SEPARATED 19

244 9 8
                                    

Bayu berjalan di koridor rumah sakit dengan sorot mata yang mengerikan. Bayu ingin menghentikan kelakuan Bella, namun ia tak tahu caranya. Dia harus bertemu Dafa sekarang.
Akan tetapi, ia melihat sosok Mila yang duduk di luar ruangan Nayra dirawat.

"Kenapa Mil?"

Suara berat Bayu mampu mengundang simpati Mila. Mila menatap Bayu dengan air mata yang masih mengalir di pipi mulusnya. Dia memeluk Bayu erat sambil menangis terisak - isak. Mila memang lemah jika urusan hati seperti ini. Bayu membalas pelukan Mila, mungkin Mila butuh ketenangan saat ini.

"Kenapa Mil?" tanyanya lagi.

Mila melepas pelukannya dan menatap Bayu intens. Sorot matanya menjelaskan jika Mila tidak baik - baik saja saat ini. Mila mengusap air matanya dan berusaha untuk tenang. Dia tak mau jika Bayu tahu bahwa dirinya sedang dilanda cemburu dengan Nayra, sahabatnya sendiri.

"Enggak pa-pa kak." sahutnya seolah semuanya baik - baik saja.

"Lo kenapa - napa Mil, cerita sama gue. Ada apa?"

Mila tetap tak mau menjawab pertanyaan Bayu sekarang. Memilih diam adalah jalan terbaik baginya. Mila menatap kosong kedepan. Pandangannya penuh dengan kesuntukkan. Memang, hanya Bayu saja yang tahu bahwa Mila mencintai Dafa.

"Dafa ya?"

Pertanyaan Bayu telah lolos membuyarkan lamunannya. Sorot mata Mila penuh permohonan. Mila ingin sekali bercerita pada Bayu, tapi dia ingat jika Bayu adalah kakak kandung Nayra. Mila beranjak dari tempat duduknya dan memasuki ruangan Nayra. Ia mencoba sekuat hati untuk menahan rasa cemburu ini. Mila mencoba untuk tersenyum didepan mereka.

"Nay, maaf ya. Gue mau pulang soalnya Mama ngajak gue belanja keperluan rumah." kata Mila sambil menggendong tas ransel berwarna biru.

"Iya Mil, enggak pa-pa. Hati - hati ya," sahut Nayra ramah.

"Mau aku anterin?" tawar Dafa.

"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri."

Dafa mengerutkan keningnya. Ada yang aneh dengan Mila. Dafa memalingkah wajahnya dan melanjutkan perbincangannya dengan Nayra. Terlihat Dafa masih menyayangi Nayra lebih dari seorang teman.

"Mil, gue anterin ya." ajak Bayu sambil menghentikan langkah Mila.

"Gak usah Kak. Gue bisa naik angkutan umum." sahutnya dengan tersenyum miris.

"Yakin?"

Mila mengangguk lemah. Dia berjalan dengan gontai meninggalkan Bayu. Badannya sungguh lemas sekarang. Pikiran yang lelah serta hati yang patah, itulah yang mendominan pada tubuh Mila sekarang. Mila berpikir, mengapa dia harus berada diposisi saat ini. Mencintai orang yang masih menyayangi mantan kekasihnya dulu. Tak ada yang lebih menyakitkan dari ini. Bahkan tawaran Dafa mengantar Mila pulang dengan nada terpaksa. Nasib yang komplit.

***

"Gimana Om, Bayu mau kan nikah sama saya?" tanya Bella dengan manja.

Sekarang Dirga berada dirumah Bella. Rupanya mereka sedang mempersiapkan acara pernikahan Bayu dengannya. Dirga terlihat sangat senang. Karena kali ini, Bayu tak akan pernah bisa lari dari masalahnya ini. Bella pun tersenyum bangga dengan kemenangannya saat ini.

"Jadi. Saya kasih uang lima ratus juta nanti kamu yang urus semuanya." ucap Dirga.

Mata Bella berbinar - binar. Yang benar saja, dengan cara memfitnah seperti ini dia bisa mendapat uang sebanyak itu dengan mudah. Kebahagiaan yang tiada tara bagi Bella.

"Baik Om. Saya akan urus semuanya. Om percayakan semua pada saya. Saya janji juga akan menjaga kandungan ini dengan baik."

Dirga mengangguk paham. Sesegera mungkin dia merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Ia mentransfer uang tersebut ke rekening Bella sekarang juga. Tanpa berpikir panjang, Dirga bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Bella sendiri di ruang tamu.

"Semudah itu gue bisa kaya secara instant."

***

Bayu memasuki ruangan Nayra terburu - buru. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Dafa dan Nayra bersenda gurau bersama. Badan Bayu seolah terpaku melihatnya. Bayu berusaha meneguk ludahnya kasar, dia sangat cemburu melihat mereka seperti ini. Mungkin Mila menangis juga gara - gara ini, pikirnya. Bayu hendak melangkah keluar ruangan tersebut agar tak mengganggu mereka.

"Mau kemana?" tanya Nayra.

Bayu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Nayra. Tak lupa juga, Dafa ikut menghadap Bayu yang berada diambang pintu. Sepertinya Nayra menginginkan jika Bayu harus tetap ada disini. Tidak bisa dipungkiri,  Nayra dan Bayu juga semakin dekat akhir - akhir ini.

"Mau keluar. Beli rokok."

Dafa mengerutkan keningnya. Sejak kapan Bayu merokok, itu isi pikiran Dafa. Dafa sendiri tidak pernah tahu Bayu adalah seorang perokok aktif. Padahal, kemana - mana Dafa selalu ikut dengannya. Nayra mengangguk paham. Detik berikutnya Bayu mengedipkan sebelah matanya kearah Dafa, bentuk sebuah isyarat untuk ikut dengannya. Dafa bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan pergi pada Nayra.

***

Bayu dan Dafa berada disebuah warung pojok yang letaknya tak jauh dari Rumah Sakit. Bayu menghembuskan nafasnya yang berasap putih tersebut dengan lega. Pandangan mata yang kosong serta pikiran kacau yang mengisi otaknya. Ia terlihat bingung untuk mencari cara supaya pernikahannya gagal dengan Bella.

"Sejak kapan lo jadi perokok Bay?" tanya Dafa sambil menyeruput es melonnya.

"Sejak putus dengan Bella. Pikiran gue kacau banget Daf,"  sahutnya.

"Kenapa emang?"

Bayu meletakkan puntung rokonya diatas tempat abu. Ia menghembuskan nafasnya gusar. Tentu sangat sulit baginya untuk menceritakan semuanya pada Dafa. Bayu meletakkan ujung jari telunjuknya diatas meja kayu itu, dia menggerakkannya dengan pelan.

"Bella ngasih surat hasil usg kehamilannya pada Papa. Dia ngaku kalo gue yang udah buat Bella hamil. Dan...."

Dafa yang tadinya tampak santai, kini berubah menjadi super penasaran. Dia memandang Bayu lekat. Dafa menunggu apa yang akan dikatakan Bayu selanjutnya.

Bayu menghembuskan nafasnya pelan," Minggu depan gue dipaksa buat nikahin Bella."

Dafa membelalakkan matanya kaget. Sungguh kejadian diluar dugaan. Dafa sungguh tak percaya jika Bayu melakukan hal tak senonoh seperti itu. Ia sangat kenal dengan Bayu, jadi dia tak semudah itu percaya dengan permasalahan ini.

"Lo kalo bercanda ngira - ngira dong. Gue gak percaya banget."

"Gue serius Daf, kalo gak percaya tanya aja sama Papa."

"Enggak usah deh. Mungkin Om Dirga juga lagi sibuk kan."  kata Dafa.

Bayu manggut - manggut paham."Bantuin gue buat cari bukti yang kuat, supaya enggak jadi nikah sama Bella."

"Gue pasti bantuin lo. Tapi gimana caranya?"

"Ya bantuin mikir juga bego. Jangan jagain otak gue aja, lagi suntuk juga." geram Bayu.

Nyali Dafa menciut seketika. Jika Bayu sudah geram seperti ini, dia tidak akan mengganggunya lagi. Sama saja dengan membangunkan macan yang lagi tidur. Galaknya minta ampun.

"Surat itu dikasih ke Papa lo dimana?"

"Gue juga gak tau Dafa. Kalo gue tau dari tadi udah gue cari buktinya."

"Yauda sih, gak perlu marah - marah. Dengan cara lo marah kayak gini masalah lo gak akan kelar. Jadi mending diem, pikirin baik - baik." nasehat Dafa diterima baik oleh Bayu. Sekarang Bayu lebih tenang dan diam, sepertinya nasehat Dafa barusan mampu meredam amarahnya.

"Gue tau caranya."

Gimana seru gak ceritanya? kalo ada yang kurang kalian bisa tulis di kolom komentar aku atau langsung dm.
Jangan lupa vote, komen dan share ya, hargai author juga yang nulis cerita sebanyak ini :)

Next Chapter 》

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang