43 : Raya

52 5 1
                                    

"Lo sakit apa?" tanya Revand

Vanny dan Revand tengah duduk di taman. Memperhatikan pasien lain yang sedang bermain. Melihat air mancur yang berada di tengah taman. Dan burung-burung yang berterbangan.

"Kenapa?" Vanny balik bertanya.

"Ya, setau gue yang dirawat di sini sakitnya parah," jawab Revand. "Lo sakit parah?"

"Cidera otak," jawab Vanny singkat. Dengan senyum miris diwajahnya.

Revand membelalakkan matanya. "Serius? Cidera otak?"

Vanny mengangguk. Ia menoleh, "Kenapa?"

Revand menggeleng cepat, "Nggak. Tapi, lo cidera otak dan kondisi lo baik-baik aja? Itu Keajaiban."

"Maksud lo baik-baik aja?"

"Biasanya, orang yang cedera otak itu, hilang ingatan, kehilangan penglihatan, terus punya kelainan, dan..." Revand tak yakin akan melanjutkan ucapannya.

"Meninggal?" tebak Vanny.

"Van, bukan maksud gue..." Revand merasa bersalah. Namun Vanny memotong ucapan nya.

"Nggak papa, gue tau itu kok. Itu sebabnya gue ke sini. Biar gue nggak meninggal sebelum menikah," Vanny terkekeh.

Revand tersenyum, "Kenapa lo kelihatan bahagia aja, padahal cidera otak bukan masalah biasa. Itu bisa bikin lo pergi kapan aja."

"Memangnya kenapa? Apa gue harus murung?" Vanny tak mengerti.

"Nggak begitu. Tapi, coba lo liat cewek yang di bawah pohon itu," Revand menunjuk gadis yang duduk di kursi roda di bawah pohon besar yang rindang. Wajahnya tampak sedih.

Vanny mengangguk, "Kenapa?"

"Gue udah dirawat di rumah sakit ini lama banget. Lo tau, gue punya masalah yang sama kayak lo."

Vanny membelalakkan matanya, "Oh ya?"

Revand mengangguk, "Dan lo tau, gue kehilangan semua memori gue selama 20 tahun. Dan cewek itu, namanya Raya, dia juga punya masalah yang sama. Dan dia kehilangan penglihatannya."

"Lo kenal dia?"

Revand mengangguk, "Dia pacar gue."

"Hah?" Vanny terkejut, "Pacar? Kalian berjodoh atau gimana? Kok bisa sama?" tanya Vanny bodoh.

"Entahlah. Yang pasti, kami mengalami masalah ini, dihari dan waktu yang sama."

"Why?" Vanny memutar kursi roda nya.

"Jatuh dari gunung."

"Kalian pendaki?"

Revand mengangguk, "Mau gue kenalin?" Vanny mengangguk dan ia mengikuti Revand menemui Raya kekasihnya.

Revand berhenti tepat di depan Raya. Kemudian dengan isyarat, ia meminta perawat Raya meninggalkan mereka.

"Raya," panggil Revand.

Raya menggerakkan kepalanya sesuai dengan arah suara yang ia dengar, "Revand?"

"Iya, ini aku."

"Kamu ngapain? Bukannya harusnya kamu di kamar. Seingat aku kamu habis terapi."

"Iya, aku bosen. Sekalian aku mau ngenalin seseorang sama kamu."

"Siapa?"

Revand menarik tangan Vanny dan Raya, lalu ia menyatukannya, "Raya, kenalin, ini Vanny. Dan Vanny kenalin ini Raya."

Tangan Vanny dan Raya berubah mejadi sebuah jabatan tangan.

"Raya,"

"Vanny,"

S [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang