Lamborghini putih memasuki daerah parkiran Brilliant High School. Diikuti civic car putih dibelakangnya.
Sang pemilik lamborghini putih itu keluar dari mobilnya. Dan para siswi mulai berhamburan mendekatinya.
Steve keluar dari mobilnya dengan tampang malas saat melihat Samudera sangat tebar pesona. Padahal, sebelumnya Samudera selalu membawa civic car. Dan ia tahu, lamborghini itu adalah milik sang Ayah.
Steve mengurungkan niatnya pergi ke kelas saat melihat lamborghini Pink memasuki area parkiran.
Mobil itu terparkir tepat disamping mobilnya. Pintu terbuka. Keluarlah seorang gadis dengan rambut yang melewati sedikit bahunya yang tergerai indah. Earphone terpasang dikepala dan telinganya.
Steve mengenalinya. Itu Vanny. Iya. Stevanny Nindyana Gregory. Pujaan hatinya. Tapi, kenapa ia ganti mobil?
Vanny berjalan melewati Steve begitu saja. Steve baru menyadarinya. Tubuh Vanny sangat indah. Mungil namun seksi.
"Vanny!"
Seruan itu mengalihkan perhatian Steve. Steve menoleh dan melihat Samudera berlari menghampiri Vanny.
Lelaki itu langsung merangkul Vanny, "Pagi, tumben kamu bawa lamborghini?"
Vanny melepaskan rangkulan itu, "Kepengen."
"Kamu beneran nggak kangen sama aku, Van?"
Vanny memutar bola matanya malas, "Duluan," Vanny langsung pergi menuju kelasnya.
Samudera berdecak sebal, "Untung Cantik."
Steve hanya diam memperhatikan. Ia tak ingin Vanny semakin marah padanya. Hingga sebuah tepukan dibahunya menyadarkannya.
"Kenapa, lo? Vanny jauh lagi?" tanya Sam.
Steve menghela napas panjang, "Seperti yang lo liat."
"Kenapa?" Sam duduk di belakang mobil Steve.
"Salah paham," jawab Steve malas.
Sam tertawa, "Pasti gara-gara lo ngeliat Vanny sama kembarannya, terus lo marah lo tonjok atau apain tuh orang. Iya kan?" tebaknya.
"Dwi ngasih tau lo, ya?"
"Dwi? Nggak. Gue mah nebak aja. Tapi bener, kan?"
Steve mengangguk, "Kayaknya, susah lagi deh Sam."
"Nggak susah!"
Steve dan Sam menoleh ketempat dimana sebuah civic car putih terparkir disamping lamborghini Pink Vanny.
"Nggak susah buat luluhin Vanny," ulang Fie.
"Maksud lo?" tanya Steve.
"Semarah apa pun Vanny, Vanny tetep kayak tante Yana. Dia nggak tegaan, dan nggak akan dendam. Mungkin, Vanny bakalan dingin, tapi hatinya nggak beku kok," jelas Fie sambil tersenyum, "Yaudah, gue ke kelas duluan, ya? Byee!"
Sam melompat dan menyusul Fie, "Fie, tunggu!"
Steve sering sekali tiba-tiba mematung belakangan ini. Aneh memang.
Di koridor kelas Bisnis, Fie dan Sam jalan beriringan.
"Sam, Mobil lo baru, ya?"
Sam mengangguk, "Hadiah gara-gara gue nyelametin kucing Shelly," ia terkekeh.
"Ortu lo baik banget, ya? Loyal gitu."
Sam kembali mengangguk, "Gue seneng bisa dapet orang tua kayak mereka. Walaupun kadang gue suka kepikiran orang tua kandung gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
S [Selesai]
Teen FictionDingin. Satu kata yang cocok mendeskripsikan dirinya. Hangat. Itu juga cocok. Bagaimana bisa? Dingin tapi hangat? Stevanny. Satu nama yang dapat menjelaskan itu. Menjadi dingin bukan keinginannya tetapi sebuah keharusan. Menjadi hangat memanglah k...