1. Silent, Please!

3.4K 137 2
                                    

Sahabat dekatku berkata, jika katanya aku itu terlalu lemah. Oke, aku akui memang iya aku lemah apalagi dalam urusan cinta. Bagaimana tidak, bahkan untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya pun aku tak bisa. Tak mampu lebih tepatnya, ada suatu hal yang membuatku berat untuk mengungkapkan perasaanku sendiri. Dan pada akhirnya, berteman kepada keheningan yang menjadi pilihanku. Menyimpan rapat semua perasaanku seorang diri.

"Woi Pril, tuh si Ali nyariin." Bersamaan dengan sebuah sodokan ringan di lenganku membuatku kembali teringat bahwa aku sudah disekolah, tepatnya dikelas.

Mataku seketika melihat ke arah sahabatku ketika mendengar bisikannya. Ali, satu satunya lelaki yang sampai saat ini kekeh mencoba mendekat ke arahku.

Aku mengalihkan pandanganku untuk melihatnya, dan ternyata ketika aku memandangnya dia juga sedang melihatku. Seketika senyuman kecil tercipta diraut wajahnya. Aku hanya bisa tersenyum kecut seakan bingung harus berbuat apa.

"Hai Pril" Sapanya seraya terus melangkah mendekat ke bangkuku. Kurasakan ini terlalu berlebihan, yang sungguh kurang baik untuk jantungku yang entah kenapa sampai sekarang belum bisa terkondisikan.

"Eh.., ha..i.." dan benar, hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut kecilku. Begitulah aku yang masih mencoba biasa saja, namun cacat.

"Gue pinjem tugas Biologi lo ya ya ya ya" Ujarnya, yang sudah seperti sebelum sebelumnya. Setidaknya aku masih bisa membantu orang lain, pikirku.

"Oh.. iya boleh kok, nih" sekalian tanganku menyerahkan buku sampul coklatku pada Ali. Jantungku tiba tiba kembali berdebar ketika Ali mengambil buku tugasku. Dia sengaja mengambil buku tepat dimana telapak tanganku berada, belum lagi senyum lebar yang ia tunjukkan pula.

"Thank you Prilly, gak salah emang gue naksir sama lo. Nanti makan siang gue traktir deh." Tangan kanannya dengan lancang mengacak puncak kepalaku, seketika hatiku sudah rasanya ada yang melambung tinggi atas perlakuan Ali. Tak ingin terlalu terbawa suasana, setelahnya dia beranjak duduk di bangku belakangku bersiap mengeluarkan catatan dan siap menyalin.

"Dasar si Ali bucin, pepet terus !!." Teriak Mila sahabatku dengan lantang ke arah bangku Ali. Dan Ali sama sekali tak menghiraukan ucapan Mila, malah tersenyum manis ke arahku. Apakah kayak gini dinamakan bucin ?

Entah sejak kapan mila selalu bilang Ali se bucin ini padaku. Ali lelaki baik yang tiba tiba memaksa masuk ke duniaku, dunia yang membatasi perasaan yang berhubungan dengan lawan jenis. Jelas saja responku akan sedatar papan kayu. Bahkan Mila selalu menanyakan siapa pria yang kuraksir ataupun pria incaranku, dan selalu berakhir dengan jawaban 'tidak ada'.

Yah, terhitung sejak beberapa bulan yang lalu Ali begitu sering mecoba dekat denganku. Reaksiku masih biasa saja sebenarnya, karena aku mampu menahan perasaanku kepada lekaki. Aku hanya tak ingin menunjukkannya.

***
FLASHBACK ON

Hari kedua masa orientasi putih abu abu terasa lebih melelahkan, ditambah moodku yang sejak pagi memang sudah buruk. Hampir saja, aku kena hukuman karena salah membawa clue snack.

"Silahkan snack penugasannya dikumpulkan pada kakak yang berjalan disekitar kalian" kudengar suara intruksi didepan, aku hanya berdoa semoga snack yang kubawa benar.

"Dek, snack yang ini salah. Yang bener snacknya tinni winni bitti." Bisik kakak yang sedang mengecek milikku. Wajahku panik dan takut seketika, bayangan mencari biodata dan tanda tangan kakak kelas sudah tergambar buruk dikepalaku. Pasrah aja, batinku menyemangatiku.

"Nih kak, punya dia kebawa aku tadi" aku terkejut mendengar suara lelaki di belakang bangkuku seraya menyerahkan snack tersebut. Aku menoleh untuk melihat siapa sosok baik itu, dan aku menerima hadiah tulus darinya.

Seketika aku bersyukur, dengan kakak baik yang memberitahuku serta lelaki tadi yang menyelamatkanku. Aku bertekad setelah ini akan banyak mengucapkan terimakasih kepada dua orang tersebut.

Istirahat tiba, aku yang sudah menahan diri untuk mengucapkan terimakasih akhirnya segera berdiri dan menghampiri lelaki di belakangku.

"Ekhem .." dehemanku berhasil membuatnya mendongak beralih dari ponsel ditangannya, untunglah dia ternyata peka.

"Makasih tadi udah dibantuin" ucapku tulus, aku kembali melihat senyumnya.

"Iya, tapi lo ingetkan di dunia sekarang gak ada yang gratis ?" Senyumku yang tadinya terpasang seketika lenyap.

"Enggak enggak, gue bercanda kok. Jangan serius serius, saling kenal dulu aja." Eh, dia bilang apa?

"Gue Ali, Ali Bayu. Nama lo ?" Ujarnya seraya mengulurkan tangan. Akupun menyambut uluran tersebut karena memang begitu bukan sopannya.

"Aku Prilly Yolandhita" aku berusaha melepaskan tangan namun kurasa masih ditahan olehnya.

"Oke, Prilly. So, buat tanda terimakasih lo pulang MOS mau makan bareng ?" Tawarnya namun masih enggan melepaskan tangan kami.

"Eh .." aku bingung karena tak menyangka jika dia mempunyai sifat seperti ini.

"Tangan Lo nggak akan gue lepas sebelum lo bilang iya" putusnya.

"Yaudah iya" bersamaan dengan tanganku lepas dari genggaman tangannya.

"Good, see u" dia mengacak rambutku setelahnya pergi keluar kelas. Sejujurnya aku masih spechless mendapat perlakuan seperti tadi. Namun aku segera tersadar bahwa aku masih harus berterimakasih pada kakak kelas baik tadi.

FLASHBACK OFF

***

Yah, berawal dari Masa Orientasi Siswa aku mengenal akan adanya sosok seorang Ali Bayu. Sosok yang dulu meninggalkan kesan baik di pertemuan pertama, namun ternyata sifat aslinya lebih menyenangkan. Sejauh ini mungkin perasaanku masih bisa kutahan, dalam artian tidak ada yang mengetahui perasaan lebihku terhadap seorang Ali yang dibilang Bucin.

..........

Hai, aku kembali lagi mencoba meng-halu ria wkwkkw. Semoga suka ! Jangan lupa vote, add library, comment and share ya guys! Kritik saran sungguh diterima.

Nb : sorry banyak maunya.

10 April 2020

Can I've Your Heart? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang