"Pa, kak Bella ngasih surat usg kandungan itu di kantor Papa kan?" tanya Nayra.
Bayu dan Dafa memperhatikan Nayra berbicara dengan seksama. Ada banyak rasa penasaran yang menjalar ditubuh Bayu, ia merasa jika Dirga memang menerima surat itu disini. Dirga hanya terdiam di tempat, sepertinya sedang mempertimbangkan pertanyaan Nayra.
"Anda punya mulut kan? jawab pertanyaan Nayra sekarang." Bayu angkat bicara dengan suara tegas.
"Tolong jaga sopan santun kamu. Ini kantor bukan ajang debat."
Dafa menyenggol sedikit lengan Bayu, pertanda bahwa ini bukan saatnya untuk bertengkar. Nayra menanti jawaban Dirga dengan telaten. Namun Dirga, ia menatap para remaja di depannya ini dengan santai. Seperti tidak ada masalah.
"Ya, memang Bella mengantarkan surat itu ke ruangan saya sendiri."
Bayu mulai geram, namun ia mencoba menahannya untuk sekarang. Tidak gegabah, mungkin adalah pilihannya. Nayra menghela nafasnya pelan. Masalah ini sangat besar, jika bukan tentang pernikahan. Mungkin Nayra tak ingin ikut campur urusan Abangnya.
Nayra bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan pada Dirga. Nayra mengedipkan sebelah matanya pada Bayu dan Dafa sebagai isyarat untuk segera keluar ruangan Dirga. Diluar ruangan Bayu terlihat suntuk dengan masalah ini.
"Terus kita harus gimana Nay?" tanya Dafa.
"Ke ruang cctv sekarang, mungkin dari situ kita dapet petunjuk." sahut Nayra.
Bayu bergegas terlebih dahulu ke ruang cctv di kantor ini. Nayra dan Dafa pun ikut menyusul Bayu. Bayu memanggil petugas keamanan serta meminta Dafa sebuah flashdisk, benda untuk menyimpan beberapa file penting.
Mereka bertiga masuk ke ruangan tersebut. Bayu tampak gelisah, pikiran negatif menjalar kemana - mana. Bagaimana jika cara ini tidak berhasil, apa yang harus dilakukannya lagi. Selang beberapa waktu, petugas itu menatap mereka bertiga dengan sayu.
"Maaf, keadaan cctv saat ini sedang dalam perbaikan. Jadi, tidak bisa memutar ulang kejadian kemarin."
Bayu meghembuskan nafasnya gusar, ternyata benar dugaannya. Rencana ini tidak berhasil." Bagaimana bisa pak? ini kan cctv utama di kantor ini."
"Ada kendala yang cukup berat untuk memperbaiki cctv nya."
Nayra menepuk bahu Bayu pelan, ia mencoba meredam amarah Bayu saat ini."Tenang dulu, kita pasti bisa Bang."
"Kita harus pake cara apalagi ini?" tanya Dafa pada Nayra.
"Kita keluar saja dulu." sahutnya.
"Pak terima kasih sebelumnya, saya pamit pulang dulu." pamit Nayra.***
Bella berada di caffe ternama di Jakarta. Sepertinya, ia sedang menunggu seseorang. Lalu kemudian, tampak dari jauh sosok lelaki berjalan dengan santai dengan memakai pakaian serba hitam. Banyak pengunjung yang melihat lelaki itu.
"Hai Bel, udah lama?" tanya lelaki itu sambil duduk dihadapan Bella.
"Lumayan. Baru aja sampe." sahutnya.
"Lalu gimana rencana lo selanjutnya?"
Bella membisikkan sesuatu pada lelaki itu, ia tersenyum licik sambil memainkan sendok minumnya. Bella memang pandai dalam merangkai kebohongan."Gimana menurut lo? bagus kan rencana gue?"
Lelaki itu manggut - manggut paham. Lalu, Bella mengeluarkan amplop berwarna coklat dan memberikannya pada lelaki itu."Kerja yang baik, jangan kecewain gue."
"Siap bos."
Bella bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan caffe itu. Mobil berwarna merah itu melaju dengan kecepatan sedang, terukir di bibir Bella sebuah senyuman kemenangan."Lo enggak akan pernah lepas dari gue."
Bella memasang earphone di kedua telinganya. Mendengar musik kenangan saat bersama Bayu dulu adalah hal favorit baginya. Memang, dulu cinta Bella dengan Bayu sangatlah erat. Tapi dibalik itu semua, ada maksut tertentu juga.
***
"Ayo Nay, gimana ini?" sarkas Bayu. Terlihat ekspresi wajahnya sangat terburu - buru. Sepuluh menit yang lalu, Dirga menelponnya dan mengatakan jika pernikahannya dengan Bella di percepat menjadi dua hari kedepan. Bayu semakin gelisah dengan kabar tersebut. Di satu sisi dia berpikir keras untuk memecahkan masalah ini lalu, di sisi lain Bayu tak punya cara apapun. Tak berkutik.
"Gimana kalo kita dateng langsung aja ke rumah kak Bella. Kita labrak dia." tutur Nayra.
Dafa menggelengkan kepalanya pelan."Mana bisa gitu Nay, kalo kita kesana yang ada Bella makin merasa menang. Dia akan menganggap kita kalah."
Nayra mengangguk pasrah. Itu tandanya tidak ada jalan keluar untuk saat ini."Lalu gimana? gue udah enggak bisa mikir lagi."
"Bella punya pembantu kan?" tanya Dafa pada Bayu.
"Punya." Mata Dafa langsung berbinar-binar mendengar sahutan Bayu."Nah, kita tanya pembantunya aja. Siapa tau dia dapat informasi dari Bella."
"Setuju." kata Nayra.
"Setuju." sahut Bayu. Dafa menghela nafasnya kasar,"Lemes amat lo Bay,kayak permen yupi. Harusnya lo seneng gue udah punya ide."
Bayu melirik Dafa sinis. Jujur, saat ini Bayu sangat lelah. Seperti tak ada celah lagi untuk melangkah menang. Namun dengan adanya Nayra dan Dafa, semua terasa ringan. Apalagi melihat senyum manis Nayra. Firasat Bayu kali ini adalah keberuntungan ada ditangannya. Mungkin rencana kali ini berhasil.
***
Rencana Bella berhasil kali ini. Orang suruhannya bisa menyembunyikan pembantunya di sebuah gudang tua. Bella tau jika Bayu,Dafa dan Nayra akan bertanya pada pembantunya itu. Punya antek - antek banyak adalah kekuatan Bella untuk menang. Sepertinya Bayu akan kalah dalam menghadapi Bella kali ini. Lihat saja, bertanya pada pembantu pun ia tak bisa. Benar - benar ketat penjagaan Bella.
"Lihat aja Bayu. Siapa yang akan menang dalam hal ini." monolognya sambil tersenyum licik.
Bayu, Dafa dan Nayra sangat lelah. Ia berusaha tanya pada tetangga Bella tentang pembantunya itu. Namun semua berbalik arah, hasil jerih payah mereka sia - sia. Pembantu Bella tak ada dirumah. Banyak orang bilang, jika dia pulang kampung hari ini.
Nayra mengelap keringat yang membasahi keningnya. Meski waktu sudah malam, namun udara disini sangat panas." Capek banget, parah."
"Sama. Kita harus gimana Bay?" sahut Dafa sambil menepuk pundak Bayu.
"Mungkin kita kalah. Tapi gue yakin, pasti ada cara lain untuk menghentikan ini semua."
Mereka hanya bisa pasrah dan memutuskan untuk pulang ke rumah masing - masing. Dalam mobil, Nayra hanya dapat berdesis gelisah. Sedangkan Bayu melajukan mobilnya cepat, seperti pada arena balap mobil. Nayra memejamkan matanya erat. Kelelahan Nayra kali ini bukan main-main.
***
Dafa melajukan mobilnya dengan cepat. Ia harus sampai dirumah Mila secepatnya. Karena hari ini, Dafa diundang dalam acara makan malam keluarga Mila. Dafa menghelakan nafasnya berkali - kali. Sebenarnya ia sangat lelah, namun jika tak datang juga akan lebih melelahkan. Mila akan marah padanya dan Dafa tidak mau itu terjadi.
"Dafa kemana sih, di telpon gak di angkat - angkat." monolog Mila sambil berjalan mondar mandir di teras rumahnya.
"Sayang, temen kamh udah sampai mana?" tanya Ana. Mama Mila.
"Enggak tau Mah, aku telpon juga gak di angkat - angkat."
"Yasudah mungkin dia lagi sibuk kali. Kita makan sekeluarga aja yuk." ajak Mamanya.
Mila mengangguk pelan.Raut wajahnya berubah menjadi masam, Mila benar - benar kecewa. Saat Mila hendak melangkah masuk, terdengar suara klakson mobil. Ia memutar badannya lagi dan mendapat sosok Dafa dengan senyum manisnya, serta peluh keringat yang menetes di dahinya. Dafa segera masuk ke dalam rumah Mila dan meminta maaf pada kedua orang tuanya karena datang terlambat.
Gue kira perasaan gue akan hancur Daf. Tapi semuanya salah, lo datang tepat waktu.
Gimana seru gak ceritanya? kalo ada yang kurang kalian bisa tulis di kolom komentar aku atau langsung dm.
Jangan lupa vote, komen dan share ya, hargai author juga yang nulis cerita sebanyak ini :)Next Chapter 》
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated
Teen Fiction[TELAH DITERBITKAN] Bayu Putra Dirgantara. Sosok laki - laki remaja yang harus melewati berbagai macam masalah. Cinta, pergaulan, juga kehancuran keluarga. Masalah datang bertubi - tubi, hingga Bayu jatuh dalam satu masalah besar. Dimana masalah ter...