2. Tragedi Susu Kotak

1.4K 115 2
                                    

***

Tahun kedua ku di masa Abu abu ini aku masih memutuskan untuk aktif di organisasi Kelompok Ilmiah Remaja dengan jabatan sebagai sekretaris. Sehingga disinilah aku sekarang, di basecamp sambil menunggu jam ektrakurikuler berlangsung.

Sebenarnya dengan jabatan yang aku punya, tidak mengharuskan aku untuk hadir. Namun entah kenapa aku ingin hadir, mungkin karena ingin memanfaatkan kesempatan yang ada. Kesempatan bisa kenal dan akrab dengan siapapun, karena jujur tak mudah bersikap ramah.

"Nih minum, jangan ngelamun mulu" Ali menyodorkan sebuah minuman susu kotak rasa coklat padaku, hatiku merasa menghangat sebab Ali selalu berusaha berbuat baik kepadaku. Dan ini salah satu dari banyak hal kecil yang dia sering lakukan.

Aku tersenyum seraya mengambil susu kotak tersebut dari tangannya. Namun, ternyata Ali mempermainkan aku dengan memindahkan susu kotaknya ke tangan kirinya.

Aku mendengus kesal. Mencoba sekali lagi mengambil di tangan kirinya namun meleset. Kini ia menyembunyikan susu kotak tersebut di belakang badannya.

"Ali ihh! Niat ngasih nggak sih ?" Aku memang tahu sifat jahil Ali tak akan pernah bisa pudar bagaimanapun caranya.

"Nih .. nih .. massa baru gitu aja udah nyerah, gue aja ga nyerah kok buat deketin lo" sambil membawa kembali susu kotak tersebut ke tangan kanannya. Akupun lantas tersenyum, namun masih tetap siaga. Berjaga jaga pasti Ali kembali menjahiliku.

Happ ...

Brukk ...

Jantungku kembali tidak bisa kukendalikan. Dengan sifat jahil yang Ali punya ia kembali menyembunyikan kotak susunya ke belakang badannya. Aku yang sudah mengambil ancang ancang dan terlalu bersemangat malah membuat kami jatuh kebelakang mentok ke lemari ruangan ini. Namun dengan posisi seperti aku memeluknya.

Satu tangan Ali ada di pinggangku, mungkin karena dia reflek takut aku hampir jatuh. Eh ralat, sudah jatuh bahkan. Kedua tanganku pun otomatis bertumpu pada bahu Ali, berniat agar tidak jatuh.

Beberapa detik berlalu namun kami masih dalam posisi tersebut, pandangan mata kami saling terkunci. Entah mengapa aku rasa ada yang beda soal perasaanku sekarang.

"Ali.. Prilly.. kalian ngapain ?" Suara Jeje menyadarkan kami serta menyadarkan posisi kami yang terlihat kontra baginya. Kami memperbaiki posisi, merasa canggung.

"Ngapain Je disini ? Oh ya nih Pril minum Lo" Ali terlihat merilekskan fikiran dan berusaha merobohkan tembok kecanggungan yang terbentuk.

"Adek adek nya udah pada masuk, gue kesini mau nawarin Lo mau ngasih sambutan atau enggak ?" Jelas Jeje yang kembali biasa, menyisakan aku yang masih diam.

"Eh .. oh .. soal itu. Langsung aja kasih materi, ntar gue masuk sebelum pulang aja. Gue mau beresin proposal kunjungan bulan depan dulu." Terang Ali sambil melihat ke arahku, mungkin meminta suara dukungan.

"Ehm, iya Je. Ali mau bantuin revisiin proposalnya" jawabku sekenanya.

"Okedeh kalau gitu. Baik baik ya berdua benerin proposal, awas aja kalau macem macem. Gue laporin Bu Sofia kalian" gertak Jeje kemudian meninggalkan kami berdua. Dan menyisakan hening.

"Kamu sih, pake jahil segala. Kan jadi jatoh akunya, Jeje juga ngelihat tadi. Gimana kalau dia nyebar gosip." omelku tak tahan akhirnya keluar.

"Yah sorry Pril, gue kan emang kebiasaan jahil. Yaudah yuk beresin proposalnya, biar besok bisa langsung dimintain ttd." Ini yang aku kagumi dari Ali. Disamping sisi jahilnya, dia menyimpan sosok pemimpin menurutku.

Ngomong ngomong, Jeje tadi teman seangkatan kami yang dipercaya sebagai sie penyampai materi di organisasi kami, sedang Bu Sofia yang sempat terbawa tadi merupakan Pembina organisasi kami.

Dan, pernahkah kalian berfikir alasan Ali masuk Organisasi ini ? Sebenarnya aku masih kurang percaya, but Katanya sih dulu karena aku. Yah alasannya sedikit banyak membuat rasa dicintai seseorang itu muncul.

****

FLASHBACK ON

3 bulan setelah berakhirnya UTS di semester pertamaku, kini aku dibingungkan sebab diharuskan mengikuti ekstrakurikuler. Yah, gimana nggak bingung ? Aku seperti tidak merasa punya bakat.

Setelah berputar putar di alam fikiran, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar pada Kelompok Ilmiah Remaja. Setidaknya ilmu penyusunan makalah, proposal, maupun karya tulis pasti akan berguna untuk kedepannya, fikirku.

"Jadi gabung dimana Pril ?" Tanya Ali yang sekarang sudah ada di sampingku.

"Gabung di KIR, Li. Kamu sendiri ?" Jawabku jujur, kulihat Ali tersenyum ketika aku balik menanyainya.

"Sama kaya Lo" jawabnya sambil membuka catatan kimiaku.

"Kamu ngikutin aku ?" Tanyaku padanya spontan.

"50% iya, 50% enggak" jawabnya masih terlihat mengamati setiap lembar catatanku.

"Iya nya kenapa, enggak nya kenapa ?" Rasa ingin tahuku terlihat meningkat.

"Pingin tau alesannya ?" Tanyanya kini menoleh menatapku, membuatku mengangguk otomatis.

"Sini .." ujarnya seraya mendekatkan diri padaku, entah kenapa aku hanya diam seperti layaknya patung. Wajahnya semakin mendekat di depan wajahku, tatapannya keliatan serius.

"Jangan suka kepo" bisiknya pelan, membuatku merinding. Seketika aku mendorong pelan bahunya kebelakang.

"Aliiii!!!!!!!!" Teriak ku yang dibalas dengan tawanya yang kencang mengudara. Kulihat dia terpingkal pingkal melihat raut wajahku yang kini terlihat marah.

"See u in there, prill. Gue duluaann" dia mengacak rambutku pelan seraya mengatakannya. Kemudian sosoknya pergi menghilang keluar dari kelas.

***

Beberapa saat setelah itu, aku mendengar dari dirinya sendiri perihal alasannya masuk di oragnisasi ini. Ia mengatakan ada 2 alasan.

"Alasan pertama berhubungan dengan gue yang sedang pdkt sama lo" Ali mengucapkan nya sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya, sesantai itu memang seorang Ali Bayu

"Alasan kedua karena gue tahun depan mau jadi ketua di organisasi ini. Biar kelihatan keren dan lebih famous gitu." Kukira ada alasan yang lebih bermoralis ketika ia mengucapkan ingin menjadi ketua nya, namun ternyata membuatku menyesal mendengarnya.

Berawal dari organisasi itu, aku dan Ali semakin dekat. Dan yah, aku berusaha menutupi perasaanku setiap aku mendengar lontaran gombalan darinya. Jujur, aku senang mendengarnya. Namun entah mengapa alasan menutupi serta mengacuhkannya lebih kuat mendukung.

Posisi yang sekarang aku milikipun sebenarnya aku curiga dengan Ali, curgia bahwa Ali yang sudah merencakan semuanya. Tapi hatiku tetap mendorong menerimanya.

....

-15 April 2020

Can I've Your Heart? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang