7: Senyuman

474 80 2
                                    

" Ternyata benar senyum itu nular, buktinya aku ikut senyum lihat kamu senyum"

Elang dan Hanin duduk di kursi panjang taman belakang rumah Hanin sejak 5 menit yang lalu. Suasana hening dan canggung karena tidak ada yang memulai obrolan terbih dahulu. Biasanya kalau cewek pendiam lagi marah, pingin dengerin kata-kata apa sih? Elang takut salah bicara lagi.

Elang berdehem, "Maaf Nin", kata maaf akhirnya meluncur dari bibir Elang."Aku udah brengsek banget tadi, masak tega ninggalin cewek di tengah jalan sendirian, kelewatan banget kan?".

"Hmm, sadar juga kalau udah kelewatan", kata Hanin lirih yang masih bisa didengar oleh Elang. Elang jadi meringis ngilu, merasa bersalah.

"Aku berasa jadi cowok nggak bertanggungjawab tau nggak?"

"Emang nggak bertanggung jawab", kata Hanin kemudian memandang Elang sinis," Untung yaa cewek yang kamu tinggalin di tengah jalan itu aku, kalau gebetan kamu? Pacar kamu? Langsung diputusin tau nggak! Atau bisa dilaporin ke komnas perempuan tau nggak!", kata Hanin memuntahkan semua uneg-unegnya hari ini.

"Eh emang bisa aduin kayak gitu ke Komnas perempuan Nin?"

"Ya nggak tau!Bisa kali", kata Hanin ketus.

Elang jadi tersenyum simpul mendengar omelan Hanin, "Aku nyesel banget Nin, serius nggak mau ngulangin lagi. Dimaafin nggak nih?"

"Hmm... awas kalau diulangin lagi", jawab Hanin melembut tapi masih terdengar judes di telinga Elang.

"Iya janji. Tapi tau nggak Nin, tadi tuh emang kamu ngeselin, padahal sebenarnya Birru juga mau-mau aja kok kalau disuruh nge-handle itu. Ku kira selama ini kamu emang punya perhatian lebih sama Birru tau nggak sih Nin, Hehe", Kata Birru.

Hanin hanya diam melirik Elang, nggak jawab iya tapi nggak juga ngelak. Tapi, raut mukanya seketika berubah lebih.. sendu?Deg, Mampus! kayaknya Elang salah ngomong lagi.

"Maksudku.. tadi.. itu..."

"Udahlah nggak usah dibahas lagi masalah tadi", kata Hanin ke Elang kemudian tersenyum. Elang jadi ikut senyum. Bener kata Haikal, Hanin nggak bisa marah lama-lama.

Dari pintu belakang rumah Hanin, Birru dan Haikal mengamati Hanin dan Elang, walaupun mereka tidak dapat mendengar percakapan mereka tapi dari gesture mereka, terlihat kalau mereka sudah berbaikan.

"Apa ku bilang Mas, Mbak Hanin mana bisa sih marah lama-lama..", kata Haikal. Birru tersenyum, mengangguk setuju dengan pernyataan Haikal.

Ketika melihat lagi ke arah Hanin dan Elang ternyata keduanya sudah berjalan menuju ke arah rumah.

"Udah jinak nih", lapor Elang ke Birru dan Haikal sambil melirik Hanin.

"Apasih", kata Hanin sebal.

"Udah jam 8 lebih, aku pamit pulang dulu ya bro..", kata Elang sambil menepuk lengan Birru dan Haikal. Birru mengangguk dan Haikal menjawab, " Hati-hati ya mas".

"Nin, pulang", pamit Elang ke Hanin yang cuma dijawab anggukan.

Kemudian ia mengedarkan pandangan ke seisi rumah mencari keberadaan Bunda Hanin, ternyata beliau duduk di kursi di ujung ruang televisi sambil membuka-buku buku resep masakan.

" Tante, saya mau izin pulang dulu. Udah malam", kata Elang sambil berjalan mendekati Bunda Hanin untuk bersalaman.

"Oh gitu, hati-hati ya Nak Elang. Jangan kapok main kemari cuma gara-gara Hanin ngambek"

"Bundaaaa...", protes Hanin yang membuat Elang tertawa.

"Anak gadis tante lucu kalau ngambek, jadi nggak mungkin bosen", jawab Elang yang dihadiahi dengusan oleh Hanin.

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang