Bayu menatap atap ruangan ICU itu dengan nanar. Rasa bersalah selalu menghantui pikiran Bayu. Dia merasa bodoh kali ini. Membuat Nayra luka sampai berhari - hari tak sadarkan diri.
Bayu rela jika menggantikan posisi Nayra sekarang. Dia tak ingin melihat adik kandungnya terbaring lemas.Bayu menolehkan kepalanya kearah Nayra. Tatapannya seolah - olah ingin menjaga Nayra lebih dari seorang Abang. Pikiran Bayu saat ini dipenuhi oleh Nayra. Tak lama kemudian, datang seorang perawat dan dokter. Mereka membawa kantong plastik berisi darah. Bayu tak tahu itu darah siapa.
"Sus?"
"Ya, ada apa?" sahut Suster tersebut ramah.
"Itu darah siapa?" tanya Bayu lemah.
"Oh itu, itu darahnya Dafa. Katanya buat Nayra." ucap Suster tersebut tanpa ragu.
"Makasih sus," sahut Bayu.
Suster tersebut hanya mengangguk pelan dan berjalan kearah ranjang Nayra. Dalam rangka apa Dafa mau mendonorkan darahnya untuk Nayra. Bukannya mereka sudah menjadi mantan. Itu isi pikiran Bayu.
Setelah proses pendonoran darah selesai, Suster dan Dokter pun keluar dari ruangan tersebut. Tampak Dafa dan Mila masuk pada ruangan itu sambil membawa buah - buahan.
Ternyata benar, di saluran nadi Dafa ada kapas yang terpasang disana. Tatapan Bayu kini tajam, melihat Dafa saja seakan ingin menghajarnya sekarang. Tapi Bayu ingat, jika Dafa adalah sahabat dekatnya dari dulu. Ia berpikir jika Dafa memang berniat untuk menolong Nayra. Tidak ada maksud apa - apa.
"Bay, gimana keadaan lo sekarang?" tanya Dafa sambil duduk di tepi ranjang Bayu.
"Baik." singkatnya.
"Bagus kalo gitu, semoga lekas sembuh. Gue ngerasa enggak punya temen kalo gak ada lo." ucap Dafa sambil terkekeh.
"Ah, bisa aja lo." sahut Bayu.
Mila menghampiri ranjang Bayu sambil tersenyum. Mila sepertinya tahu apa yang dirasakan Bayu saat ini. Adik yang paling ia sayangi harus berbaur satu darah dengan mantan kekasihnya, sangat sedih bukan?
Dafa beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Nayra. Dafa mengambil kursi dan duduk di tepi ranjang. Ia memegang tangan Nayra lembut. Tubuh Dafa seakan ada aliran listrik didalamnya. Rasa gemetar dan gugup ikut serta dalam aliran darahnya saat ini.
Sedangkan Bayu dan Mila menatap mereka sendu. Tatapan Bayu seolah tak rela jika Nayra dekat dengan Dafa. Meski ikatan mereka sekarang hanya teman. Mila memandang Bayu nanar, sepertinya perasaan Mila dan Bayu saat ini sama. Sama - sama hancur.
"Kenapa kak?" tanya Mila hati - hati.
Bayu beralih menatap Mila. Bayu berkata," Gapapa."
"Gue tau kalo lo sedang kenapa - napa saat ini." ujar Mila.
"Kenapa lo bisa tau?" tanya Bayu penasaran.
" Ya karena ngeliat orang yang kita sayang dekat sama orang lain itu sakit kak. Dan sekarang, kita sama - sama ngerasain itu. Rasanya hancur." papar Mila dengan mata berkaca - kaca.
Tenggorokkan Bayu tercekat seketika mendengar ucapan Mila barusan. Mila seperti cenayang kali ini. Ia tau apa yang dirasa Bayu.
"Apa lo suka sama Dafa?"
Pertanyaan Bayu kali ini membuat Mila tertegun. Bagaimana dia bisa tau kalau Mila menyukai Dafa. Mila meremas ujung rok sekolahnya kuat. Badannya berkeringat dingin dan gugup.
"Jujur aja Mil," ucap Bayu lagi.
"Iya, gue suka sama kak Dafa."
"Sejak kapan?" tanya Bayu penasaran.
"Sejak kak Dafa ngajak gue ketemuan di caffe pelangi. Kita juga sempat berdansa saat itu," ujar Mila.
Bayu mengangguk paham. Bayu menatap Dafa dan Nayra lagi. Tatapannya tak dapat diartikan. Mila hanya tersenyum simpul melihat wajah Bayu yang sedikit cemas.
"Kak Bayu juga suka sama Nayra?" tanya Mila.
Bayu spontan menoleh ke arah Mila dengan wajah gugup. Jantung berdetak lebih kencang. Mengapa Mila tau isi hati Bayu sekarang. Ya, Bayu tak rela jika Nayra didekati laki - laki lain. Meskipun sahabatnya sendiri, Dafa.
"Eng..enggak." jawab Bayu sedikit tersendat.
"Gak usah bohong. Gue tau, tatapan lo ke Nayra itu beda. Bukan seperti Abang dengan Adiknya. Itu tatapan cinta," ucap Mila.
"Lo cenayang ya? Semua aja lo tau. Jangan bilang siapa - siapa Mil. Cuma lo dan gue aja yang tau," sarkas Bayu.
Mila hanya mengangguk dan beralih menatap Dafa dan Nayra. Dafa tampak setia menunggu Nayra bangun. Kini, Mila merasa asing. Dafa mengajaknya ke Rumah Sakit bersama. Namun disini, ia seperti tak mengajak siapa - siapa.
***
Pagi ini Nara berada di Rumah Sakit. Tempat kedua putra dan putrinya dirawat. Ia tampak sedih, melihat Bayu dan Nayra terbaring lemas di ranjang tidur. Nara menghampiri Bayu. Ia mengusap pipi kiri Bayu lembut. Hanya satu yang ada di pikiran Nara saat ini, tampan.Bayu bergerak sedikit. Merasa bahwa badannya tidak enak. Membuka perlahan matanya dan mendapati sosok Nara berada di sampingnya. Tetap saja, Bayu melihat Nara penuh kebencian.
" Kamu udah makan?" tanya Nara lembut.
" Bukan urusan Anda," ketus Bayu.
"Mama mohon, kali ini saja. Anggap Mama berharga dimata kamu Bayu."
Sorot mata Nara menandakan permohonan yang serius. Dia ingin sekali Bayu menganggap dia sebagai Ibu.
"Mau dianggap berharga? Dulu saya kecil Anda tidak menganggap saya berharga." kata Bayu dengan nada sedikit tinggi.
Hati Nara seakan tertusuk seribu duri. Rasanya sangat sakit jika anak kandungnya menganggapnya orang lain. Mata Nara berkaca - kaca.
"Maafin Mama Bayu, Beri Mama kesempatan untuk memperbaiki kesalahan Mama di masa lalu." mohon Nara lagi.
" Bayu akan maafin, tapi gak sekarang." ketus Bayu sambil memalingkan wajahnya ke arah Nayra.
Nara mengikuti arah pandang Bayu. Dia tahu betul jika Bayu sangat menyayangi Nayra. Nara tersenyum miris. Mungkin ini karma dirinya setelah kejadian di masa lalunya.
"Kamu menganggap Nayra berharga ya?" tanya Nara dengan tatapan intens.
"Iya. Bahkan lebih dari kata berharga," sahutnya.
" Jika kamu menganggap Nayra berharga. Mengapa Mama tidak kamu anggap seperti itu?"
" Tolong simak sahutan saya yang tadi. Jika ingin membahas tentang berharga atau tidak. Tetap saja saya menjawabnya tidak." geram Bayu.
Nara tersenyum kecut. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Nayra. Nara menatap gadisnya ini penuh kasih sayang. Andai saja Bayu menganggapnya sebagai seorang Ibu. Mungkin kebahagiaan Nara sekarang semakin lengkap.
" Nayra sayang, kamu gak mau buka mata kamu nak? Mama rindu," ucap Nara sambil memegang tangan anaknya itu lembut.
Nayra masih setia dengan mata tertutupnya. Wajah Nayra tampak tenang. Bibirnya berwarna pink alami itu juga memberikan kesan yang manis.
Nara mengambil ponsel miliknya didalam tas. Ia membuka aplikasi WhatssApp dan mencari kontak seseorang yang sangat penting baginya. Nara tersenyum - senyum sendiri melihat balasan orang tersebut. Sangat aneh.
Bayu menatap Nara bingung, mengapa dia tersenyum sendiri. Sedangkan ponsel Papanya sedang mode nonaktif. Pikiran Bayu dipenuhi rasa curiga. Ia ingin menyelidiki Nara lebih jauh.
'Tring...'
Suara notifikasi pesan dari ponsel Bayu. Ia mengambil ponsel tersebut dan membaca pesan itu. Bayu tampak geram. Ia memegang ponsel yang bermerk apple itu dengan sangat kuat. Tatapannya kini penuh dengan kemuakan.
Gimana seru gak ceritanya? kalo ada yang kurang kalian bisa tulis di kolom komentar aku atau langsung dm.
Jangan lupa vote, komen dan share ya, hargai author juga yang nulis cerita sebanyak ini :)Next Chapter 》
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated
Teen Fiction[TELAH DITERBITKAN] Bayu Putra Dirgantara. Sosok laki - laki remaja yang harus melewati berbagai macam masalah. Cinta, pergaulan, juga kehancuran keluarga. Masalah datang bertubi - tubi, hingga Bayu jatuh dalam satu masalah besar. Dimana masalah ter...