19: Pasca Kepergian

804 110 0
                                    

Terkadang cinta harus saling melepaskan agar bisa saling menemukan.

Sudah sekitar tiga bulan Hanin berada di Australia, bertemu dengan orang-orang baru, melakukan kebiasan-kebiasaan baru dan siap menulis cerita yang baru. Namun ternyata memang benar, perkara hati adalah sesuatu yang kadang tidak bisa kita atur. Birru masih mengisi ruang-ruang di hatinya. Euforia cinta yang harusnya mereda ketika jarak memisahkan, malah semakin membuncah.

Hanin menyibukkan diri dengan belajar lebih giat dan ikut aktivitas-aktivitas PPI (Persatuan Pelajar Indoneisa) Australia agar ia bisa melupakan perasaanya dengan Birru. Namun tetap saja ketika ia sendiri, Birru masih memenuhi kepalanya. Belum terganti oleh laki-laki lain.

Hingga akhirnya ia pasrah, memasrahkan rasanya pada Yang Maha Memberi dan Mengatur rasa cinta. Di setiap sepertiga malam, selain berdoa untuk bunda , Haikal, guru-guru, keluarga dan teman-temannya, ia juga selalu mengkhususkan satu doa untuk Birru, bukan doa agar ia bersama Birru, tapi doa untuk kebahagiaan Birru.

Birru, dimanapun kamu, semoga kamu selalu bahagia, ditemani orang yang selalu membuatmu bahagia.

-----@@----

Tidak ada yang berubah dengan aktivitas Birru usai kepergian Hanin. Pekerjaan di Derap Langkah masih berjalan normal seperti biasanya, beberapa kali seminggu ia masih sering berkencan dengan Mega dan ia juga masih sering ke rumah Hanin untuk makan atau sekedar membantu bunda dan Haikal.

Tidak ada yang berubah dengan aktivitasnya, namun rasa dalam menikmati aktivitasnya yang tidak sama. Birru baru menyadari selama ini ia terlalu terbiasa dengan Hanin, hampir separuh hari selalu ia habiskan waktunya dengan Hanin baik di Derap Langkah maupun di rumah. Birru terbiasa ngobrol hal-hal kecil atau curhat mengenai perasaanya terhadap Mega kepada Hanin, juga masalah-masalah yang ia hadapi dengan pihak sponsor ia diskusikan dengan Hanin. Maka ketika Hanin harus melanjutkan studinya, Birru kehilangan sosok teman yang menemaninya melakukan banyak aktivitas, ia kehilangan teman berbagi.

Ia tetap ramah kepada Mega, tetap memperlakukannya dengan baik sebagai tunangan, dan ia masih sangat mencintai Mega. Namun ia tidak bisa bohong bahwa Hanin kerap kali muncul di fikirannya. Mega sendiri juga memperlakukannya sebagai kekasih, tapi Mega juga tidak bisa berbohong kepada Birru bahwa Kak Danis masih punya ruang tersendiri di hatinya yang tidak bisa digantikan Birru.

Setelah pertunangan, harusnya baik Birru maupun Mega semakin yakin untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya yang lebih serius. Namun yang terjadi justru sebaliknya, makin kesini mereka makin ragu. Birru sendiri sangat yakin dia mencintai Mega, perasaan untuknya tulus. Namun untuk memutuskan membangun rumah tangga, apakah cinta saja cukup?

Hingga akhirnya tercipta keputusan itu, satu tahun pasca ketidakhadiran Hanin, Mega tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Birru.

"Satu tahun kita sama-sama mencoba Ru, tapi sepertinya kita nggak bisa terusin", ucap Mega menunduk menautkan kedua tangannya.

"Kita bisa perbaiki Meg, kita masih satu tahun dan masih banyak waktu untuk memahami satu sama lain. Aku cinta sama kamu dan aku kira satu tahun ini kamu juga sudah mulai ngerasain hal yang sama. Kita masih bisa ngusahain hubungan ini berhasil", kata Birru mencoba meyakinkan Mega.

"Apa cinta aja cukup Ru?", Mega mendongak meanatap tepat di manik mata Birru. "Aku tahu kita sudah sama-sama berusaha agar hubungan ini berhasil. Tapi aku kira kita sama-sama faham, bukan aku yang kamu butuhkan untuk teman hidup , aku pun sebaliknya"

Birru terdiam. Mega segera menggenggam tangan Birru yang ada di meja "Walau kamu nggak pernah bilang, aku tau seberapa kamu kacau setelah Hanin pergi ke Aussi", Birru membelalak kaget dengan perkataan Mega, "Tolong dengar dulu... Aku tau kamu nggak pernah cerita ada apa kamu sama dia untuk ngejaga perasaan aku.. Tapi aku juga sahabat kamu sebelum kita bersama, aku tahu dia sayang kamu Ru dan kamu juga"

"Aku sayang kamu juga Meg"

"Tapi kamu nggak butuh aku..", Mega tersenyum. "Kamu sadar nggak Ru, selama ini kamu nggak pernah butuh bantuanku untuk segala hal yang kamu hadapi, bukan aku yang pertama kamu cari ketika kamu butuh teman cerita atau bantuan, tapi Hanin"

Birru terdiam, perkataan Mega meninjunya telak.

"Aku selama ini hanya pura-pura nggak tau Ru, karena aku pun begitu. Kak Danis masih jadi orang pertama yang ku cari tiap aku ada masalah. Percayalah Ru, cinta aja nggak cukup jadi alasan memilih teman hidup . Aku hanya nggak mau kita terlalu memaksa dan menyesal di kemudian hari", Mega menggenggam tangan Birru lebih erat dan Birru membalas genggaman tangannya tidak kalah eratnya.

Birru tidak bisa membohongi bahwa perkataan Mega benar, sebesar itu pengaruh Hanin di hidupnya. Tapi ia cinta Mega!

"Kita sama-sama butuh waktu untuk saling memahami diri sendiri, siapa yang sebenarnya yang kita inginkan sebagai teman menua bersama Ru", Mega melepaskan genggaman tangan mereka kemudian menghapus air matnya yang lolos.

Birru tahu ini memang yang terbaik untuk mereka saat ini, tapi baik Birru maupun Mega tetap tidak bisa berbohong bahwa satu tahun bersama, mereka punya hari-hari indah yang dilalui berdua. Tentu sesak itu ada ketika mereka memutuskan untuk mengakhiri, tapi memang hubungan mereka tidak bisa dipaksakan ketika mereka belum bisa saling percaya untuk menjadikan hanya mereka satu sama lain seagai tempat bergantung.

Dan malam itu adalah akhir dari hubungan Mega dan Birru.

----@@----

"Mbak Hanin lagi apa?", tanya Haikal melalui saluran video call sambil makan ketela rebus di ruang keluarga.

"Lagi nyusun paper nih, ibu sehat?", balas Hanin.

"Alhamdulillah sehat, ibu senang banget lihat foto mbak pakai kerudung sekarang. Semoga istiqomah ya mbak", Hanin tersenyum manis sekali

"Amin, doain ya Kal". Haikal mengangguk sambil senyum.

"Mbak, disampingku ada Mas Birru lho" Hanin melebarkan matanya, tetapi mencoba tetap tenang "Tapi bohong ... haha"

"Nggak lucu kal", kata Hanin sedikit emosi, jantungnya sudah berdetak gila-gilaan tadi.

"Kenapa Mbak nggak pernah ngehubungi Mas Birru sih? Mas Birru juga nggak mau ngehubungi mbak duluan padahal aku tau kalian tuh sama-sama kangen. Gengsi terus yang digedhein.."

Sindiran Haikal tepat sasaran namun Hanin hanya diam tidak berniat menanggapi. Haikal cukup paham duduk masalah antara dia dan Birru. Birru juga cukup dekat dengan Haikal pasti ia akan cerita padanya.

"Mbak tahu nggak kabarnya Mas Birru?", pancing Haikal

"Ganti topik aja deh, ibu lagi ngapain sekarang?"

" Pasti belum tahu..", Haikal menghiraukan Hanin,"Mas Birru udah putus sama Mbak Mega lho Mbak"

Hanin membelakkan matanya, cukup terkejut dengan informasi yang dikatakan Haikal. Hanin masih belum mengucapkan sepatah kata pun untuk menanggapi Haikal.

"Jangan kaget gitu dong Mbak, walaupun saling cinta kalaupun bukan jodohnya, ya manusia bisa apa" ,Haikal melanjutkan.

Hanin masih belum percaya bahwa Birru putus dengan Mega, mereka bahkan sudah tunangan dan sudah berencana untuk melanjutkan ke tahap serius. Apalagi ia tahu Birru mencintai Mega dan sepertinya Mega juga sudah mulai merasakan hal yang sama. Lalu kenapa mereka memutuskan untuk mengakhiri?

"Yah malah diam aja.. nggak asih banget sih Mbak Hanin. Yaudah deh Haikal tutup dulu, mau bantuin Ibu benerin lampu depan. Bye Mbak, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam", Haikal kemudian memutus video call nya.

Hanin termenung memikirkan Birru. Ia tahu betapa besar usaha dan kesabaran Birru menghadapi Mega sampai akhirnya mereka pacaran. Birru terbiasa menceritakan hal itu padanya. Tentu tidak mudah bagi Birru mengakhiri hubungan dengan Mega.

Hanin menoleh ke jendela kaca di kamarnya menyaksikan gelap mulai menyelimuti langit Australia. Sudah beberapa bulan ini ia sedikit banyak berhasil mengeyahkan Birru dari pikirannya. Namun, kabar dari Haikal hari ini mau tidak mau mengganggunya dan membuatnya memikirkan Birru lagi.

Birru, are you okay?


Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang