23: Mas Damar

767 101 2
                                    

Kadang,orang baru datang bukan sebagai ancaman, namun sebagai perantara untuk menyadarkan bahwa ada seseorang yang terlalu berharga untuk dilewatkan.

Usai semua jobdesk malam ini selesai Birru kerjakan, ia segera begegas pulang. 2 hari sebelumnya ia harus pulang lebih malam, sekitar jam 9. Akibatnya ia tidak bisa makan malam bersama Hanin, bunda dan Haikal. Dan malam ini, ia tidak mau melewatkan makan malam bersama lagi.

Biru melirik jam di dinding ruang kerja menunjukkan jam 18.30, ia masih punya waktu untuk perjalanan.

Hari ini adalah hari evaluasi terakhir tentang webseries mereka sebelumnya, tidak banyak kritik dan catatan mengenai projek kali ini sehingga evaluasi berjalan cepat dan jam setengah 5 sore tadi anak-anak sudah pada pulang.

Birru yang pulang terakhir kali segera mengunci semua pintu yang masih terbuka. Sebelum ia masuk mobilnya, ada pedgang pisang coklat meler yang ia lihat di depan basecamp. Mengingat Hanin maniak coklat ia jadi ingin membelikan itu untuknya.

Setelah membeli dua kotak, ia segera melajukan mobilnya pulang.

Birru sampai depan rumah Hanin sekitar pukul 19.08 WIB. Ia mengernyit mendapati ada mobil Avanza terparkir hitam di depan rumah Hanin. Siapa tamu yang datang?

Sesampainya di depan pintu, ia langsung disambut bunda ramah seperti biasanya.Tatapannya tertuju ke arah tamu yang duduk membelakinya.

"Tumben pulang cepet Ru?", kata Bunda.

"Iya Bun, hari ini cuma evaluasi projek yang kemarin", Birru menjawab setelah menyalami bunda.

"Oiya, ini Damar. Teman Hanin yang ketemu kita di bandara kemarin", terang bunda. Birru menoleh ke Damar.

"Hai, kemarin kita belum sempat kenalan properly. Saya Damar", kata Damar ramah sambil menjabat tangan Birru.

"Birru", jawab Birru membalas jabatan tangan Damar.

"Mas Damar darimana asalnya?", tanya Birru beramah tamah.

"Dari Magelang mas", jawab Damar yang dibalas Birru dengan anggukan dan senyum.

Birru melirik Hanin, mereka bersinggungan pandang sebentar sebelum akhirya Hanin memutus pandangan mereka. Kemudian Birru izin ke dalam untuk menemui Haikal kepada Damar dan ia mengangguk ramah.

First impression Birru kepada Damar cukup baik, ia tipe lelaki ramah dan sopan.Orang akan nyaman berteman dengannya. Yang menjadi pertanyaan Birru, sedekat apa hubugan Damar dan Hanin sampai main ke rumah Hanin malam begini?

Haikal baru saja keluar dari kamarnya hendak menuju dapur mengambil air minum.

"Malam ini nggak lembur mas?", tanya Haikal sambil menuangkan air putih ke gelas.

"Nggak" Haikal mengangguk sambil meminum air putihnya."Kal, Damar itu siapanya Hanin?", tanya Birru akhirnya untuk menuntaskan rasa penasarannya.

"Kata Mbak Hanin sih temen". Haikal duduk di kursi samping Birru kemudian melanjutkan kalimatnya, "Tapi dari sikapnya, kita sebagai laki-laki kita tahu sendiri lah.Mas Damar kayaknya lagi coba deketin Mbak Hanin. "

Birru setuju dengan pendapat Haikal.Kalau tidak, ngapain Damar jauh-jauh dari Magelang ke sini jika tidak ada maksud lain?

"Hanin paham nggak sih maksudnya Damar?", tanya Birru yang masih sangat penasaran tentang hubungan mereka.

"Ya walaupun Mas Damar belum bilang secara gamblang, pasti Mbak Hanin paham lah maksudnya. Cuman mau nanggepinnya bagaimana,itu hak prerogatifnya Mbak Hanin. Kenapa sih Mas penasaran banget? Cemburu ya?", ejek Haikal dengan seringainnya yang membuat Birru melemparkan bantal ke mukanya. Haikal justru tertawa berdera-derai. Sialan!

Tidak lama kemudian, bunda mengajak mereka makan malam. Tentu Damar juga diajak.

Damar duduk di samping Hanin dan Birru duduk di seberangnya. Makan malam diisi obrolan ringan mengenai pekerjaan mereka dan nikmatnya masakan bunda. Damar ternyata banyak tau tentang masakan membuat ia sangat mudah akrab dengan bunda yang suka memasak. Ia juga banyak tau mengenai Derap Langkah sehingga Birru dan Damar banyak terlibat obrolan tentangnya. Tak jarang Hanin dan Haikal juga ikut menimpali.

See? Mantu idaman banget kan Damar?

Birru melirik ke Hanin yang sedag makan potongan buah melon, merasa diperhatikan ia melirik ke Birru. Mereka terlibat saling tatap untuk beberapa waktu sebelum bunda menginterupsi Birru dengan beberapa pertanyaan.

Kalau boleh jujur, sedari tadi ada sedikit perasaan yang mengganjal hati Birru namun mati-matian ia enyahkan. Birru pernah bilangkan kala ingin fokus memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Hanin dan tidak ingin memikirkan hal lain selain pertemanan mereka dulu?

Birru sungguh-sungguh saat itu, tapi melihat Damar hari ini membuat Birru berfikir ulang. Ia sudah pernah merasa kehilangan Hanin tiga tahun, dia kehilangan teman cerita terbaiknya dan rasanya sungguh tidak mengenakkan. Apalagi membayangkan ada laki-laki lain yang akan menggantikan posisinya, sungguh menimbulkan riak di hati Birru.

Bukan insecure, tapi lintasan pikiran tentang melewatkan wanita sebaik Hanin untuk laki-laki lain sedangkan dia sendiri punya peluang lebih besar untuk menjadikan Hanin wanitanya membuat perasaanya tidak nyaman.

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Birru tidak sadar kalau mereka bersia-siap beranjak dari ruang makan untuk mengantar Damar ke depan untuk pulang.

Hanin akan mengikuti Damar di belakangnya seketika berhenti ketika tangannya ditahan Birru. Ia menatap intens Hanin. Relakah ia melewatkan Wanita sebaik Hanin?

Birru terlalu sibuk dengan pikrannya membuat pandangannya menerawang dan tidak sadar Hanin menunggunya mengucapkan sesuatu.

"Birru?", tersadar dari fikiran-fikiran lairnya Birru langsung melepaskan cekalannya.

"Maaf", kata Birru sambil senyum bingung.

"Okke, aku antar Mas Damar dulu". Birru mengangguk mempersilahkan.

Birru sudah menemukan jawaban untuk menjawab kerisaunya sebenarnya, yaitu mulai membuka hatinya untuk Hanin. Hanya saja ia tidak harus terburu-buru kan? Ya, ia bisa memulai bergerak pelan-pelan.

Keputusannya benar kan?Ia masih butuh waktu untuk meyakinkan dirinya sendiri maupun Hanin, sehingga ia tidak bisa terburu-buuru.

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang