SEPARATED 14

257 11 0
                                    

Malam ini Nayra dan Bayu sedang membakar jagung di halaman belakang rumah mereka. Nayra terlihat sangat senang, sedangkan Bayu hanya diam dengan pandangan kosong sambil membakar jagung.

"Woi! kalo bakar tuh diliat jagungnya, jangan ngelamun."  kaget Nayra sambil menepuk pundak Bayu.

Bayu terlonjak kaget dari lamunannya. Ia menatap jagung hasil bakarannya sudah tampak gosong. Bayu buru - buru mengangkat jagung tersebut dan menaruhnya dalam piring. Sepertinya, ada pikiran penting yang membuat Bayu lebih diam dan melamun sedari tadi.

Nayra membakar jagung miliknya dengan penuh hati - hati. Ia tampak senang kali ini, bisa membakar jagung miliknya dengan hasil tidak gosong. Tujuannya untuk memamerkan hasil bakarannya kepada Bayu. Memang, Nayra suka menggoda Bayu jika urusan bakar membakar seperti ini.

Namun kali ini, mood Bayu tampak buruk. Tatapan Bayu pada jagung miliknya nanar. Entah itu karena hasil jagung bakarannya gosong atau pikiran lain. Nayra yang sudah membakar jagung miliknya dan meletakkannya pada piring. Setelah itu, ia duduk di samping Bayu.

"Bang, liat nih.. jagung punyaku bagus kan? Iya dong siapa dulu yang bakar."  pamer Nayra.

Bayu yang menanggapi itu hanya berdehem kecil tanpa menatap Nayra.
Bayu melanjutkan makan jagung miliknya sambil menatap langit malam yang penuh dengan bintang dan bulan.

Sedangkan Nayra mengerutkan keningnya, tak biasanya Bayu seperti ini. Bahkan, Nayra memamerkan hasil jagungnya pun respon Bayu hanya berdehem. Biasanya dia juga tak mau kalah sama hasil bakaran jagung Nayra.

Nayra bertanya," Kenapa sih? Ada masalah?"

Bayu hanya mengangguk pelan dan menatap Nayra intens.

"Masalah apa? cerita sini,"  ajak Nayra.

"Masalah Papa,"  singkat Bayu.

"Kenapa sama Papa?" Nayra bertanya lagi sambil mencomot jagung miliknya.

"Gue benci, sama Mama juga gue benci,"  ketus Bayu.

"Kenapa bisa benci? Mereka itu kan orang tua kita,"

"Ya karena mereka lebih sayang lo dibanding gue."  geram Bayu.

Kini kata gue-lo diucapkan oleh Bayu pada Nayra. Padahal, dulu dia sendiri yang bilang kalo gak boleh pakai kata itu lagi. Tapi kenapa sekarang beda. Bayu memang iri dengan Nayra yang lebih di sayang oleh kedua orang tuanya. Dari kecil, Nayra diasuh sendiri oleh Dirga dan Nara.

Sedangkan Bayu, diasuh Bi Inah. Dan Nara lebih mementingkan teman - temannya dulu. Dirga juga begitu, dia lebih mementingkan bisnisnya ketimbang Bayu. Tapi, setelah Nayra lahir semuanya berubah. Nayra lebih di sayang dan di perhatikan ketimbang Bayu. Ini tidak adil.

"Mereka juga sayang kamu, kamu juga anaknya Bang,"  sahut Nayra tanpa menggunakan kata gue - lo.

Bayu tak menjawab ucapan Nayra, ia lebih fokus memandang langit malam sambil merebahkan tubuhnya pada tikar. Nayra pun ikut merebahkan tubuhnya, ia juga menatap langit malam itu.

"Andai aja hidup gue kayak bulan dan bintang. Pasti sekarang, gue jadi orang yang paling bahagia di dunia ini."  ucap Bayu.

Nayra mengarahkan pandangannya pada Bayu yang berada di samping kirinya. Ia tau apa yang dimaksud Bayu barusan. Saat itu juga Nayra memandang Bayu intens.

"Emangnya hidup kamu yang sekarang gak bahagia?"  tanya Nayra.

Bayu menoleh pada Nayra yang berada di sebelah kanannya. Kini, Bayu dapat menatap mata lentik milik Nayra dengan dekat.

"Sekarang gue bahagia, karena ada lo disini."  sahut Bayu.

Nayra memalingkan wajahnya dan kembali menatap langit itu. Dia tidak mau baper lagi seperti kejadian sore tadi dikamarnya.

"Nay.."  panggil Bayu.

"Apa?"

"Kalo misalnya suatu saat nanti kita pisah, kamu masih mau anggep aku Abang?"  tanya Bayu.

"Mau lah, kita ini sedarah Bang. Mana mungkin aku lupain Abang aku sendiri."  jelas Nayra.

Bayu mengangguk paham. Kini mereka menatap langit malam dengan tenang. Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya. Menikmati hembusan angin malam yang semakin larut akan semakin dingin.

****

Pagi ini Bayu dan Nayra sarapan di meja makan. Mereka telah siap dengan seragam sekolahnya. Saat ini, baju sekolah Bayu dikeluarkan dari celana abu - abu yang menambah kesan badboy.

Selang beberapa menit datanglah Dirga, papa mereka. Masih lengkap dengan jas berwarna hitam serta tas hitam jinjing ditangannya. Persis seperti pebisnis kantoran. Dirga duduk di meja makan bersama anak - anaknya.

"Pagi anak - anak papa.. gimana sekolahnya?"  tanya Dirga sambil mengambil piring serta lauk pauknya.

"Baik pa.. Oh iya Nayra boleh minta uangnya? soalnya hari ini Nayra mau adain seminar sama kelompok Nayra."  pinta Nayra sambil tersenyum.

"Boleh dong sayang..," sahut Dirga.
"Mau minta berapa?" Lanjutnya lagi.

"Dua ratus ribu aja."

Dirga mengeluarkan dompet hitam dari saku celananya. Dia merogoh uang dan menyodorkan uang seratus ribuan lima kepada Nayra. Akan tetapi, Bayu melihat kejadian di hadapannya ini merasa panas.

"Aku tunggu diluar Nay." Singkat Bayu sambil berdiri dari tempat duduknya.

Bayu berjalan santai seakan - akan tak ada Dirga di meja makan itu. Nayra hanya mengangguk paham sambil menatap Bayu miris. Tapi Dirga, ia mengerutkan keningnya dengan rahang yang mengeras dengan tatapan marah.

"Bayu. Berhenti!"  bentak Dirga.

Bayu mengehentikan langkahnya dan memutar badannya untuk menatap Dirga. Kini, Dirga berjalan menghampiri Bayu dengan langkah besar.

"Kamu gak tau sopan santun ya! Saya ini Papa kamu. Kenapa kamu tidak berpamitan pada saya!"  bentak Dirga dengan nafas yang memburu.

"Saya tau sopan santun. Saya diajari oleh Bi Inah tentang sopan santun. Dan sopan santun saya hanya berlaku pada Bi Inah bukan Anda!"  bentak Bayu yang tak kalah kerasnya. Hingga suaranya menggema di ruangan itu.

Rahang Dirga semakin mengeras dan ingin melayangkan tamparan kepada Bayu. Nayra yang mengetahui dengan sigap ia menghentikan tangan Dirga yang hendak menampar Bayu.

"Jangan pah! Bang Bayu juga anak papah."  ucap Nayra.

Akhirnya tangan Dirga turun dan meredakan emosinya. Dirga menatap Bayu tajam. Tapi Bayu, hanya menatap Dirga intens seperti berhadapan dengan temannya.

"Kenapa gak tampar aku? takut?" tanya Bayu.

"Kamu anak gak tau diuntung! Kamu durhaka sama Papa!" bentak Dirga lagi.

"Papa emang gak pernah adil sama Bayu,"  ucap Bayu sambil berjalan keluar.

Sedangkan Dirga, ia berjalan meninggalkan Nayra sendirian. Nayra hanya bisa pasrah melihat pertengkaran Papa nya itu dengan Bayu.

Nayra berada di teras rumah sekarang, ia ingin sekali meredakan amarah Bayu. Akan tetapi, nyalinya ciut seketika dengan tatapan tajam Bayu. Seakan - akan ingin memarahi Nayra juga.

Di dalam mobil tak ada yang berani bicara, termasuk Nayra. Bayu menatap jalanan itu tajam dan melajukan mobilnya diatas rata - rata. Nayra hanya menunduk takut.

Kecepatan mobil Bayu mampu mengundang emosi para pengguna jalan. Namun Bayu tak mempedulikan semua itu, dia hanya ingin melampiaskan amarahnya pada jalan.

"Pelan - pelan Bang, Nayra takut"  ucap Nayra dengan tatapan memohon pada Bayu.

Bayu tak mempedulikan ucapan Nayra, dia tetap melajukan mobilnya cepat. Emosi Bayu kini memuncak, apalagi soalnya kedua orang tuanya.

'Brak...'

Gimana seru gak ceritanya? kalo ada yang kurang kalian bisa tulis di kolom komentar aku atau langsung dm.
Jangan lupa vote, komen dan share ya, hargai author juga yang nulis cerita sebanyak ini :)

Next Chapter 》




SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang