka bahwa Ian benar-benar mengikutinya sampai sejauh ini. Gadis itu pun berbalik dan menatap ke arah Ian dengan wajah yang tak nyaman.

"Akhirnya kamu berhenti juga" ujar Ian. "Kenapa kamu lari?"

"A-Aku cuma ngerasa kalau aku udah ngeliat apa yang harusnya gak aku liat, maafin aku" gumam Alluna dengan kepala tertunduk.

Ian membuang nafasnya gusar seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Memang hal ini bukanlah hal yang seharusnya kamu lihat, tapi ini bukan salah kamu. Ini salahku, maafin aku"

Refleks Alluna melambai-lambaikan tangannya seraya menggelengkan kepala. "Enggak-enggak, gak perlu minta maaf kayak gitu anu... K-kak—"

"Ian, kamu bisa memanggilku Kak Ian" potong Ian yang melihat keraguan Alluna saat hendak memanggilnya.

"Aku dengar kamu pernah memanggil Aizen dan Killua dengan sebutan tuan muda, dan aku tidak mau kamu memanggilku seperti itu. Kamu harus memanggilku kakak, okay?"

Bingung harus menjawab apa, alhasil Alluna pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Iya, Kak Ian"

"Ini pertama kalinya kita mengobrol berdua seperti ini ya? Akhir-akhir ini aku diberikan tugas yang cukup banyak oleh papa untuk mengurus perusahaan, selain itu aku juga harus kuliah, makanya aku jarang ada di rumah dan belum sempat menemuimu. Aku harap kamu memahaminya ya, Alluna" jelas Ian.

Sebuah senyuman terukir di bibir Alluna. Lantas gadis itu pun tersenyum. "Iya, aku mengerti, Kak Ian"

Sebenarnya Alluna sempat berpikir keras. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang lain, Ian adalah satu-satunya orang yang jarang bertemu dengannya. Alluna hanya khawatir kalau Ian sebenarnya tidak menyukainya dan malah menghindarinya.

Namun mendengar penjelasan dari Ian bahkan tanpa Alluna tanya membuat gadis itu entah kenapa merasa lega. Kepekaan, satu hal yang Alluna ketahui tentang kelebihan kakak tertuanya yang satu itu.

Cowok ini benar-benar peka. Saking pekanya dia bahkan kembali mengatakan sesuatu seolah dia membaca seluruh pikiran Alluna.

"Aku tahu kamu adalah orang yang bisa berpikir jauh, tapi sebelum itu aku harus memberi tahu kamu kalau aku tidak akan bersikap keras seperti Aizen sebelumnya. Aku sama sekali tidak mencoba menghindari kamu. Dan sejujurnya aku memang bukan tipe orang yang ekspresif jadi kamu mungkin akan banyak salah paham kepadaku" gumam Ian seraya tersenyum.

Alluna langsung membalas senyuman itu dan menganggukkan kepalanya. "Makasih, Kak Ian. Aku lega denger itu dari kakak"

"Syukurlah..." gumam Ian.

"Ngomong-ngomong kakak cewek yang tadi itu...?"

"Oh iya, ini kali pertama kamu ngeliat dia kan? Namanya Richelle, dia pacarku. Nanti kalau ada kesempatan aku bakal kenalin kalian ya" ujar Ian.

Tiba-tiba ponsel yanga ada di saku bajunya berdering, ketika Ian memeriksa notifikasi yang masuk, helaan nafas terdengar dari mulutnya. Ada pesan dari sang papa agar segera menghampirinya di kantor.

"Astaga, papa benar-benar tidak memberiku istirahat" gumamnya.

Ian lantas menyimpan kembali ponselnya lantas menatap ke arah Alluna. "Maaf, Alluna. Kakak harus segera pergi, Papa nyuruh kakak buat ke kantor"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang