A ticket to love

1.1K 94 11
                                    

Flashblack on...

*****

Ajeng POV

Sesampainya di Jakarta, dari bandara sebuah taxi mengantarku langsung menuju apartment.. Entah bagaimana aku menghadapi Vlo dengan tampilan wajah dan tubuh yang penuh lebam ini. Sakit yang kuderita seolah tertutupi oleh rasa khawatirku akan reaksi Vlo nanti..

Yaa Tuhan, semoga dia tidak marah, sejauh aku bersamanya belum pernah kulihat Vlo meluapkan amarahnya, aku merasa takut jikalau nanti emosinya lebih daripada yang kubayangkan.

Sepanjang perjalanan, disamping rasa khawatirku akan reaksi Vlo, aku mengucap syukur kepada Tuhan karena bisa lolos dari kejaran anak buah Tyo, finally akhir dari bayang-bayang Tyo yang selama ini menjadi momok dalam hidupku...

Turun dari taxi, aku berjalan tertatih menuju pintu masuk, dengan kepala tertunduk karena menghindari tatapan orang lain. Aku tidak ingin orang lain tahu masalah hidupku atau salah faham saat melihat lebam diwajahku, terlebih akupun enggan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi.

Untuk sekedar beramah tamah saja aku butuh waktu, terutama kepada orang yang baru kukenal.

Dengan aman aku sampai di apart, belum kulihat tanda-tanda Vlo pulang, aku bergegas membersihkan badan, mengobati luka ditubuh serta wajahku. Sebab terlalu lelah untuk menyiapkan makan malam, aku memilih duduk disofa sambil menunggu kedatangan Vlo.

Setengah jam kemudian, pintu apart terbuka, Vlo pulang... hatiku bergemuruh gaduh...

"Hai yank..." sapanya sambil menggantungkan mantel dibelakang pintu, lalu melepas sepatu dan dia berjalan menghampiriku yang sedang duduk disofa sambil tertunduk..

Hampir seluruh wajahku tertutupi rambutku yg panjang bergelombang, sekejap dapat kurasakan sentuhan lembut dari tangannya menyentuh daguku dan mendongakkan wajahku kehadapannya..

"Oh my God!" tanya Vlo kaget

Entah kenapa tiba-tiba airmataku perlahan jatuh, aku sangat takut sekali Vlo akan marah karena sudah kubohongi hari ini, terlebih saat dilihatnya luka pd wajahku..

"ka kamu ke napa... yankkk.." suara Vlo bergetar, dari matanya terpancar kepanikan...

"k..kkenapa jadi begini sih?!" lanjutnya dengan suara lantang... melihat wajahku yang babak belur seolah baru menyelesaikan sebuah pertandingan tinju, tangannya yg gemetar berusaha menyentuh lukaku tapi kemudian ditahannya, kulihat dia mengepal kedua tangannya seakan mengumpulkan 3000 tenaga kuda yg dimiliki setiap wanita saat emosi.

Aku hanya terdiam dan meneteskan airmata, tanpa bisa menjawab rentetan pertanyaan yg vlo ajukan.

Perlahan vlo melangkah menuju kamar mandi, lalu mengambil P3k yang ada dilemari, tangan satunya meraih handuk kecil yg tak jauh dr tempat kotak P3k, lalu dia ke dapur untuk mengambil wadah guna menampung air hangat yg diambilnya dari dispenser untuk mengompres lukaku..

Vlo berjalan mendekat, kedua tangannya penuh membawa obat-obatan untukku, untuk beberapa saat vlo hanya terdiam, sambil tangannya sibuk mengobati lukaku, tp justru diamnya vlo menyiksa batinku, seolah menggambarkan betapa kecewanya dia pdku, perlahan airmatanya jatuh satu persatu membasahi tanganku yg bertumpu diatas pahaku. Aku menyeka airmatanya dengan kedua tanganku, hatiku perih menyaksikan airmata vlo yg membasahi pipinya.

Sambil berkaca-kaca kulihat matanya terbelalak ketika dia melihat bahwa lengan dan tubuhku juga dipenuhi lebam, bibirnya makin kelu, tak sepatah katapun keluar dari sana, hanya tangannya yg bergerak dengan lembut membasuh lukaku dan mengolesi obat diatasnya, sesekali dia meniup lukaku, karena takut aku kesakitan saat lukaku diobati.

Tiga Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang