21. DADDY'S

1.4K 93 5
                                    

21. DADDY'S

"Mau itu manusia, setan, iblis, atau monster sekalipun. Ketika seorang laki-laki jatuh cinta. Wanita yang dia cintai adalah malaikat yang paling cantik dan bersinar di matanya."

⋯⊱𖣘⊰⋯

Saat ini Alluna sedang berada di ruangan utama yang paling privat di Manshion Afthara, kamar Charyal. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Sejauh mata memandang hanya kemewahan dan keestetikan yang terlihat.

'Jadi ini kamar papa...' batin Alluna.

Alluna penasaran bagaimana ruangan seluas ini bisa tetap terjaga kebersihannya. Padahal tidak boleh ada satu orang pun pelayan atau pekerja untuk memasuki kamar itu. Bahkan keempat putra pemiliknya pun harus memerlukan izin untuk memasukinya. Dan sekarang ruangan yang sangat privat itu akan menjadi tempat beristirahat Alluna semalaman.

"Kenapa? Hiks... Kenapa aku harus mengalami semua rasa sakit itu? Hiks... Di saat kalian sedang bersenang-senang menikmati kemewahan... aku bekerja di jalanan untuk bertahan hidup dan mencari makan... Hiks... Padahal aku—hiks...salah satu dari kalian... Kenapa? Kenapa...?"

Alluna menundukkan wajahnya yang merah padam saat mengingat kejadian dimana dia mengeluarkan seluruh keluh kesahnya di depan Charyal. Setelah dipikir-pikir itu adalah kali pertama Alluna bertemu dengan sang papa, dan itu juga pertama kalinya Alluna berbicara panjang lebar dengan Charyal.

Lebih dari itu keduanya tidak pernah berbicara panjang lebar dan hanya bertemu saat ada kesempatan atau ada hal penting saja. Itu bukanlah hal yang aneh karena Charyal memang orang yang sibuk. Hebat sekali pria itu hingga masih bisa meluangkan waktu untuk keluarganya sekalipun kesibukannya tidak mengizinkan hal tersebut.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba Alluna merasakan tangan dingin yang menempel di dahinya. Hal itu refleks membuat kedua matanya terpejam. Dan ketika sepasang mata itu kembali terbuka, hal pertama yang ditangkapnya adalah wajah Charyal yang mengamatinya dari dekat.

"Lumayan hangat... Apa kamu demam, Alluna? Muka kamu kok keliatan merah?" tanya Charyal.

"A-Ahh aku... Aku baik-baik aja kok" jawab Alluna gugup.

"Beneran? Kalau ada yang sakit atau ada yang bikin kamu gak nyaman, bilang langsung ya" ujar Charyal yang langsung mendapat anggukan oleh Alluna.

Laki-laki itu kembali berdiri dengan tegak lantas membuka jas yang dia kenakan disusul dengan melonggarkan dasi. Sehingga saat ini dia hanya memakai kemeja putihnya dengan celana bahan hitam. Meskipun Charyal hanya melakukan hal yang biasa, tapi setiap gerak-geriknya terlihat sangat elegan.

Wajahnya terlihat sedikit lelah, namun semua itu tertutupi oleh keanggunannya yang luar biasa. Dari atas sampai bawah, baik postur tubuh maupun apa yang dikenakannya selalu membuat laki-laki itu terlihat seperti seorang model. Benar-benar hebat. Sadar kalau dirinya tengah diperhatikan dengan sedemikian rupa, Charyal lantas menoleh ke arah Alluna.

"Ada apa, Alluna? Ngeliatinnya gitu banget? Apa ada yang kamu butuhin?"

"Eh, enggak, Pah. Bukan apa-apa"

"Apa kamu... Khawatir ketindihan sama badan papa pas kamu lagi tidur?" tanya Charyal dengan nada perlahan.

"Hah? Enggak kok" jawab Alluna seraya tersenyum hambar.

Di saat-saat seperti ini gadis itu merasa diperlakukan seperti anak kucing yang akan mati hanya karena ketindihan.

"Kalau gitu kamu tidur duluan ya. Kamu harus banyak istirahat, biar cepet pulih" ujar Charyal sambil membaringkan tubuh Alluna di kasurnya lantas menyelimutinya.

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang