20

1.8K 104 37
                                    

I WANT A DOCTOR
12 mei 2020

20♥


Brakk
Aku mengebrak meja bundar itu pelan. Gak berani kuat soalnya punya orang, yang kulakukan ini biar tampak dramatis aja.

"Kamu kemaren ngomong apa aja sama Navya Van?"

"Ohh kemaren sore? Gak ada tuh" bisa kulihat wajahnya tampak biasa saja menanggapi pertanyaan dariku.

"Tapi Navya bilang kamu lamar aku?"
Wajah kaget Vano mendramatisir sekali. Dengan mata melotot, mulut ternganga jijay.

"Aku gak ada ngomong apa apa ze, pas sampe rumah kamu dan lihat pak bagas gak ada aku langsung pamit pulang sama dia, aku gak sedekat itu sama Navya buat ngomong hal serius"

Sudah kuduga, sipembual Navya memang top markotop dalam membohongi kakaknya yang cantik ini.

"Tapi Navya lucu juga sih, kok bisa bisanya dia bohong sama kamu perihal lamaran"
Dan kini aku yang dilanda kebingungan. Niatnya mau labrak Vano dengan marah marah malah aku yang dibuat malu. Sialan ternyata adikku gak ada yang benar gak laki gak perempuan semuanya sama aja, gak ada akhlak.

"Kamu bilang dia lucu?, kampret tu anak. Padahal niat ngajak ketemuan buat marah marah sama kamu, eh malah akunya yg malu" aku menutupi wajahku, menyugar rambutku yang mulai panjang.

"Santai aja ze gak papa kok"

Aku menghela nafas, serius aku malu banget mau bertatap muka dengan polisi ganteng satu ini.

"Sebagai permintaan maaf, makanannya gue yang bayar"

"Oke deal"

Handphone ku berdering, tertera nama doce di sana, membuat gugup bukan main. Ya setelah insiden tidur siang di rumah orang, kami gak terlibat adu mulut lagi sejak itu. Bisa dibilang sekitar satu minggu, gak ada komunikasi sama sekali.

"Bentar ya Van, aku jawab telfon dulu" Vano hanya mengangguk mengiyakan.

"Halo, kenapa?"

"Assalamualaikum"

"Ck, waalaikumsallam"

"Lo dimana sekarang?"

"Bukan urusan lo"

"Tinggal dijawab susah banget sih"

"Lagi di cafe NoNo"

"Ngapain di sana, lo bukan anak cafe. Gue otw"

"Mau gue anak cafe atau bukan, bukan urusan lo. Gak usah nyusul gue.bentar lagi juga mau pulang"

Tuuttt sambungan telfon mati begitu saja dari sebelah pihak. Sialan, dasar manusia gak punya adab. Umpat ku pada Ziland.

"Maaf ya aku rusuh banget" ucapku pada lelaki sopan berakhlak mulia ini.

"Gak papa ze"

Ya ampun god boy banget, tapi kamu bukan tipe ku maaf banget.
Pria itu melirik jam tangannya terus, sepertinya ia punya kesibukan lain setelah ini.

"Lihatin jam terus, ada janjian?"

"Eh, maaf ya sepertinya aku harus pergi duluan, sekali lagi aku minta maaf, makasih traktirannya. Lain kali aku yang traktir"

Punggung lebar itu seakan ditelan pintu hilang begitu saja. Dan digantikan dengan pria tinggi berbaju kaus polo berwarna hitam masuk terburu buru.

Ziland mengambil kursi yang berhadapan denganku, menyentuh telapak tangan ku seraya menundukkan kepalanya keatas meja bundar itu. Nafas pria itu terengah-engah. Duh berasa digenggam pacar awww.

I WANT A DOCTOR!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang