"Fie, ini bisa hilang, kan?"
Vanny dan Fie sudah ada di toilet perempuan sekarang.
"Bisa, kok. Lagian itu kan cuma es kemasan."
Vanny membasuh jas nya dengan sedikit air. Dan itu cukup membantu.
"Udah bel. Lo udah selesai, kan?" ujar Fie.
Vanny mengangguk dan mengeringkan tangannya sebentar. "Ayo!"
Fie dan Vanny berjalan bersisian menuju kelas mereka. Saat membuka pintu, rupanya Pak Agung sudah ada dikelas.
"Permisi, Pak."
"Kalian? Masuk!" titah nya. Kedua gadis itu masuk sambil menunduk. "Kenapa kalian telat masuk kelas, saya?"
"Maaf, Pak. Tadi jas saya ketumpahan es, jadi kami ke toilet dulu," jawab Vanny jujur.
"Baiklah. Bapak maafkan. Fie, kamu duduk," Fie mengangguk dan berjalan terlebih dahulu ke tempatnya. Pak Agung menatap Vanny, "Vanny, hari Jumat kamu bisa melakukan tes gitar kamu. Bapak beri pilihan, kamu bisa tes sendiri atau kamu bisa bergabung dengan kelas kedokteran membentuk sebuah band. Mengerti, Vanny?" Vanny mengangguk. "Baik, silahkan duduk di tempat mu."
Vanny mengangguk, "Makasih, Pak."
Pelajaran di lanjutkan hingga bel tanda pelajaran berganti berbunyi.
🌹🌹🌹
Bel pulang telah berbunyi setengah jam yang lalu.
Hari ini, anggota Seni dan olahraga sedang berlatih lebih keras untuk kejuaraan atau perlombaan minggu ini.
Seperti sekarang, Steve dan kawan-kawan nya sedang berlatih di lapangan.
Harusnya, Vanny berlatih Vocal hari ini. Tapi, karena Samudera tiba-tiba harus pergi lebih cepat, alhasil, latihannya ditunda hingga besok. Memang, untuk lomba nya akan diadakan sekitar dua minggu lagi.
Saat ini, Vanny terpaksa menunggu Steve sendirian. Karena ia berangkat dengan Steve, pulang pun harus dengannya. Jika tidak, kakak kembar nya akan murka.
Vanny asik memainkan ponselnya. Tentu ditemani Earphone kesayangannya juga.
"Kak?"
Vanny menoleh seraya melepaskan Earphone nya. Menatap gadis disampingnya dengan kening berkerut, "Lo manggil, gue?"
Gadis itu mengangguk. "Kakak, Kak Vanny, kan?"
"Iya, lo siapa?"
"Kenalin," gadis itu mengulurkan tangannya, "Nama gue Hanny. Gue adiknya Kak Sam. Gue anak baru disini."
Vanny mengerjapkan matanya berkali-kali. "Sam?" Hanny mengangguk. Vanny buru-buru membalas uluran tangan Hanny, "Gue Vanny."
Hanny dan Vanny kembali menatap lapangan. Ralat, lebih tepatnya hanya Hanny yang menatap lapangan, karena Vanny justru asik bermain game di ponselnya.
"Kak Vanny ternyata lebih cantik dari yang gue kira," Hanny tersenyum.
Vanny mendongak, "Makasih, kok lo bisa tau gue? Sam sering cerita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
S [Selesai]
Teen FictionDingin. Satu kata yang cocok mendeskripsikan dirinya. Hangat. Itu juga cocok. Bagaimana bisa? Dingin tapi hangat? Stevanny. Satu nama yang dapat menjelaskan itu. Menjadi dingin bukan keinginannya tetapi sebuah keharusan. Menjadi hangat memanglah k...