15: Kalung Bandul Bunga Matahari

538 91 1
                                    

Prestasi terbesar seorang anak adalah ketika membuat orangtuanya tersenyum bahagia karenanya.

Tak terasa hari yang ditunggu-tunggu Hanin sebagai seorang mahasiswa tiba. Setelah perjuangan panjang belajar dengan sungguh-sungguh selama 4 tahun di bangku perkuliahan, akhirnya usahanya berbuah manis. Dalam wisuda periode ini, Hanin dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik fakultas dengan IPK 3,89. Namanya terpampang di layar monitor sebagai daftar mahasiswa terbaik fakultas bersama dengan nama-nama mahasiswa terbaik yang lain dari fakultas yang bebeda. Sungguh, Hanin tidak berhenti mengucapkan kata syukurnya dalam hati.

Ayah, Hanin berhasil jadi Mahasiswa Terbaik Fakultas. Semoga Ayah bangga disana.

Hanin bukanlah mahasiswa yang aktif berorganisasi maupun aktif ikut lomba, tapi ia punya passion dan tujuan yang jelas untuk kehidupannya. Dan Ayahnya selalu bilang, Nggak perlu jadi yang terbaik, cukup jalani apa yang dihadapanmu dengan sungguh-sungguh, maka biarlah Tuhan yang membuka jalan. Kata-kata itu bagai motivasi untuk Hanin menjalankan setiap kegiatannya dengan sungguh-sungguh, jadi walaupun ia tidak punya prestasi yang cukup mentereng ia tetap bangga dengan dirinya sendiri karena sudah bekerja keras selama ini.

Usai acara wisuda berakhir, Hanin langsung menemui Bunda. Bunda berdiri di bawah pohon bersama Haikal dengan -sebuah boneka yang menggunakan baju toga- di tangannya. Beliau memakai baju kebaya terbaiknya hari ini. Melihat Hanin dari kejauhan, bunda langsung memberikan senyumannya dan Hanin segera menuju ke arah bunda dan memeluknya erat. Bunda tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika Hanin memeluknya tapi tangan kanannya mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kirinya masih membawa boneka. Tak lama setelahnya, Haikal segera ikut memeluk Hanin dan Bunda. Badan jangkungnya memberikan kami berdua rasa aman. Masih belum ada satupun kata yang terucap dari mulut kami, tapi kami sama-sama saling paham perasaan masing-masing.

"Selamat wisuda ya, Mbak Hanin", kata bunda seolah mewakilkan ayah. Pelukan Hanin mengerat, airmatanya yang sekuat tenaga ia tahan luruh juga. Biasanya ayah yang selalu memanggil Hanin dengan kata 'mbak' di depannya.

Haikal mencium ubun-ubun Hanin kemudian berkata, "Sudah jangan nangis lagi, ini hari bahagianya Mbak Hanin jadi Mbak harus seneng hari ini".

Bunda mengangguk kemudian menguraikan pelukan Hanin. "Teman-teman kamu nanti mau ketemu?"

Hanin mengangguk sambil menghapus sisa-sisa air matanya. Bunda ikut membantu dengan tangannya,"Bunda dan Haikal bangga sekali samu kamu Nin". Hanin menangguk masih belum bersuara karena tangis yang ia tahan.

Tak lama setelahnya teman-teman sekelasnya mulai berdatangan untuk memberikan ucapan. Haikal sudah siap menjadi fotografer dengan kamera di tangannya. Tidak hanya teman-temannya di kampus, teman-teman SMA dan SMPnya juga banyak yang datang untuk mengucapkan ucapan selamat.Hanin memang sedikit introvert, namun ia punya banyak sekali teman dekat, makanya cukup banyak teman-temannya yang datang ke wisudanya hari ini.

Tak lama setelah itu, rombongan teman-temannya di Derap Langkah datang dengan formasi full team. Mereka segera menghambur ke arah Hanin dan mengucapkan ucapan selamat satu persatu mulai dari Nada, Syifa, Mas Kai, Lanang, Elang, Bang Tegar dan terakhir Birru.

"Proud of you, Hanin", bisik Birru sambil mengelus kepala belakangnya sekali dan tersenyum.

Setelahnya Bang Tegar langsung meminta Haikal untuk memfotokan mereka. Bang Tegar terlihat puas ketika melihat hasil foto Haikal di kamera.

"Kamu, Hanin dan Bunda udah foto bareng belum?", tanya Mas Kai ke Haikal dan melihat haikal menggeleng Mas Kai segera menawarkan diri untuk memfoto mereka. Kemudian Mas Kai langsung mengarahkan pose kami dan kemudian membidik kameranya ke arah kami. Tanpa melihat hasil fotonya, kalau Mas Kai yang memfoto pasti hasilnya bagus.

"Birru ikut foto yuk? Kita kan belum pernah foto bareng juga", tawar Bunda. Sering menghabiskan waktu bersama memang membuat Birru punya kedekatan yang kuat dengan keluarga Hanin, bahkan bunda secara tidak langsung sudah menganggap Birru sebagai salah satu anak laki-lakinya selain Haikal.

Birru menyambut tawaran Bunda dengan segera beranjak berdiri di samping Hanin, kalau diurutkan dari kanan ke kiri, ada Haikal, Bunda, Hanin kemudian disampingnya ada Birru.

"Birru kamu terlalu ke kiri, agak deketan dikit", kata Mas Kai memberi arahan.

Birru segera mendekatkan diri sampai bahunya bersentuhan dengan bahu Hanin dan tangan kirinyanya menyentuh pinggang Hanin, yang membuat Hanin menegang sejenak.

"Good", kata Mas Kai usai mengambil gambar kami berempat.

Setelahnya mereka berpamitan karena ada aktivitas masing-masing, sebelum pergi mereka sekali lagi memeluk Hanin mengucapkan rasa bangganya ke wanita itu.

Hanya Birru yang tinggal, ia berdiri di sisi Haikal sambil melihat foto-foto di kamera yang di bawa haikal.

Birru menawarkan diri untuk mengantar kami pulang, karena Haikal ada urusan mendadak setelahnya.

Setelah sampai rumah, Birru membantu Hanin dan Bunda membawa hadiah-hadiah yang diberikan teman-teman Hanin sebagai hadiah kelulusannya.

Kemudian Bunda mengajak Birru mengajak untuk makan siang bersama. Birru membantu bunda mempersiapkan makan siang di dapur sembari Hanin membersihkan makeup nya. Setelah itu, mereka makan dan bunda menanyakan banyak hal kepada Birru, termasuk hubungannya dengan Mega. Dan hubungan Birru dan Mega memang sangat baik, mereka orang-orang berpikiran dewasa dengan kepribadian yang sama sehingga jarang sekali ada masalah dalam hubungan mereka.

Menjelang sore, Birru pamit pulang, namun sebelum pulang ia memanggil Hanin mendekat.

"Buat kamu", katanya sambil menyodorkan dua paper bag ke arah Hanin.

"Hah? Keduanya buat aku?", Birru mengangguk.

"Ih kok repot-repot banget sih"

Birru cuma senyum sambil menepuk pelan pundak Hanin dua kali, "Pamit dulu ya"

"Makasih Birru", Teriak Hanin ketika Birru sudah sampai gerbang rumahnya, dan Birru menjawab dengan tertawa kecil.

Setelah Birru tidak terlihat, Hanin segera membuka paper bag dari Birru. Kain etnik bromo yang ia duga oleh-oleh yang Birru beli ketika di Bromo. Kemudian ia melanjutkan melihat paper bag kedua, ada kotak kecil berbentuk persegi. Hanin membukanya dan kemudian ia membatu, sesaat kemudian ia tersenyum lebar sekali. Ia melihat benda cantik yang ada di kotak tersebut. Hanin benar-benar tidak menyangka Birru akan memberinya benda itu. Kalung bandul bunga matahari, yang mereka jumpai di toko perhiasan beberapa minggu yang lalu.


Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang