10: Makan Malam

471 86 3
                                        

I'm jealous of the love

Love that was in here

Gone for someone else to share

(Jealous-Labirynth)

Malam ini malam minggu, Mega mengajak Birru untuk pergi makan malam berdua. Semenjak kejadian pertemuannya dengan Kak Danis yang ternyata pada saat itu sedang bersama wanita yang ia klaim sebagai kekasihnya, Mega merasa hancur. Beruntung saat itu ada Birru yang menemaninya menangis.Sejak itu, ia berusaha berdamai dengan diri sendiri dan tidak mengharapkan Kak Danis lebih lagi. Dan hari ini ia berniat berterimakasih kepada Birru karena selalu ada untuk Mega saat ia butuh. Mengingat kebaikan-kebaikan Birru, Mega merasa bersalah pura-pura tidak tahu dengan perasaan Birru. Padahal Mega tahu semuanya dan Birru sangat sabar menghadapainya selama ini. Mega jadi berfikir, apakah ia harus mulai membuka hatinya untuk Birru? sahabatnya?

"Tumben ngajakin malam mingguan Meg, mau nyogok ya?", canda Birru yang duduk di hadapan Mega sambil membuka menu makanan.

"Haha nggak, pingin quality time berdua aja", jawab Mega sambil menulis menu yang akan ia pesan di kertas putih yang ada didepannya.

"Dalam rangka?", tanya Birru penasaran. Biasanya ia yang akan mengajak Mega keluar dan bukan sebaliknya. Kalau kayak gini, Birru boleh GR nggak sih? Tapi nanti kalau jatuh lagi, sakit lagi.

"Nikmatin aja kali Ru. Kok kamu jadi suudzon gitu", kata Mega mengerling bercanda sambil mengangsurkan kertas putih yang ia pegang tadi kepada Birru, menyilahkannya untuk menulis pesanannya juga.Birru pun akhirnya menyerah dan ikut tertawa.

Sambil menunggu makan, Mega berdehem membuat Birru meliriknya.

"By the way, aku mau ngucapin makasih Birru, untuk semuanya. Kamu baik banget sama aku selama ini"

Birru tersenyum, ia paham maksud Mega." Those were what friends are for, Meg. Aku senang kok ngelakuinnya"

Mega mengangguk kemudian tersenyum juga. Sebenarnya ia ingin membahas mengenai perasaan Birru dan rencananya untuk mulai mencoba membuka diri untuk Birru, namun saat ini Mega belum punya nyali.Ia perempuan, haruskah ia mengatakannya duluan? Tapi ia harap, first move nya mengajak Birru keluar duluan cukup dipahami Birru bahwa ia mulai mencoba membuka hatinya untuk Birru.

Ketika ia melihat sekeliling, ada 2 orang yang ia kenali sedang memasuki caffe. Seorang gadis yang menggunakan baju biru lengan panjang diikuti laki-laki yang memakai jaket jeans di belakangnya, Hanin dan Elang.

"Eh Ru, itu Hanin dan Elang bukan sih?", kata Mega yang membuat Birru ikut menoleh.

"Mereka kelihatannya lagi dekat ya?", kata Mega lagi.

Hanin dan Elang melayangkan pandangannya ke sekeliling mencari meja kosong sampai keduanya melihat Birru. Birru langsung melambaikan tangannya, mereka berdua pun mendekat ke meja Birru dan Mega.

"Makan berdua aja?", tanya Birru ketika mereka sampai di mejanya.

"Iya nih, nyogok biar nggak ngambekan lagi", jawab Elang sambil melirik ke Hanin.Birru dan Mega tertawa, Hanin hanya tersenyum saja.

"Kita satu meja aja yuk? biar rame", Mega menawari mereka duduk di dua bangku kosong di sebelah Mega dan Birru. Mendengar itu Elang melirik Hanin, menanti persetujuan gadis itu. Melihat semua menunggu jawabannya, tentu saja tidak sopan Hanin menolak maka ia tersenyum mengangguk setuju dan segera mengambil duduk di sebelah Mega dan seberang Elang. Entah kenapa, Hanin sedang tidak ingin dekat-dekat dengan Birru. Apalagi sejak kejadian malam itu, saat ia ditinggal Birru pulang tanpa mengabarinya. Sebenarnya Birru sudah meminta maaf kepada Hanin dengan mendatanginya di rumah, tapi entahlah Hanin juga tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya sekarang.

"Princess Hanin, mau pesen apa?",Kata Elang yang membuat Mega tertawa. Hanin cuek saja.

"Aduh kalian lucu banget sih, kalian lagi dekat?", tanya Mega penasaran.

"Doain aja ya Meg", jawab Elang dengan kerlingan. Hanin sengaja melirik Birru untuk melihat responnya, ia justru tersenyum melihat Hanin. Tidak ada tanda-tanda cemburu sama sekali.

Hanin, sadar! Memangnya kenapa Birru harus cemburu?

"Ada Sate Taichan Mozarella yang enak Nin. Kata Haikal kemarin kan kamu lagi pengen sate..", kata Birru. Waktu makan malam kemarin Hanin memang berniat megajak Haikal untuk makan sate di luar. Niatnya sih untuk menghindari Birru, biar ia hanya makan dengan Bunda saja. Sungguh, jiwa kekanakkan Hanin yang menyuruh. Ia belum siap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dengan hatinya akhir-akhir ini di depan Birru. Sayangnya, Bunda melarang keras Hanin pergi dengan Haikal untuk beli sate kecuali mengajak Birru juga. Tentu Hanin langsung menolak ide bunda tersebut. Sama aja dong kalo ada Birru!

"Oh iya deh, itu aja Lang", jawab Hanin mengikuti rekomendasi Birru. Kemudian Elang menulis pesanannya di kertas dan diberikan kepada pelayan cafe.

"Katanya Pizza disini enak, kalian mau coba?", tawar Mega.

"Hanin nggak suka Pizza Meg, kita pesan makanan yang semuanya suka aja," kata Birru. Mega dan Elang menatap ke Hanin dan Birru bergantian.

Kemudian Hanin buru-buru berkata" Eh kalau mau pesan Pizza nggak apa-apa pesan aja".

"Oreo desert box aja? Semuanya suka kan?", usul Birru tidak mengindahkan Hanin.

Hanin kan jadi nggak enak sama Mega.

"Tentu, makan penutup emang enak yang adem-adem", jawab Mega setuju dengan usul Birru. Sambil menunggu pesanan mereka berempat bertukar cerita tentang banyak hal, baik tentang kuliah, keluarga, Derap Langkah, aktivitas harian dan lain-lain.

"Kamu gimana skripsinya Meg?", tanya Elang kepada Birru.

"Mentok di bab dua sama kayak Birru", kata Mega sambil ketawa. Bentuk ke fustrasianya karena disuruh dosen revisi melulu.

"Kita emang sehati banget Meg", Birru ikut tertawa.

Hanin akan membuka botol air mineral, tapi ia kesulitan membuka tutupnya. Melihat itu, Birru langsung mengambil botol dari tangan Hanin dan membukakannya.

"Tumben kamu minumnya air putih aja Nin? Biasanya selalu pesan es coklat?", tanya Birru.

"Biar sehat, terlalu banyak manis-manis nggak baik. Nanti giginya dimakan kuman",kata Hanin kayak orang gedhe yang ngsih tau anak kecil nggak boleh makan permen banyak-banyak.

Birru terkekeh mendengar jawaban Hanin.

Mega melirik ke arah Birru kemudian ke Hanin. Entah hanya perasaan Mega saja atau memang Birru ternyata tau banyak hal tentang Hanin.Birru juga terlihat sangat perhatian dengan Hanin. Dan Mega baru saja menyadari bahwa hal itu membuatnya .... tidak nyaman. Tapi interaksi Hanin dan Birru terlihat biasa saja, tidak ada gesture yang aneh dan mengindikasikan hubungan mereka lebih dari hubungan pertemanan. Apakah Mega terlalu berlebihan jika merasa kurang nyaman? Atau ini isyarat bahwa Mega harus segera mengatakan ke Birru bahwa ia ingin mencoba menjalani hubungan dengan Birru?

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang