6. Masih Peduli

813 100 0
                                    

Jangan lupa follow akun ini, tandai typo dan kalimat rancu 💡

***

Sejak saat dimana aku meminta Ali menjauhiku, jujur kurasa ada yang hilang. Bahkan lihat saja Ali sekarang, dia sudah bersikap biasa saja padaku. Bahkan tak jarang dia bersama Agatha. Kenapa rasa ketidakrelaan itu kuat banget yah, jangan sampai ada orang yang tanda.

Dan hari ini adalah hari pelaksanaan kunjungan extrakurikuler yang sudah direncanakan beberapa minggu yang lalu. Agendanya cukup santai menurutku, karena setelah agenda kunjungan ke kebun coklat malam harinya kita mengadakan makrab dan baru akan pulang esok harinya.

"Udah lengkap semuanya ? Gak ada yang ketinggalan lagi kan ?" Tanya kak Kelvin sebelum aku naik kedalam bus.

"Udah kak." Sahutku seraya mengangguk.

"Yaudah sana masuk, inget jangan nyalain AC nya kenceng kenceng sama jangan lupa kabarin ayah bunda kalau udah nyampe sana. Gue balik ya, jaga diri baik baik." Ujar kak kelvin sebelum dirinya beranjak, tak lupa ia sempat memelukku singkat.

Perlahan motor kak kelvin beranjak semakin jauh, aku mengalihkan perhatian ke sekitar mencari cari seseorang yang bisa mungkin ku ajak untuk duduk bersama di bus. Tak lama kulihat Jeje berjalan ke arah ku, akupun melambaikan tangan ke arahnya.

"Yuk barengan, kata Ali udah dinamain di tempat duduknya." Jeje datang dan mengajakku naik ke bus. Keinginan memilih bangku dan teman duduk pun pupus, sebenarnya ada keinginan menanyakan dimana Ali tapi entah pertanyaan itu enggan muncul.

Didalam bus, perlahan ku mengecek nama nama di setiap bangku kosong bus yang tersisa akhirnya dapat di bagian sedikit belakang. Kulihat sampingku tidak ada namanya hanya kertas putih kosong, apa ini artinya aku akan duduk sendiri ?

Belum sampai menemukan jawabannya aku merasa seseorang duduk disampingku, aku menoleh cepat saja. Dan begitu kagetnya ternyata Ali yang duduk disampingku, tak mau berbohong bahwa rasa senang itu menyelinap.

"Gak ada yang marah kan gue duduk disini ?" Tanya Ali memecah keheningan yang terjadi.

"Eh.. enggak." Jawabku gugup, tapi asli sebenarnya aku senang.

"Tenang aja, gue punya komitmen buat gak rebut cewek orang kok." Aku agak lama mengingat bahwa aku menggunakan alasan sudah ada cowok lain agar Ali menjauhiku.

"Iyalah, lagian kan udah ada Agatha juga." Ceplosku karena kesal mendengar penuturannya tadi. Setelahnya kami kembali hening.

Ini kali pertama aku kembali berbincang dengan Ali setelah kejadian seminggu yang lalu. Sebab, selama 1 minggu itu aku selalu datang terakhir dan langsung pulang. Ayah mengantar jemputku selama 1 minggu itu.

Perjalanan berlangsung selama 3 jam, dan selama itu aku berusaha menahan kantukku. Berkali kali terkantuk jendela bus, dan juga tak sengaja bersandar di pundak Ali. Terkutuklah ide bodohku yang malah mencoba bersandar dibahu Ali dengan berpura pura tidur. Kurasa tak ada penolakan bagi Ali, bahkan sekarang aku merasakan Ali membenarkan letak kepalaku pada bahunya. Sederhana banget ya bikin aku bahagia. Dan memang dengan tak tahu malunya aku memejamkan mata secara nyata menyelami alam mimpi dengan perasaan bahagia.

Tepukan pelan pada pipiku seakan membawaku sadar jika ternyata perjalanan sudah sampai. Aku menegakkan badanku cepat memandang Ali, berusaha menutupi sandiwara yang berkelanjutan tadi

"Eh sorry Li, aku tidur nyender ke kamu ya ?" Ujarku sok polos.

"Gapapa, gue ikhlas jagain pacar orang kok." Ehh, masih bahas itu juga Ali.

"Yuk kebawah." Dan dengan patuh aku mengikutinya sebab ia menarik tanganku lalu menggenggamnya, kenapa rasanya pas banget keliatannya ya genggaman tangan aku sama Ali.

Can I've Your Heart? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang