14: Membiasakan Diri

545 86 1
                                    

Yang diharapkan kadang menjauh, yang tak diinginkan malah mendekat. Karena Tuhanmu lebih tau yang terbaik untukmu.

Tim Derap Langkah sudah pulang dari Bromo seminggu yang lalu. Sepulangnya dari sana, Nada langsung memberi Hanin sebuah kabar, yang efeknya membuat sel-sel di tubuh Hanin seperti tersengat listrik tegangan tinggi.

"Mbak Hanin, ada kabar heboh selama di Bromo", kata Nada heboh di ujung telepon setelah Nada baru saja sampai kosnya. Nada memang terbiasa menelepon Hanin untuk meminta pendapat tentang tugasnya di Derap Langkah, atau bertanya tentang tugasnya jika ia belum begitu faham, tak jurang juga mereka berakhir curhat mengenai anak-anak Derap Langkah.

"Memang ada kabar apa Nad?", kata Hanin sambil merapikan meja sisi ranjangnya, ia men-loadspeaker ponselnya agar suara Nada terdengar.

"Tau nggak sih mbak, Mas Birru dan Mbak Mega akhirnya in relationship!", satu kalimat Nada yang langsung membuat Hanin menghentikan segala aktivitasnya. Tubuhnya menegang, tidak benar-benar siap dengan kabar yang ia terima. "Dan katanya ya mbak, Mbak Mega yang ngajak duluan. Akhirnya ya setelah ribuan purnama perasaan Mas Birru terbalas". Lanjut Nada.

Seharusnya dari awal Hanin sadar bahwa jika ia berani melanjutkan perasaan -tidak terdefinisi-nya pada Birru, ia akan mengalami kejadian seperti ini, dimana akhirnya Mega membalas perasaan Birru. Karena dari awal memang begitu harusnya, hanya menunggu waktu saja. Tapi ternyata Hanin tak cukup mempersiapkan perasaannya menghadapi kondisi seperti ini, hatinya belum mampu menerima patah hati secepat ini. Bahkan Hanin belum punya cukup kesempatan untuk berjuang tapi ia sudah kalah duluan. Hanin meringis, pilu.

"Mbak .. Mbak Hanin masih disana kan? Kok diam aja", kata Nada yang membuyarkan lamunan Hanin.

"Oh iya Nad, bagus lah. Mmm aku tutup dulu ya Nad".

"Oh oke deh kak, selamat malam", kata Nada tanpa banyak bertanya.

Hanin menghela nafas berat sambil sekuat tenaga menghalau air matanya turun. Kenapa menyukai seseorang harus sesakit ini rasanya?

---@@---

Sejak kabar Birru-Mega pacaran sehabis pulang dari Bromo, rasanya setiap sudut di Derap Langkah tidak ada yang berhenti membicarakan keduanya. Semua orang tidak berhentinya menggoda Birru. Hanin sendiri, juga ikut mengucapkan selamat ke Birru. Bentuk formalitas. Setelah itu, selama tiga hari ini, ia lebih banyak diam dan menyendiri untuk membuat naskah, kadang ditemani Bang Tegar atau Syifa. Atau kalau tidak, ia akan lebih banyak di kampus dengan alasan revisian. Hanin tidak sepenuhnya bohong mengenai alasannya, karena setelah sidang, memang ada sedikit naskah skripsinya yang harus ia revisi sebelum akhirnya bisa mendaftar yudisium.

Selama semingguan itu, Birru juga masih selalu makan di rumah Hanin. Semuanya berjalan seperti biasa karena bunda maupun Haikal memang belum tahu kabar Birru-Mega. Hanin sendiri tidak berniat memberi tahu, membiarkan Birru sendiri yang bilang jika ia ingin.

Hanin menguatkan hatinya untuk bersikap seperti biasa layaknya sebelum mendengar kabar itu. Mungkin terlihat berhasil di depan orang-orang, tapi di kamarnya ia diam-diam menangis menumpahkan segala sesak di dadanya. Salahkan perasaannya yang tidak mau diajak berkompromi.

Sore ini,usai mengurus pendaftaran yudisium, Hanin langsung pergi ke Derap Langkah. Sesampainya disana, ia langsung menuju salah satu ruang untuk melanjutkan scriptnya. Ruang ini adalah ruangan yang paling tenang di antara ruangan-ruangan lainnya. Jika tidak benar-benar penting, anak-anak Derap Langkah tidak dibiarkan merusuh di ruang ini karena ruangan ini jadi tempat lahirnya banyak cerita untuk webseries mereka, makanya harus dijaga ketenangannya agar tidak menganggu konsentrasi para penulis naskah. Dan ruangan ini menjadi ruangan favorit Hanin selama semingguan ini. Ia sedang tidak ingin mendengar kabar apapun mengenai hubungan Birru dan Mega.

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang