16: Let It Flow

561 97 2
                                    

Tidak ada yang lebih sayang padamu kecuali Tuhanmu, maka selalu berbaik sangka lah atas apa yang telah, sedang dan akan digariskanNya untukmu.

Time flies so fast. Rasanya baru kemarin Hanin diwisuda, setelah beberapa bulan kemudian teman-temannya menyusulnya, termasuk Birru, Elang dan Mega.Semua berjalan baik mulai dari Derap Langkah, hubungan Birru dan Mega juga perasaan Hanin. Semua masih berjalan di jalur biasanya, termasuk rutinitas Hanin menyelipkan nama Birru di akhir doanya.

Semuanya awalnya masih terasa baik-baik saja, hingga suatu hari Hanin mendengar berita recana pertunangan Birru dan Mega. Itulah awal patah hati Hanin. Patah yang benar-benar patah. Rasanya sesak sampai tak ada satupun air mata Hanin yang keluar, namun badannya lemas. Dadanya serasa dipukul palu godam keras sekali. Sakit. Mungkin inikah jawaban dari doa Hanin? Birru bukan untuknya?.

Hanin masih ingat, sore itu, ia masuk rumah dengan pandangan kosong. Haikal dan bunda sampai khawatir dan membiarkan Hanin menenangkan diri dalam kamar. Namun sampai malam, Hanin tak jua turun. Bunda yang masuk ke kamar Hanin langsung kaget ketika Hanin dengan wajah pucat, pandangan kosong duduk di lantai dengan tisue berserakan. Hanin tidak pernah seperti itu sebelumnya. Bunda langsung memeluk Hanin erat, dan air mata Hanin pun akhirnya tumpah.

"Birru akan tunangan Bun", kata Hanin terbata-bata di sela isak tangisnya,"Dia akan menikahi wanita lain"

Hanin tidak bisa bohong ke bundanya, meskipun selama ini Hanin tidak pernah bercerita perihal perasaanya kepada Birru, namun ia yakin bundanya tau.

"Hanin udah berdoa supaya Birru dilembutkan hatinya dan melihat ke arah Hanin sebagai wanita tapi hal itu tidak pernah terjadi Bun", katanya masih sambil menangis sesenggukan.

"Nin, ada 3 jawaban atas doa-doa kita. Dijawab sesuai doa kita, dijawab sesuai doa kita namun ditunda dulu, atau dijawab dengan jawaban lain. Jangan sedih Nin, tandanya Tuhan sedang mempersiapkan skenario terindah yang lain untuk Hanin. Perasaan emang nggak bisa diapksakan". Hanin makin tergugu di pelukan Bunda.

Haikal yang berdiri di pintu kamar Hanin dan menyaksikan kedua wanita paling disayanginya berperlukan dalam tangis hanya bisa menghembuskan nafas. Perasaan memang sesuatu paling complicated yang tidak bisa diarahkan sesuai kehendak manusia. Bukan salah Hanin yang mencintai Birru dan bukan salah Birru yang tidak bisa membalas perasaan Hanin.

"Hanin ambil beasiswanya aja ya bun? Sepertinya Hanin akan butuh waktu dan jarak", katanya sambil menatap bunda dengan mata yang memerah karena tangisannya. Bunda meminta Hanin memikirkannya lagi, tapi sepertinya Hanin serius untuk mengambil tawaran beasiswa yang ia terima, sehingga akhirnya bunda mengangguk menyetujui.

Sejak saat itu, Haikal dan bunda membiarkan Hanin memberi jarak untuk interaksinya dengan Birru dan jika Birru bertanya Haikal dan bunda akan tersenyum pura-pura tidak mengerti dan meminta Birru memakluminya, "Mungkin dia lagi nggak baik-baik aja, tapi dia akan segera kembali kayak biasa. Jangan khawatir", kata bunda yang hanya dibalas anggukan oleh Birru, walau hatinya belum puas terhadap alasan Hanin membuat jarak padanya.

Sudah sebulan berlalu pasca hari itu, Hanin masih membalas sapaan Birru, menjawab pertanyaan Birru juga ketika ia bertanya saat makan bersama di rumah Hanin seperti biasanya, tapi ia selalu menolak ketika Birru mengajaknya pergi berdua meski hanya beli martabak di gang depan.

Pagi ini, bunda sibuk di dapur. Hanin melihat bunda membuat bubur, dan memasukkanya ke dalam mangkok.

"Tumben bikin bubur Bun, siapa yang sakit?", Haikal yang keluar dari kamarnya langsung duduk di kursi samping Hanin di meja makan.

"Mas Birru, gejala tifus. Udah tiga hari ini", jawab Haikal sambil menggigit pisang goreng. Hanin terdiam sebentar.

"Jengukin gih mbak, dia nggak mau ke rumah sakit. Pasti Mas Birru seneng dijengukin mbak. Mbak masih menganggap mas Birru teman kan?", kata Haikal. Hanin tau ada maksud lain dari ucapan Haikal, ia juga tahu sikap Hanin sedikit tidak adil untuk Birru, memberinya jarak tanpa penjelasan.

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang