Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Sebagian anak sudah pergi meninggalkan kelas.
Vanny berjalan keluar kelas. Dan Fie langsung menahannya. "Vaa!"
Vanny membalikkan tubuhnya. "Lo Stefie, kan?" Fie mengangguk. "Ada apa?"
"Lo lupa kalau hari ini kita ada latihan?"
"Oh, bang Dwi udah ngasih tau gue tadi." Vanny tersenyum. Fie pun ikut tersenyum. "Tapi gue ke ruang musik dulu, ya?"
"Mau?"
"Gue harus bantuin band abang gue buat nilai ujian seni, katanya." Fie mengangguk. "Ya udah, gue duluan ya, bye!" Vanny melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Fie.
"Gimana, Fie?" tegur Quinza yang sedari tadi memperhatikan dari dalam.
"Uhm ... Nggak tau ... Gue mulai ragu kalau sebenarnya dia itu amnesia atau nggak..."
"Fie!" pekik Quinza membuat Fie terlonjak kaget. "Kalian udah tentuin kan lagunya?"
Fie mengangguk. "Udah, Why?"
"Kalau emang dia lupa ingatan, otomatis dia lupa sama tugasnya. So, lo ngerti, kan?" Quinza tersenyum.
Fie tersenyum dan mengangguk. "Oke lah! Ya udah gue keruang vocal duluan ya ... Oh ya, lo nggak latihan?"
Quinza menggeleng. "Udah selesai tugas gue."
"Oh, Oke. See you, Qui!" Fie melenggang pergi ke ruang vocal.
🌹🌹🌹
"Baik, kalian bisa ambil posisi dan mulai bermain," titah pak Agung pada Dwi, Steve, Melly, Molly dan Vanny.
Setelah mengambil posisi masing-masing. Mereka mulai bermain.
Lagu terus mengalun dengan indah. Sekitar 3 menitan akhirnya lagu selesai.
Pak Agung tersenyum bangga. "Bapak beri kalian A+."
Semua tersenyum dan melompat girang.
"Pak, saya izin pergi duluan," izin Vanny.
Pak Agung mengangguk. "Ya, silakan."
Steve berlari mengejar Vanny tanpa izin dulu pada pak Agung.
"Vanny!" Steve menarik Vanny kebelakang tepat saat ia akan menuruni tangga.
Kepala Vanny membentur dada bidang Steve. Vanny mendongak dengan wajah terkejut.
"Lo nggak papa?" tanya Steve.
Vanny buru-buru melepaskan pelukannya. "Mau apa?" tanya Vanny dingin.
"Lo, lo serius lupa sama gue?" wajah Steve murung.
Vanny menarik napas panjang dan mengeluarkannya kembali. "Please, jauhin gue!" Vanny berbalik dan berniat pergi.
Steve mencekal tangan Vanny. Membuat Vanny kembali berbalik. "Lo nggak beneran lupain gue, kan?"
Vanny melepaskan tangan Steve dari tangannya. Lalu segera berlari meninggal Steve dengan wajah yang sukar diartikan.
Steve tersenyum kecil ditempatnya. "Gue tau, lo nggak amnesia, Vanny."
🌹🌹🌹
"Permisi," Vanny memasuki ruang vocal yang sudah diisi oleh semua anggota vocal.
Di bangku dekat jendela, ada beberapa guru seni yang sedang membicarakan mengenai lagu yang akan dibawakan.
"Vanny," panggil bu Dara. "Kamu bisa langsung mengikuti musik, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
S [Selesai]
Teen FictionDingin. Satu kata yang cocok mendeskripsikan dirinya. Hangat. Itu juga cocok. Bagaimana bisa? Dingin tapi hangat? Stevanny. Satu nama yang dapat menjelaskan itu. Menjadi dingin bukan keinginannya tetapi sebuah keharusan. Menjadi hangat memanglah k...