Bertubi-tubi

1.2K 90 6
                                    

Ajeng POV

Sudah beberapa hari ini si mbok tidak update kabar tentang Tyo, dan aku terlalu sibuk dengan pekerjaan baruku sebagai assistant baker, terus terang aku sangat menikmati kesibukan yg sekarang sedang kugeluti, membantu mengalihkan pikiranku yg akhir-akhir ini kuhabiskan untuk memikirkan masalah perceraianku dengan Tyo.

Secepatnya aku membutuhkan seorang pengacara yg bisa melegalkan perceraian secara hukum, tapi tabunganku kian menipis dan pastinya butuh uang banyak untuk mengurus perceraian, sementara Tyo yg punya segalanya itu, akan dengan mudah menyewa seorang pengacara hebat untuk melawanku. Dengan pekerjaanku yg sekarang sepertinya butuh waktu yg lama untuk mengumpulkan uang, sementara aku tidak mau menjadi beban buat Vlo, biar masalahku ini ku selesaikan sendiri. Aku hanya butuh dukungannya dengan tetap disisiku, agar aku tidak merasa berjuang seorang diri.

Rencananya besok siang saat jam istirahat aku akan coba menghubungi si mbok untuk menanyakan update tentang Tyo, jika memungkinkan aku akan mulai mencari rekomendasi pengacara yg bisa membantu mempercepat proses perceraian.

*******

Vlora POV

"yank.. " seruku memanggil Ajeng yg sedang sibuk di dapur

"yaa.. Apa?" sahutnya sambil memotong beberapa buah untuk ngemil

"lg ngapain disitu?...sini" ucapku mengundangnya sambil menepuk sofa disebelahku

"iya sebentar, ini lg potongin buah buat km.. " jawabnya

"knp?" lanjut Ajeng bertanya sambil menghampiriku dengan membawa piring yg berisi potongan buah

"pengen ngobrol... " ujarku dengan tangan yg menyomot potongan buah

"kamu jadi cari pengacara?" lanjutku bertanya dengan mulut penuh

"kalo lg makan tuh jangan ngomong... Oneng" sahut Ajeng

"iya gmn jadinya.. " lanjutku lagi sambil buru2 mengunyah buah yg tersisa dimulut

"nanti aku cari, sambil nunggu kabar terbaru ttg kondisi Tyo" jawabnya santai

"aku bantu cari pengacaranya ya.. " seruku bersemangat

"ngga usah, nanti aku cari sendiri syg" sahutnya

"hmm.. Ywdh, kalo butuh apa2 bilang ya yank" ucapku sambil menyomot buah dipiring

"iya, habiskan yaa.. Aku udah mau sikat gigi" sahutnya sambil menuju wastafel

Ajeng terlihat tenang menghadapi proses cerainya, sekalipun aku tahu dia menyimpan beban namun selalu ingin terlihat tegar didepanku. Mungkin aku harus mulai cari informasi ke beberapa kenalanku sekiranya ada rekomendasi pengacara agar bisa membantu Ajeng lebih cepat  menyelesaikan masalahnya.

Seperti biasa kami kembali beraktivitas, mulai saat bangun pagi lalu sarapan, berias bersama, hingga aku mengantar Ajeng ke toko roti tempatnya bekerja.

Dipagi hari, Ajeng mencoba menghubungi si mbok selama perjalanan menuju tempat kerjanya, dengan perasaan sedikit was-was aku berharap ada kabar baik utk Ajeng, aku dan kita. Akan tetapi sepertinya Ajeng tak mendapat jawaban telepon dr si mbok, berkali-kali aku melihatnya mengulang tombol dial yg sama kemudian mematikannya lagi.. Dr raut wajahnya, Ajeng terlihat sedikit kesal namun aku berusaha menenangkannya dengan alasan mungkin si mbok sedang sibuk atau hpnya sedang di charge.

Beberapa hari setelah Ajeng bekerja pada toko roti itu, aku baru sadar bahwa aku belum pernah mencicipi roti-roti yg dijual disana, hingga akhirnya kuputuskan untuk membeli beberapa jenis roti dari toko tersebut. Setelah selesai membayar aku berpamitan dengan Ajeng lalu menuju ke arah kantor dan memulai aktivitasku.

Tiga Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang