Can I've Your Heart? [COMPLETED]

34. Arti Hadirnya

Seperti biasanya, tap tombol votenya hehehe sebelum lanjut kebawah 🐥

3,4k word again guys, happy reading ❤

***

Aku melihat jarum jam yang kurasakan melambat, sudah hampir petang namun aku masih tertahan di dalam grima BEM bersama dengan banyak orang. Merutuki kejahilan Andra yang bisa bisanya merekrut aku menjadi kepala divisi humas dalam rangkaian acara pengabdian masyarakat yang rencananya akan diadakan setelah Ujian tengah semester genap ini. Masih lama memang, namun tetap saja membuatku setengah hati mengikuti rangkaian rapatnya.

Harusnya semester 4 ini aku sudah terbebas mengikuti organisasi. Karena nyatanya kepengurusanku di hima sudah berakhir di akhir semester ganjil kemarin. Lagi pula point SKK yang kubutuhkan sudah lebih dari cukup sebagai persyaratan yudisium. Namun nyatanya Andra mengacaukan rencana ku. Dengan menjadikanku kepala divisi pada proker yang dipegangnya. Mentang mentang dirinya menjadi ketua pelaksana kegiatan ini.

"Cuma jadi BPH Humas doang lho, Pril. Apa mau jadi sekretaris aja?"

Andra tahu kelemahanku yang memang tak bisa menolak jika ada yang membutuhkan bantuanku. Jadi dia memanfaatkannya. Dipertengahan liburan tiba tiba dia menelfonku, dan membujukku. Andra mengungkit bahwa diriku sudah menolak tawaran untuk menjadi panitia ospek fakultas semester lalu, hal itu membuat aku akhirnya menerima penawarannya. Bahkan dirinya juga sudah meminta izin dahulu pada Ali sebelumnya. Tentu saja Ali menyerahkan semua keputusan ditanganku. Apa mungkin semua laki laki akan seperti itu? Maksudku, kenapa kalau dirinya memang tak suka ya seharusnya dia bilang dari awal. Bukan setelah menyerahkan penuh kepututusannya padaku, tiba tiba marah tak jelas dan berakhir mendiamkanku setelah tahu jawaban aku menerimanya.

"Lusa, minta tolong divisi humas segera sebar poster kegiatannya di setiap fakultas yang ada di kampus. Nanti biar kita segera seleksi buat calon volunteernya."

Badanku rasanya sudah pegal ingin segera merebahkan diri. Karena kuliahku hari ini sudah dimulai sejak pagi. So, jangan tanya penampilan ku seberapa kucelnya. Sudah lah memang aku tak peduli, karena yang kubutuhkan sekarang adalah pul-

"Humas?"

Aku terkesiap karena Andra menyebut divisiku. Tak tahu tadi apa yang mereka diskusikan. Namun malah kepalaku seketika mengangguk begitu saja. Melihat setajam apa tatapan yang kudapat dari hampir setengah manusia yang ada di ruangan ini. Gampanglah nanti aku bisa menanyakan padanya nanti.

Rapat koordinasi selesai, akhirnya aku bisa pulang. Aku segera berjalan keluar, mengejar waktu sebelum adzan magrib benar benar berkumandang. Andra yang tiba tiba mensejajarkan langkahnya denganku berniat menawarkan mengantarku pulang. Dengan kurang ajarnya dirinya mengungkit cerita horror yang pernah terjadi disini sehingga mau tak mau membuatku bersedia diantar olehnya. Untungnya dia membawa motor, karena akan terasa lebih cepat dibanding dia mengantarku menggunakan mobil. Namun, siapa sangka aku banyak mendapat tatapan sinis dari beberapa perempuan yang tengah duduk bergerumbul diarea sekitar parkiran gazebo kampus yang dekat dengan fakultas kedokteran. Sepertinya memang setiap pilihan yang aku ambil akan selalu menerima resikonya.

Disepanjang perjalanan kami menyusuri jalan sigura gura, aku dengan tidak tahu malunya menanyakan apa saja yang tadi Andra bicarakan terkait progres divisi humas. Tapi menurutku ini lebih baik dibanding aku lupa menanyakan sekarang dan berakhir dadakan panik di kemudian hari. Andra sempat mengomel panjang sebelum akhirnya menjelaskan semua jobdesk yang harus divisiku lakukan untuk pekan ini. Kesabarannya memang patut diacungi jempol. Dan harusnya lelaki sebaik Andra mendapatkan pasangan yang bisa mengimbanginya. Dimana tentu saja bukan aku, aku terlalu rumit untuk Andra sederhanakan.