SEPARATED 29

185 6 0
                                    

Berada di dalam gudang yang gelap, kumuh dan berdebu adalah sebuah kesialan bagi Nayra. Fentilasi di ruangan ini juga sedikit, banyak laba-laba yang bersarang disini. Terlihat juga beberapa benda kuno yang masih bertengger rapi di dalam rak dinding itu. Nayra berusaha menetralkan nafasnya supaya bisa menghirup udara lebih banyak lagi. Ia berusaha untuk menelpon Bayu, tapi gagal karena sinyal disini sangat susah. Meski dengan teriak meminta tolong pun Nayra merasa kecewa.

" Siapa sih yang tega kayak gini ke gue, emangnya gue punya salah apa sama mereka." ujar Nayra dengan mata yang berkaca - kaca.

Nayra menundukkan kepalanya diatas tumpukan tangannya. Ia menangis sejadi - jadinya disini, rasa takut sudah menjalar di seluruh tubuhnya. Pikiran negatif sudah memenuhi isi otaknya, ia berpikir jika hari ini adalah hari terakhirnya untuk hidup.  Semilir angin malam mampu membuat rambut Nayra terhembus lembut. Nayra mengangkat kepalanya pelan, melihat sekelilingnya tampak gelap. Lalu kemudian, terdengar suara decitan pintu terbuka. Ia segera berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke arah pintu.

Terlihat sosok perempuan cantik dengan jaket kulit berwarna merah yang membalut tubuhnya. Tatapan tajam yang ia tujukan pada Nayra, membuat Nayra bergidik ngeri melihatnya. Perempuan itu berjalan mendekati Nayra dengan membawa pisau kecil di tangan kirinya.

" Kenapa? lo takut?" tanyanya.

" K--kak Bella? kenapa kakak ngelakuin ini semua sama gue?" tanya Nayra dengan nada lirih.

" Cih, lo masih tanya kenapa? harusnya lo sadar apa yang di lakukan sama Abang lo itu. Dia udah bikin hati gue hancur. Dan sekarang, gue akan balaskan dendam gue sama lo. Nayra Pramudya Dirgantara." sahut Bella

Nayra meneguk ludahnya susah payah. Keringat dingin sudah keluar dari berbagai panca indranya, mungkin benar dugaannya kali ini jika ia takkan selamat. Nayra berjalan mundur saat Bella mulai berjalan mendekatinya sambil menghadapkan pisau kecil miliknya di depan dada Nayra.

" Kenapa mundur? lo takut mati?" tanya Bella lagi.

" Gue takut mati karena amal gue belum banyak. Dan gue kasian sama lo kak, bisa - bisanya lo balas dendam ini ke gue. Sedangkan yang punya masalah lo sama bang Bayu, pengecut banget sih." geram Nayra.

Nayra memberanikan diri untuk membicarakan ini kepada Bella, jelas ia sangat takut dengan pisau yang ada di depannya ini. Kilat mata Bella semakin memancar sempurna, ia sungguh geram dengan Nayra. " Jangan sok alim lo bocah. Inget, gue lebih tua dari lo!" bentak Bella.

" Gue bukannya sok alim. Dan asal lo tau kak Bell, umur gak jamin kalo di pintar. Sekarang, liat aja diri lo sendiri. Umur udah tua masih aja kelakuan kayak bocah." maki Nayra.

Amarah Bella semakin memuncak, ia berjalan cepat dengan pisau kecil yang masih setia bertengger di sela - sela jarinya. Nayra berjalan mundur dengan gerak yang tergesa - gesa. Sorot matanya menunjukkan jika dia sedang takut sekarang, di ambang kematian lebih tepatnya. Bella semakin gencar untuk membunuh Nayra, ia benar-benar kesal dengah ucapan yang di lontarkan Nayra. Sampai pada titik akhir, punggung Nayra terpojok pada sudut tembok gudang itu. Nafasnya yang memburu membuat Bella semakin ingin membunuhnya.

" Selamat tinggal, sayang." bisik Bella.

Nayra memejamkan matanya sambil menahan nafas. Di dalam hatinya ia berdo'a pada Tuhan, agar kejadian ini tidak terjadi. Lalu, sedetik kemudian dering telpon terdengar dari saku jaket Bella. Ia segera mengangkat panggilan telpon tersebut sambil pergi meninggalkan Nayra. Ternyata Tuhan masih berpihak baik kepadanya, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur. Nayra berjalan mengendap-endap agar tidak kepergok oleh anak buah Bella.

***

" Kak Bay, Nayra kemana?" tanya Mila.

Bayu mengendikkan bahunya acuh."Katanya tadi ke toilet Mil, coba lo susul aja."

Mila mengangguk mengerti, ia berjalan menuju toilet putri yang letaknya tak jauh dari arah camping. Hawa dingin semakin menyeruak di dalam tubuh Mila, malam semakin larut dan matanya sudah sayu. Mila sungguh mengantuk saat ini, ia ingin sekali bersiul dengan selimut tebal kesayangannya. Lalu kemudian, Mila sampai di depan toilet putri. Mila menggedor satu per satu pintu tersebut dan hasilnya pun nihil, Nayra tidak ada di toilet.

" Kemana sih lo Nay, gue khawatir banget." ucap Mila dengan lesu.

Ia kembali ke area camping dan menemui Bayu serta Dafa. Mereka berdua tampak terkejut ketika tau akan kehilangan Nayra, Bayu sudah menghubungi Nayra berkali - kali dan hasilnya pun tetap sama. Ponsel Nayra tidak aktif.

" Bangsat. Siapa yang berani ngelakuin ini sama Nayra." geram Bayu.

Dafa menepuk bahu Bayu pelan. Seraya berkata," Sabar dulu Bay, kita cari Nayra sama - sama."

" Gue gak bisa sabar Daf, gue gak mau kehilangan dia." sarkas Bayu.

Dafa menghela nafasnya pelan." Mil, lo tidur aja di tenda. Biar gue sama Bayu aja yang cari Nayra, enggak baik juga kalo cewek keluar malem. Gapa-pa kan?"

Mila mengangguk tanda setuju. Ia pergi menuju tenda nya dan berusaha menghubungi Nayra juga. Bayu dan Dafa mulai memasuki area yang penuh dengan semak - semak. Tujuan mereka kali ini adalah danau, karena yang Dafa tau jika danau di area sini adalah tempat penculikan yang cukup sepi. Sesampainya di danau, mereka tak kunjung menemukan Nayra. Akan tetapi, ada sebuah scarf berwarna putih , Bayu tahu jika scarf adalah milik Nayra.

" Ini milik Nayra, dia mungkin gak jauh dari sini." ucap Bayu.

" Tapi kemana lagi kita harus cari Nayra Bay, lo tau kan ini udah jam 1 pagi." sahut Dafa.

Bayu menggandeng tangan Dafa dan berjalan menyusuri semak - semak belukar. Nafas Bayu memburu ketika mendengar suara isak tangis perempuan yang tak jauh darinya. Bayu memberhentikan langkahnya dan mendengarkan suara isak tangis itu dengan seksama." Daf, lo denger suara cewek nangis kan?"

" Iya. Gue denger Bay, jangan - jangan dia mbak Kunti lagi. Atau, dia adalah mbak Neni dkk-nya yang ngikutin lo." ucap Dafa berlebihan.

" Ngaco lo. Mana ada setan yang mau gangguin cowok seganteng gue, yang ada mereka malah klepek - klepek sama gue." sahut Bayu dengan pd-nya.

Dafa menoyor kepala Bayu pelan dan memaki nya dengan kata - kata kasar. Mereka melanjutkan perjalanannya mengikuti sumber suara tangisan itu. Sampai di sebuah pohon rindang besar, terlihat sosok perempuan yang sedang menangis di atas tumpukan tangannya. " Gue bilang juga apa Bay, dia mbak kunti. Ayo balik, gue gak mau mati duluan Bay..." bisik Dafa.

Bayu tetap tidak menggubris omongan Dafa. Ia menghampiri perempuan itu dan bertanya padanya. " Mbak ngapain disini?"

Perempuan itu mengangkat kepalanya dan langsung memeluk Bayu erat. Dia, Nayra. Nayra yang sempat hilang beberapa jam yang lalu, yang kini telah di temukan kembali. " Bang Bayu... aku takut banget." ucap Nayra dengan isak tangis yang masih menyertainya.

" Tenang dulu Nay, ada aku disini." sahut Bayu.

Bayu menyuruh Dafa untuk memberikan air mineral yang berada di tas ranselnua. Bayu segera menyodorkan air mineral tersebut pada Nayra sambil berusaha menenangkan Nayra.

" Siapa yang berani culik lo Nay... dan kenapa lo bisa ada disini?" tanya Dafa.

" Kak Bella. Dia mau bunuh gue tadi, tapi gue sempat kabur karena kak Bella sedang mengangkat telpon dari seseorang. Katanya, dia mau balas dendam sama gue karena bang Bayu gak pakai jaket pemberiannya waktu itu." celoteh Nayra panjang.

Gigi geraham Bayu mulai bergesekan kuat. Emosinya memuncak kali ini, ia berjanji akan segera memberi pelajaran pada Bella.

Gimana seru gak ceritanya? kalo ada yang kurang kalian bisa request alurnya di kolom komentar aku atau langsung dm aku aja.
Jangan lupa vote, komen dan share ya, hargai author juga yang udah nulis cerita sebanyak ini :)

Next Chapter 》

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang