HAPPY READING 📖
------------------------------------
"Hey, Nona Nakal!" Berkutat dengan bahan-bahan makanan yang baru saja dibeli, Zoe membalikkan badan, mencari asal suara yang tengah memangil seseorang. Mendapati Jay sedang berkacak pinggang di depan meja pantry, ia mengerutkan dahi.
"Kau memanggilku?" Zoe menunjuk dadanya sendiri, memastikan Jay tidak salah memanggil.
"Jelas saja kau. Kalau tidak, aku memanggil siapa, sedangkan hanya ada kau dan aku di sini!" Bernada ketus, ia melanjutkan. "Sekarang persiapkan keperluanku untuk berpetualang tiga hari. Nanti aku akan pergi."
"Waw, ke mana?" tanya Zoe antusias. Kalau sudah begini, rasanya ia mau ikut.
"Ke mana-mana hatiku senang." Lalu beranjak pergi.
"Eits, wait, Mr. Gould!" Zoe terpekik tanpa sadar, kemudian berlari menghalangi jalan Jay. "Kau pasti membutuhkanku, jadi ...."
"Aku tidak butuh kau. Kau tinggal di sini. Jaga apartemen ini sampai aku pulang. Saat aku pulang, aku mau apartemen ini tampak rapi dan tidak berantakan karena ulahmu. Ted juga dijaga. Jangan karena kau senang-senang di sini, Ted ditelantarkan. Melihatnya mati, aku akan menuntutmu." Wajah imut itu tiba-tiba merenggut, menunduk.
"Aku pikir—"
"Sayangnya pikiranmu salah. Sekarang pergilah siapkan barang-barangku. Kalau masih belum selesai, aku akan memotong gajimu atau gajimu tidak kubayar." Lalu melangkah pergi meninggalkan Zoe yang menunduk sedih.
"Apalagi, sih, salahku? Aku hanya bercanda, bangsat!" (Wkwkwkw aing ngakak 🤣) Zoe menghentakkan kaki, kesal sekaligus marah. Sayangnya umpatan itu hanya ia yang dengar. Demi apa, ia tidak mau Jay mendengarnya dan mengatainya tidak sopan walau memang itu kenyataannya. Kekesalannya berlipat ganda dan ia harus ekstra sabar menghadapi lelaki sensitif ini.
Ia mendongak lalu tersenyum lebar. Memberikan kesabaran kepada hati suci murninya walau sudah ternodai. "Ayo, kita kemas barang tuan pemarah!" Ia berlari kecil, menemui Jay untuk bertanya banyak hal.
***
"Ini saja?" Ia memasukkan beberapa peralatan mandi ke tas. Tatapannya jatuh pada Jay yang berbaring malas di ranjang sembari bermain ponsel.
Jay melirik sekilas. "Coba sebutkan apa saja di dalam tas itu."
Zoe melihat kembali isi tas dan menyebutnya satu-satu. "Baju kaos dan tanpa lengan, celana pendek, panjang, dan jeans, lalu celana dalam, sabun cair baru yang ada di lemari baju, minyak rambut, sikat dan odol gigi, shampo, sunscreen, face cream, facial wash, selimut, hoodie, kaos kaki, sepatu, dan ... sediakan payung sebelum hujan!" pekiknya dengan tangan terentang dan senyum melebar. "Ada lagi yang ingin kau bawa?"
Jay mengerutkan alis. Ponselnya ia lempar ke sisi ranjang dan mulai bersedekap dada. "Untuk apa membawa payung? Keluarkan itu."
"Menurut perkiraan Zoe Christoper Sparks, lebih baik bawa saja. Kau mungkin tahan panas, tapi tidak akan tahu apakah ada hujan atau tidak selama tiga hari yang kau lalui. Tapi, kalau tidak mau, akan aku keluarkan."
"Terserah."
"Terserahnya ini bagaimana, Mr. Gould? Dikeluarkan atau tetap di dalam?" Ini yang Zoe tak habis pikir. Kalau pria tampan satu ini terkadang berbicara tidak jelas. Terkesan ambigu. Untung saja tampan.
"Terserahmu. Mau kau keluarkan atau tetap di dalam." Tak banyak melawan, Zoe membiarkan payung itu tetap di dalam dan mengambil vitamin yang ada di laci nakas.
"Aku hampir lupa memasukkan vitamin ke tas. Ini dimasukkan semua atau sebagian saja?" Zoe menunjukkan kotak yang berisi Vitamin C dan A.
"Itu tidak perlu. Bawa saja termos air dan snack yang ada di kulkas." Kali ini Jay duduk, ia mengambil tasnya lalu melihat isi dalamnya, menilai seberapa rapi gadis ini menyusun pakaian. "Oke, cukup rapi. Aku tidak mau bajuku kusut saat mau dipakai. Oh, berapa banyak kau masukkan baju dan celanaku?"
"Sesuai dengan hari yang kau katakan. Kau di sana tiga hari dua malam, kan?" Jay mengangguk. "Jadi baju kaos kumasukkan tiga, tanpa lengan dua, celana pendek dua, jeans satu, panjang dua, celana dalam lima. Cukup?"
"Kenapa banyak sekali?"
"Kau mau dikurangi?"
"Ya, sudah. Segitu saja." Hampir Zoe menarik napas kuat-kuat. Sayang, ia tidak akan berani melakukannya apalagi dengan mata melotot. Bisa-bisa terkena dampratan lagi.
"Sudah cukup?"
Jay tampak berpikir lalu mengangguk pelan. "Sudah. Jangan lupa masukkan termos dan snack. Kalau tidak ada lagi, belilah di toko terdekat."
"Okay, Mr. Gould. Sekarang aku periksa. By the way, hati-hati di jalan. Bersenang-senanglah." Pekikan itu hampir menyulut senyum yang telah berkedut di sudut bibir Jay.
"Aku belum saja pergi, Zoe." Jay memutar bola mata dan berbaring telungkup di ranjang sembari merogoh sesuatu di saku belakang celananya. "Ini uang untuk belanja snack kalau tidak ada. Kalau ada, beli saja keperluan apartemen ini selagi aku pergi agar tidak terlihat mati. Jangan pula saat aku pulang, kau tergeletak tak bernyawa dan merepotkanku."
"Hihihi! Artinya, ini untukku?" Ia berjalan mendekat, mengambil uang $50 dollar yang disuguhkan di depan mata.
"Terserah kau mau menggangapnya apa. Yang jelas, aku tidak mau apartemen ini dalam keadaan mati. Kalau itu terjadi, aku akan menuntutmu untuk mengganti seribu kali lipat dari yang sudah kuberikan. Setidaknya saat pulang, aku tidak marah-marah. Sekaligus, membayar kau untuk tidak memanggilku Mr. Gould. Demi Tuhan, aku sudah memintamu memanggil namaku, bukan menyebut margaku."
Zoe terkesiap lalu tertawa kecil. "Hahaha! Ternyata aku dibayar untuk itu. Perihal apartemen, aman saja, Mr. Gould! Kalau aku yang mengurus ini, apartemenmu akan sangat-sangat aman! Tenang saja, kau pulang, aku akan membuatkanmu kue terenak yang pernah kau makan!" Dipeluknya uang itu di dada lalu tersenyum lebar dan memekik kegirangan. "Yeay, thank you, Mr. Gould. Ternyata kau sangat baik."
Jay berdecak lalu menggelengkan kepala. "Dasar tuli. Masih saja dilakukan." Ia melirik sinis sebentar. "Sana pergi, aku mengantuk. Kalau teman-temanku datang, nanti panggil aku." Ia memejamkan mata dengan tangan yang di bawah bantal.
Zoe cekikikan sebentar lalu berkata, "Akan kulaksanakan, Bos." Bisikan itu hampir membuat ia tersenyum. Dirasakan ada selimut yang menutupi tubuh telanjangnya sampai ke punggung dan penerangan yang sudah dimatikan beserta suara pintu tertutup, ia membuka mata lagi dan mengerjapkannya berkali-kali.
Sekali mengedikkan bahu, ia kembali terpejam dan benar-benar tertidur. Membiarkan asisten barunya mengurus segala keperluan dan ia pastikan itu akan beres. Karena ia tidak ragu lagi membiarkan semuanya ditangani Zoe.
.
.
.
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Assistant For A Year ✅
RomancePertama kali publish : 14 Febuari 2020 [PRIVATE ACAK] . Dalam masa pencarian asisten, ditemukan sosok bertubuh mungil, cerewet, namun pemalu dan terkadang pendiam oleh Benedict Handryson untuk seorang model seksi yang banyak keinginan, Jay Gould. Pe...