Chapter - 25. Basketball

3.9K 304 23
                                    

HAPPY READING 📖

-------------------------------------

Zoe yang tengah bermain bersama Ted di teras, mendapati Jay melewati mereka mengenakan kaos singlet orange dan celana pendek hitam olahraga. Ada pula bola basket di pelukan Jay. Ia mengejar Jay dengan Ted yang mengikutinya lalu menghalangi jalan Jay.

"Mau ke mana?"

Tanpa melirik Zoe, Jay tetap melangkah. "Lapangan."

"Ikut!" seru Zoe. "Boleh, ya?"

Jay berhenti sembari menghela napas. "Bermain saja dengan Ted dan jangan mengekoriku. Tidak mungkin ke mana pun aku pergi, kau akan pergi."

"Tapi katanya aku harus mengikuti ke mana pun kau pergi. Jadi aku boleh ikut?" Jay meletakkan tangan kanannya di pinggang, mengubah posisinya 90 derajat ke kiri—menghadap Zoe. Tak ia pungkiri, ia merutuk diri. Kenapa bocah ini pintar sekali menjawab? Dan sialnya, ia tak berkutik.

"Aku hanya menunggu tiga menit untuk kau bersiap-siap! Sekarang!" Zoe membulatkan mata sejenak, tak percaya Jay mengizinkan lalu berlari menuju kamar sembari bersorak.

"Yeay, yeay, yeay! Thank you, Jay!"

Dipijit pelipisnya disertai gelengan kepala. Kenapa asisten yang ia dapat ini sulit sekali didepak? Bukan Zoe yang kewalahan menghadapinya, malah ia yang kewalahan. Ia berjongkok, bermain bersama Ted sebentar untuk menunggu Zoe.

"Hey, buddy!" Ia meletakkan bola basket di tanah yang tumbuhi rumput segar lalu menggendong Ted. "Kau semakin besar saja, Kid." Ia tertawa geli merasakan Ted menjilati wajahnya.

"Sudah siap!" Zoe berlari dengan kaos singlet yang serupa. Hanya saja warnanya pink, senada dengan celana pendek sepaha. Rambut yang disanggul hingga menyisakan anak-anaknya dan poni yang dijepit juga disisakan sedikit untuk menutupi jidat lebarnya, benar-benar membuat ia ingin melarangnya keluar. Bukannya gemas, Jay malah berdecak sembari mengambil bola basketnya lalu berdiri.

"Kenapa aku harus membawamu, huh? Kau gendut, pendek, berbaju pink pula. Aku merasa membawa keponakanku, tahu  tidak!"

Zoe mengerutkan dahi lalu melihat ke arah baju dan celana. Ia pikir ini sama sekali tidak masalah. Memangnya kenapa kalau Jay terlihat membawa keponakan? Bukankah bagus? Jadi Jay tidak diejek memiliki asisten cebol sepertinya. Omong-omong, ia tidak dwarfism, ia hanya memiliki tinggi setidaknya 145 cm, mungkin?

"Apa harus kuganti?"

"Ah, tak perlu! Lama lagi menunggumu! Sudahlah, ayo!" Jay berjalan lebih dulu hingga Zoe terkesiap. Ia harus memasukkan Ted ke apartemen dulu sebelum pergi.

"Ted, masuklah." Ia mengajak Ted untuk masuk dengan cemas. Takut kehilangan jejak Jay. Setelah Ted masuk, ia menutup pintu lalu berlari menuju keberadaan Jay. Ia harus melebarkan langkahnya karena kaki panjang itu bak mobil melaju. Kenapa bisa cepat sekali?

"Pelan-pelan, Jay. Kau ini seperti berlari," keluh Zoe.

"Salahkan kakimu yang pendek!"

Zoe tertawa kecil, menyamakan langkahnya dengan Jay dan ketika sudah normal, ia menghirup udara. "Wah, ini segar sekali! Setiap sore kita bermain basket, ya?"

"You're noob! Mana bisa kau bermain basket dengan manusia tinggi sepertiku."

"Don't mess with Zoe Sparks, Jay! Kau akan lihat bagaimana staminaku melawanmu, HAHAHA!"

"Oh, ya? Palingan sebentar saja kau sudah lemas."

"Tentu tidak! Kau akan lihat bagaimana aku melawanmu. Kupastikan rahangmu jatuh karena tubuh kecilku ini lebih kuat daripada pacarmu!"

Assistant For A Year ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang