16. Curahan Hati Mahasiswa

591 76 0
                                    

Tandai typo dan kalimat rancu💡

***

Alarm bersuara tatkala jam menunjukka pukul setengah 5 pagi. Melakukan peregangan badan, menata tempat tidur dan segera menuju kamar mandi. Melakukan kewajibanku sebagai umat muslim. Sebenarnya aku berencana kembali bergelung diatas tempat tidur setelah sholat subuh. Namun, mendengar suara cacing diperutku membuatku mengurungkan niat. Beranjak menuju dapur umum, melewati kamar Kia yang masih redup. Pasti masih tidur.

Memanfaatkan pasta yang masih kupunya, kini aku mengolahnya. Sebenarnya cukup sederhana, aku hanya menambahkan bumbu tertentu agar rasanya sedikit berbeda. Tak sampai 1 jam pastapun jadi. Aku memutuskan untuk membuat 2 porsi, untuk diriku dan Kia. Beranjak menaiki tangga, aku menuju kamar Kia.

"Ya bangun, udah hampir setengah 6 tau. Ya ampun!" Teriakku sembari mengetok pintunya berkali kali, tak lama kulihat pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosoknya yang baru bangun tidur. Muka bantal sekali!

"Gue gak sholat Pril, biarin gue tidur sampek siang plis." Mata Kia belum sepenuhnya terbuka.

"Nih aku udah buatin pasta, sana cuci muka dulu ih." Matanya seketika membuka tajam ketika mendengar nama makanan. Dasar Kia!

Kini kami berada di meja makan yang ada di lantai 2 tempat tinggal kami. Kulihat Kia nampak lahap. Jelas saja, kemarin setelah makan malam bersama kami masuk kedalam kamar masing masing untuk istirahat hingga pagi ini. Rekor, tidur lebih dari 8 jam. Setelah akhir akhir ini selalu tidur hanya maksimal 6 jam.

"Gilak, mantab betul mah masakan lo Pril. Juara deh, punya sahabat macem lo. Bangun bangun udah dikasih makanan aja." Ujarnya setelah menandaskan makanan 1 piring.

"Aku lagi mood ngolah makanan aja kali Ya. Bangun bangun laper, gimana lagi. Coba kalo dirumah, tinggal nyomot ayam goreng dimeja makan." Terangku, kulihat ia menatapku sedih. Mengusap punggungku sayang.

"Sabar, minggu depan katanya kan lo balik." Aku hanya mengangguk pelan.

Memang, aku berencana pulang ke jakarta karena hari sabtu-minggu ku kosong tiada agenda. Lagian rasanya kangen sama keluarga.

"Oh iya, katanya lo mau cerita temen SMA lo yang waktu hari pertama Ospek kemaren. Hayoo, cowok lo yaa." Celetuknya mengingatkanku pada sosok Ali. 'Cowok khayalan iya!'

Bahkan 2 hari berturut turut aku tak sempat memikirkan Ali dan mengecek adakah pesan darinya. Mungkin efek Ospek yang menyita tenaga serta fikiranku.

"Dia temen SMA ku, sekelas selama 3 tahun." Beberku sembari masih fokus menghabiskan pasta didepanku. Merasa sebal dengan sikap Ali yang masih juga memberikan feedback atas pesan yang sebelumnya ku kirim.

"Udah? What, penjelasan macam apa sependek itu Pril." Aku tergelak melihat ekspresinya.

"Emang kamu mau penjelasan macam apa sih, Ya." Tanyaku menggoda.

Membereskan piringku, menuju wastafel untuk mencuci piring. Meletakkan pada rak yang sudah disediakan aku kembali duduk disampingnya. Aku menghela nafas menatapnya.

"Kami dekat, sebatas teman selama 3 tahun. Sering cek cok, berantem, saling marahan. Bahkan kami sempet berantem gara gara pilihan jalur undangan jurusan yang sama." Terangku, sedikit menekan nada suaraku saat mengucap kata 'teman'.

Kia nampak serius memperhatikanku, tiada berniat memotong penjelasanku. Apa semua orang akan seperti ini ketika ia kepo. Sebenarnya aku masih enggan menceritakan hal privasi seperti ini, tapi sepertinya Kia termasuk kategori orang yang bisa dipercaya.

"Udah marahan ga jelas tapi ternyata berakhir gak ada yang ambil jurusan itu. Dia janji satu hal sama aku waktu acara pisah kenang di sekolahan, tapi dia tiba tiba menghilang gak ada jejak. Dan ternyata kemaren aku ketemu dia waktu ospek. Bayangin aja segimana kagetnya aku. Tapi intinya, Dia satu satunya cowo yang mau deket sama aku sejak awal SMA sampe lulus kemarin. Bahkan istilahnya udah ku usir buat gak deket deket tapi masih ngeyel." Hah, kenapa aku harus memiliki perasaan sama Ali!

Can I've Your Heart? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang