25. Scrapbook

545 76 7
                                    

***

Salah satu sifat Kia yang kurang ku sukai adalah dia yang suka menggampangkan suatu hal. Saking seringnya ia lakukan membuatku tak ingin lagi lagi memberikan nasehat. Ya, gak berguna juga berhubung sifat Kia yang jika di ceramahi masuk kuping kanan terus keluar kuping kiri. Selalu hanya lewat begitu saja.

Dan sekarang lagi lagi terjadi. Hari ini, pukul 4 ada kegiatan pra penmas -pengabdian masyarakat- yang wajib di ikuti semua anak angakatan kami dengan barang bawaan wajibnya berupa handout materi tentang bahasa jawa. Iya, akhirnya ada fasilitas buatku untuk belajar bahawa jawa. Beberapa hari sebelumnya sempat ku menanyakan alasan kelas ini diadakan pada Andra. Kata Andra, desa yang nantinya akan dipakai untuk kegiatan pengabdian kami berada di salah satu kabupaten Malang ujung selatan. Mayoritas masyarakatnya sudah pasti menggunakan bahasa jawa untuk komunikasi. Dan banyaknya keaneka ragaman mahasiswa, dan belum tentu semuanya dari jawa makanya kegiatan ini dilaksanakan.

Kembali ke permasalahan Kia, dengan sifatnya yang suka menggampangkannya jelas saja hari ini dia lupa mencetak handout materinya. Padahal semalam ketika kami mengerjakan tugas bersama di ruang tamu, aku sudah mengingatkannya. Kelas kami untuk hari ini juga memang lumayan padat, dari pukul 8 pagi dan selesai pada pukul 3 sore. Belum lagi agenda lapar yang tak bisa ditunda. Sehingga pada pukul setengah 4, Syakira dengan bar bar langsung menarikku untuk menemaninya mencetak handout materi sesaat setelah kami selesai sholat.

Parahnya lagi, koperasi fakultas sudah tutup di jam segini. Membuat Syakira memaksaku untuk menemaninya berlari ke kopma kampus yang letaknya lumayan membuat nafasku tersengal sengal ketika diajak Syakira berlari. Rok yang ku gunakan tentu saja sedikit mengangguku untu berlari.

Kami berdua kemudian masuk kedalam kopma. Syakira nampak panik ketika semua komputer sudah penuh, hal ini mengartikan Kia harus mengantri untuk bisa mencetak handout materinya, yang jika kutebak pasti memakan waktu lebih lama.

"Njir, antri Pril. Gimana dong." Raut Syakira terlihat malas dan kesal.

Aku mengedarkan pandangan ke arah orang orang di depan komputer. Membuatku menatap Kia sambil mengendikan bahu. Karena aku sadar, mengomeli Kia di waktu sekarang bukan pilihan yang baik. Aku pun sebenarnya juga takut jika kami terlambat. Akan ada sanksi bagi yang terlambat tanpa izin terlebih dahulu. Sedangkan izin terlambat bisa dilakukannya maksimal H-1 jam. Sedangkan sekarang. What the...

20 menit lagi!

"Loh, disini juga Pril?"

Aku tersentak saat ada yang memanggil namaku. Membuatku menatap ke arah lelaki yang sudah berdiri di sampingku sedang menatapku. Astaga kenapa dunia sempit sekali rasanya. Dari sekian banyak tempat di kampus ini kenapa bisa Ali juga ada di kopma ini. Lagian fakultasnya juga sangat jauh dari sini.

"Eh iya Li, kamu lagi print sesuatu juga ya?" Tanyaku berbasa basi.

Ali mengangguk. "Iya, bentar lagi selesai sih. Untung aku sama temenku udah dari tadi datengnya, kamu mau sekalian nitip?" Aku tersenyum mendengar tawaran Ali, dia akan selalu berbuat baik selagi ia bisa. Aku dengan cepat menggelengkan kepala, lagian Kia yang butuh, bukan aku. "Aku kesana bentar ya. Udah mau selesai kayanya." Pamit Ali membuatku mempersilahkaannya. Ali segera menghampiri temannya yang sedang duduk fokus pada komputer.

"Pril.. Pril.." Panggil Kia sambil mencolek lengan atasku.

Aku hampir melupakan jika ada di sampingku. Membuatku menoleh ke arahnya. Firasatku tiba tiba kurang enak melihat tatapan lain Kia.

"Titipin buat print-in handout gue ke Ali ngapa? Keburu telat kita." Nah kan benar. Aku menghembuskan nafas kasar.

"Bilang aja sendiri, kamu yang butuh." Sewotku otomatis. Lagian tadi aku juga sudah menolak tawaran Ali. Massa aku harus menarik omonganku?

Can I've Your Heart? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang