Miss Rebecca masih menjelaskan didepan sana. Semua murid memperhatikan dengan teliti setiap kata yang diucapkannya.
Di kursi ketiga dari depan dan ketiga dari pojok kanan serta ketiga dari belakang, ada Vanny yang terus menerus memegangi kepalanya yang hampir pecah.
Entah apa yang terjadi, kepalanya semakin berdenyut. Pandangannya pun semakin lama semakin kabur. Ia tak dapat melihat dengan jelas apa yang Miss Rebecca jelaskan.
Vanny menunduk berusaha menutupi rasa sakit di kepalanya. Tubuhnya terasa sangat lemas.
"Stevanny! Kamu perhatikan saya, atau keluar dari kelas saya!" tegur Miss Rebecca membuat semua mata tertuju padanya.
Vanny mengangkat kepalanya, "Maaf, Miss."
Miss Rebecca melihat raut wajah Vanny tampak berbeda. Bukan Vanny yang ceria dan semangat seperti biasanya. "Kamu kenapa? Kamu sakit?"
Vanny tersenyum sambil menggeleng pelan. "Nggak Miss, saya baik-baik aja."
"Kamu yakin?" Vanny mengangguk. Akhirnya Miss Rebecca melanjutkan penjelasannya yang sempat tertunda.
"Astaga! Kenapa harus sekarang?!" Vanny membatin. Ia semakin pusing. Namun, ia memilih untuk terus memperhatikan Miss Rebecca.
Sai yang berada tepat dibelakang Vanny menyentuh bahu Vanny pelan, sehingga membuat Vanny menoleh padanya.
"Lo kenapa?" tanyanya berbisik dengan wajah cemas.
"Nggak." Vanny kembali menghadap depan.
"Gue perhatiin dari tadi lo megangin kepala terus, lo kenapa?"
Vanny berbalik lagi, "Nggak Sai, gue baik-baik aja." dan Vanny pun kembali menghadap depan lagi.
Sai merobek kertas dan membuatnya menjadi bola. Kemudian, ia melemparkan kertas itu pada Fie.
Fie menoleh dengan kesal. Sai memberi kode agar Fie melihat Vanny dan membawanya ke UKS.
Fie menoleh pada Vanny, dan ia melihat wajah Vanny sangat pucat. "Va, gue antar ke UKS, yuk!" bisiknya.
Vanny menggeleng. "Nggak. Gue nggak kuat buat berdiri, apalagi jalan turun tangga." jawabnya pelan.
Fie menoleh ke depan dan mengangkat tangannya, "Miss!"
Miss Rebecca berbalik dan menatap Fie, "Iya Stefie, kenapa?"
"Miss, boleh saya bawa Vanny ke UKS? Vanny pusing dan lemes banget."
Miss Rebecca menghampiri Vanny dan mengangkat kepalanya. "Astaga! Vanny, kamu pucat banget. Pulang aja, ya?"
Vanny menggeleng. "Nggak Miss, Vanny nggak mau pulang."
Miss Rebecca berjongkok didepannya. "Nggak papa, pulang aja. Biar Miss yang minta izin." kemudian ia beralih menatap Sam yang berada tepat di samping Vanny. "Samuel, kamu panggil Steve ke kelasnya, dan bilang dipanggil saya."
Sam mengangguk dan langsung berlari menuju kelas Steve.
"Pulang aja, ya? Miss nggak akan marah kok," ujar Miss Rebecca meyakinkan. "Stefie, bantu Vanny mengemasi barang-barangnya."
Stefie langsung mengambil buku dan alat tulis Vanny yang berada di atas meja lalu memasukannya kedalam tas Vanny.
Tak lama, Steve masuk dengan tergesa-gesa ke kelas XII Bisnis 1.
"Vanny, kamu kenapa?" tanyanya khawatir.
"Steve antarkan Vanny pulang. Tapi ingat setelahnya kamu harus kembali ke sekolah. Jangan sampai, saya masuk ke kelas mu, kamu nggak ada." ujar Miss Rebecca.
KAMU SEDANG MEMBACA
S [Selesai]
Teen FictionDingin. Satu kata yang cocok mendeskripsikan dirinya. Hangat. Itu juga cocok. Bagaimana bisa? Dingin tapi hangat? Stevanny. Satu nama yang dapat menjelaskan itu. Menjadi dingin bukan keinginannya tetapi sebuah keharusan. Menjadi hangat memanglah k...