SEPARATED 15

263 9 2
                                    

Berada diruangan serba putih serta bau obat yang menyeruak dari berbagai penjuru. Banyak warga yang tak menginginkan berada di tempat ini. Ya, tempat dimana segala luka harus segera di obati. Rumah sakit.

Kini, Nayra dan Bayu berada di ruangan serba putih dengan selang oksigen yang terpasang di hidung mereka. Jarum infus pun ikut serta dalam penyembuhan di tubuh mereka. Tak banyak orang yang tau tentang kecelakaan ini. Bahkan orang tuanya pun tak tau.

Selang beberapa waktu, datanglah seorang dokter dan dua orang perawat. Pemerikasaan pada tubuh Nayra dilakukan secara telaten. Tampak dari wajah dokter itu serius.

"Hubungi keluarganya, dia kehilangan banyak darah." kata Dokter itu dengan memberi instruksi pada perawat.

Namun Dirga, malah asyik - asyikan video call dengan teman perempuannya. Ia bahkan tak tau jika Bi Inah sedari tadi mengetok pintu kamarnya. Dirga memang begitu, jika dia sedang asyik maka akan lupa dengan segala urusannya. Termasuk keluarganya sekalipun.

"Tuan, ada telfon."  ucap Bi Inah sambil membuka pintu kamar Dirga.

"Kenapa gak ketok pintu dulu sih,"  geram Dirga.

"Maaf Tuan, tadi saya udah ketok tapi Tuan gak denger. Jadi saya langsung masuk."  jelas Bi Inah dengan nada gemetar.

"Telpon dari siapa?" tanya Dirga sambil menghampiri Bi Inah.

"Petugas rumah sakit Tuan,"  sahut Bi Inah dengan memberikan telpon genggam.

"Halo"

"Apa benar ini dengan Pak Dirgantara?" tanya petugas itu.

"Benar. Ada apa ya?"

"Pasien bernama Bayu Putra Dirgantara dan Nayra Pramudya Dirgantara kecelakaan pagi ini Pak. Pasien bernama Nayra kehilangan banyak darah, apa bisa Bapak datang ke rumah sakit sekarang?"  perjelas petugas itu.

"Rumah sakit mana?" tanya Dirga sedikit geram.

"Rumah Sakit Tadika Sehat."

Setelah mendengar ucapan petugas itu. Dirga segera mengambil kunci mobil dan bergegas menuju garasi rumahnya. Ia berpikir bahwa semua ini ulah Bayu. Ya, hanya Bayu yang membuat Nayra jadi seperti ini.

"Anak sialan!" gumam Dirga.

***

Bayu membuka matanya perlahan. Sedikit kabur. Bayu mengerjapkan matanya berkali - kali. Ia mengedarkan pandangan di sekelilingnya, Bayu sadar. Dia berada di Ruang ICU  saat ini. Bayu menolehkan kepalanya ke kiri. Dan benar saja, Nayra di sebelahnya dengan selang oksigen serta infus ditangannya. Bayu menatapnya miris.

Ini semua salah gue - batin Bayu.

Suara knok pintu terbuka, membuat Bayu memandang pintu itu dan melihat siapa yang akan datang ke ruangan ini. Tampak sosok pria dengan kaos hitam serta celana hitam, dia Dirga.

Dirga menghampiri Nayra yang masih menutup matanya rapat. Wajah pucat dengan berbagai selang di badannya. Dirga menatap Bayu yang telah sadar. Ia menghampiri Bayu dengan tatapan murka.

"Kamu yang membuat Nayra seperti ini."  ucap Dirga dengan mengontrol emosinya.

"Ini semua salah Anda, karena Anda yang memulai pertengkaran tadi."  tegas Bayu dengan suara lemah.

"Bisa - bisanya kamu menyalahkan saya! Jelas - jelas kamu yang menyelakai Nayra. Masih saja memutar kata."  ucap Dirga tak terima.

Bayu hanya diam. Percuma saja ia tanggapi omongan Papa nya ini, sebab Bayu tau Dirga tidak akan mau mengalah. Bayu mengalihkan pandangannya pada selang infus di tangannya. Tatapan miris yang terlihat dari sorot mata Bayu.

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang