Jangan lupa follow akun ini, tandai typo dan kalimat rancu 💡
***
Sejatinya manusia memang hanya bisa berencana, hasilnya bagaimana hanya tuhan yang berhak menentukan. Yup. Aku sama sekali tak pernah berfikir jika saat ini sedang bersama Ali. Menikmati suasana tenang, meneduhkan.
"Nih, kelapa mudanya." Ali datang dengan dua kelapa muda ditangannya. Tak terasa aku menelan ludah memikirkan bagaimana segarnya air kelapa muda itu ketika nanti membasahi kerongkonganku.
"Makasih, Li." Ujarku mengulurkan tangan mengambil kelapa muda tersebut, mencicipnya ternyata rasanya segar.
"So, gimana?" Ujar Ali kini tengah duduk disampingku.
Oh iya, sekedar informasi setelah merasa tadi puas menaiki tangga dan menikmati pemandangan dari sana Ali mengajak kami menuju area pantai. Namun karena aku merasa matahari masih lumayan terik aku meminta Ali untuk duduk di sebuah gazebo yang disediakan di area pantai. Dan munculah ide minum es kelapa muda dari Ali.
"Gimana apanya?" Jawabku masih fokus dan santai memakan daging kelapa.
"Pendaftaran SNMPTN." Ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dariku, aihh kok jadi salting sih Ali liatin terus.
"Oh, kan kemaren udah kita bahas ditelfon." Jawabku namun masih enggan menatapnya.
"Masih belum puas." Sahutnya, kini mengalihkan pandangannya. Aku hanya diam, bingung entah mau menyahut apa. Merasa belum ingin Ali tahu akan pilihan yang telah ku tetapkan.
"Pril," Panggilnya beberapa saat kemudian.
"Apa.." ujarku menoleh namun belum selesai berucap.
Cekrek
"Ali, ih. Nyebelin." Aku memukul lengannya pelan, dia tiba tiba memotretku asal. Dia hanya tertawa mendengar suara gerutuanku. Kulihat ia mengamati hasil bidikan usilnya.
"Tetep cantik kok." Ujarnya sambil menunjukkan kearahku, tapi tetap saja langsung menyembunyikan ponselnya lagi ketika aku hendak meraihnya. Jelas saja merasa tak terima karena itu bisa jadi foto aib ku kalau ekspresiku terlihat not nice.
"Lagian diajakin ngobrol malah sibuk makan, lihat tuh pipi. Makin chubby." Ujarnya sembari meraup pipiku. Membuatku meringis kesakitan dan segera melepaskan diri.
"Biarin, yang penting bahagia. Wlee." Ujarku dengan wajah kesal kearahnya.
"Gak mau nanyain aku daftar dimana nih?" Ujarnya, sebenernya aku kepo dari kemarin tapi rasanya gengsiku lebih berkuasa. Merasa tidak berhak menanyakan hal tersebut.
"Aku gabakal maksa mau tahu, tapi semisal kamu ngasih tau aku pasti dengerin." Aku hanya tak mau jika aku menuntut tahu dimana Ali daftar, dia juga akan menuntut tahu dimana aku daftar.
"Aku ambil FTTM ITB." Jawabnya santai, membuat aku terkejut. Sebab ITB adalah kampus yang selama ini belum ada alumni dari SMA kami. Ali, mau coba bunuh diri !
"Kenapa.." Ujaranku terpotong olehnya.
"Kenapa baru bilang sekarang lagi?" Ujar Ali membuatku seketika terkekeh. Mengingat akan aksi jahilku beberapa waktu lalu.
"Apasih kok baper. Makanya jangan asal potong. Maksudku tadi mau bilang kenapa kamu nekat, kan tahu sendiri belum ada alumni dari tahun ke tahun yang nyantol kesana." Ujarku, khawatir. Kini nyatanya pilihanku dan dia sangat berlawanan arah, aku ketimur dan dia kebarat. Apa ini kode jika kami memang ditakdirkan saling meninggalkan?
"Gak tahu, tiba tiba pengen aja." Ujar Ali, menghela nafas. Aku melihat tanda kebingungan dari pancaran matanya.
"Maaf ya, harusnya aku enggak egois. Ngebuat kamu ngerasa bersalah kayak gini." Ungkapku sekarang juga menyentuh lengan Ali, membuat Ali menatapku. Dan segera aku melepaskannya ketika Ali menatap tanganku yang ada di lengannya. Aih, memang nih tangan gak bisa diem! Kan tengsin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I've Your Heart? [COMPLETED]
Fiksi Penggemar(Follow dulu sebelum membaca, adalah salah satu sikap dari pembaca yang cerdas 👌) "Aku yang hanya bisa memandangimu tanpa berani mendekatimu. Aku yang selalu jadi pengamatmu yang tak pernah kau sadari. Aku yang selalu berusaha menggapaimu dalam dia...