"Dari mana datangnya cinta? Mungkin dari perhatian-perhatian kecil berulang-ulang yang kamu lakukan, yang justru luput dari orang-orang yang fokus pada perhatian-perhatian besar. Karena itu hal kecil, tandanya kamu lebih memperhatikan."
Birru memarkirkan mobil di garasi basecamp Derap Langkah. Basecamp ini merupakan rumah kecil yang ia beli dua tahun lalu ketika memutuskan membangun Derap Langkah. Segala aktivitas rapat, koordinasi, perencenaan dan casting artis untuk film pendek yang dibikin format web series dilakukan di sini. Sedangkan untuk shooting filmnya sendiri, dilakukan seusai lokasi yang kita inginkan.
Birru amat sangat sadar kalau Derap Langkah masih sangat kecil dibanding dengan industri kreatif lainnya yang bekerja di bidang yang serupa, untuk produksi satu webseries saja, dia dan tim akan sangat mempertimbangkan budget yang dikeluarkan. Di awal-awal, Birru bahkan sempat menderita kerugian yang cukup besar dan itu membuatnya frustasi, beruntung sekali ia mempunyai tim yang solid dan nggak gampang menyerah sehingga 5 bulan belakang ini Derap Langkah berprogres sangat baik imbas suksesnya webseries terakhir mereka.
Jam arloji di tangan Birru menunjukkan jam 5 sore. Karena kakak Mega yang tinggal di Yogyakarta mengabari bahwa ia tidak bisa menjemputnya, maka dengan senang hati Birru menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang, sehingga meminta Elang untuk menebengi Hanin ke Derap Langkah karena sebelumnya ia sudah janji ke Hanin akan ke Derap Langkah bersama usai urusan di kampus kelar.
Dari garasi terdengar suara tawa dan guyonan dari orang-orang yang ada di dalam rumah. Salah satu yang ia sukai dari Derap Langkah yaitu susananya yang selalu seperti itu, ramai dan hangat. Birru baru mencapai pintu dan langsung disambut obrolan teman-temannya.
"Trus kamu tau nggak sih, habis ku bercandain bapak kalau bikin email harus antri di kecamatan, beliau beneran pergi ke kecamatan".
" Hahahaha", semua anak-anak tertawa mendengar cerita Bang Tegar
" Durhaka banget lo Bang, gilaaak kasihan itu Bapak ", kata Kai.
" Ya aku kan niatnya cuma bercanda Kai, mana tau bapak beneran ke kecamatan", bela Bang Tegar.
Birru melirik Nada yang tertawa kencang, bahkan Nada sampai mengeluarkan airmatanya. Hanin tertawa juga dan matanya berubah jadi sipit ketika tertawa. Gemes banget kalau lihat Hanin ketawa.
"Trus akhirnya gimana Bang?", tanya Hanin penasaran.
"Petugas kecamatannya kan kakak ipar aku, trus dia telepon aku sambil marah-marah. Sialan, tapi emang aku merasa salah jadi ya ku dengerin aja"
"Bapak nggak marah Bang?", sambung Nada
"Ngambek bapak pas pulang ke rumah, aku minta maaf akhirnya, tapi di diemin aja. Trus baru luluh habis ku beliin baju koko yang bapak pingin"
Semuanya tertawa lagi.
"Sesedarhana itu ya bahagianya Bapak, Pasti Bang Tegar sayang banget ya sama Bapaknya Abang?", kata Hanin.
Birru menoleh ke arah Hanin, matanya berkilat-kilat penuh antusiasme. Hanin selalu begitu kalau dengerin cerita orang. Bikin orang lain selalu ngerasa dihargai untuk didengarkan ceritanya. Makanya Birru juga suka cerita ke Hanin, karena ia merasa di dengarkan.
"Sayang banget lah Nin, semenjak Ibu meninggal, Bapak menjalankan perannya sebagai Bapak sekaligus ibu yang luar biasa"
"Sering-sering bikin bapak seneng ya Bang, biar hidup abang lebih berkah"
Bang Tegar mengangguk-angguk sambil tersenyum ke Hanin.
"Lhoh, Birru kapan datengnya ?" kata Bang Tegar yang baru saja sadar kalau Birru sudah masuk dari tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menua Bersamamu
Literatura FemininaOrang-orang berkata, cinta jadi alasan seseorang memulai hubungan. Nyatanya, cinta tanpa rasa nyaman itu hambar. Lalu dalam kasus kita,darimana datangnya cinta dan rasa nyaman itu? Entahlah,mungkin karena kamu baik, atau karena kamu peduli atau mun...