10 tahun kemudian...
Seorang wanita cantik dengan wajah yang dipoles make up tipis, serta balutan setelan kerja yang melekat ditubuhnya, sangat membuatnya terlihat kharismatik.
Cantik, Pintar, hebat, dan kaya. Itulah dia. Menjadi seorang pengusaha wanita terhebat di Dunia.
"Nona, ada yang ingin bertemu,"
Sekretaris wanita cantik itu memberitahukan dengan amat hati-hati. Namanya Siena.
"Siapa?" tanya wanita cantik itu tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop dihadapannya.
"Uhm...," ucapan Siena terhenti saat seorang wanita paruh baya masuk dan mengisyaratkannya untuk keluar.
Wanita paruh baya itu duduk di sofa ruangan kerja putrinya.
"Mommy ada apa kesini?" tanya wanita cantik itu. Ia menoleh pada Mommy-nya.
"Mommy mau cucu, Vanny!" jawab Yana terus terang.
"Lho? Mommy udah dapat dua dari abang." Vanny mendekat dan duduk di samping Mommy-nya.
Yana menghela napas berat. "Mommy mau liat kamu menikah. Kapan kamu menikah?"
Vanny membuang mukanya ke arah lain. "Vanny belum mau, Mom."
"Terus kapan kamu menikah? Kamu udah dua puluh delapan tahun, Vanny!"
Yana sudah sangat sabar dengan putrinya itu. Jika ditanya soal pernikahan, Vanny selalu membantah. Alasannya hanya satu. Ia belum mau menikah.
"Mom, aku nggak akan menikah kalau sakit aku belum sepenuhnya sembuh," jawab Vanny sungguh-sungguh.
"Penyakit kamu nggak bisa sembuh total, Vanny!" bentak Yana.
Vanny berdiri dan langsung menyambar tasnya. Kemudian ia pergi meninggalkan Mommy-nya tanpa permisi.
Yana hanya geleng-geleng kepala melihat putrinya.
🌹🌹🌹
Vanny mengendarai mobilnya dengan kencang. Entahlah, tapi hari ini jalanan sepi akan kendaraan.
Drrrt... Drrrt..
Vanny memasang Earphone-nya dan menjawab panggilan itu. "Iya?"
"Nona, ada jadwal meeting sekarang. Nona pergi ke mana?" sahut Siena.
Vanny menepuk jidatnya kesal. "Oh iya, saya lupa. Batalin aja. Saya ada urusan mendadak."
"Tapi, nona..,"
"Saya bilang batalin!" bentak Vanny.
"Ba-baik nona,"
Vanny memutuskan sambungan nya kemudian ia memarkirkan mobilnya tepat di depan parkiran sebuah rumah mode.
"Vanny?!" Sisca menghampiri dengan antusias.
"Hai!" sapa Vanny hangat.
"Tumben lo ke sini. Biasanya juga sibuk," ledek Sisca.
Vanny cemberut. "Gue mau curhat...,"
"Ayo," Sisca membawa Vanny ke ruangannya.
Di ruangan Sisca, Vanny menceritakan semua yang terjadi.
"Menurut gue, mending lo temuin Steve," usul Sisca. "Dan, lo juga sempet bilang kalau Steve setiap hari ngirimin lo chat. Terus itu gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
S [Selesai]
Teen FictionDingin. Satu kata yang cocok mendeskripsikan dirinya. Hangat. Itu juga cocok. Bagaimana bisa? Dingin tapi hangat? Stevanny. Satu nama yang dapat menjelaskan itu. Menjadi dingin bukan keinginannya tetapi sebuah keharusan. Menjadi hangat memanglah k...