4: Sarapan

610 88 2
                                    

Kata siapa zaman sekarang wanita bisa masak itu nggak penting? Nyatanya banyak laki-laki jatuh cinta berkali-kali lipat sama pasangannya karena masakannya.

Sejak pukul 9 pagi, Mega dan Brian sudah berada di rumah Birru. Birru mengajak Mega berdiskusi mengenai skripsi mereka yang mempunyai tema penelitian yang sama, sedangkan Brian yang notabene-nya adalah temen terdekat Birru di kampus memang sering main atau bahkan menginap di rumahnya.

Karena diantara mereka bertiga belum ada yang sarapan, akhirnya Mega memutuskan memasak makanan untuk mereka bertiga.

" Kamu punya bahan masakan apa aja di kulkas, Ru?"

"Apa yaa.. coba lihat aja di kulkas Meg"

"Palingan juga mie instan sama telor, yang biasa di masak Birru pas kelaparan malam-malam. Birru mana pernah masak makanan yang layak dimakan sendiri", sahut Brian yang telah menyusul di dapur.

"Ya kan biasanya udah ada yang masakin", jawab Birru enteng.

Semua anggota geng KMY sudah tau kalau setiap hari Birru ikut makan di keluarga Hanin.Mega sendiri lumayan kenal dekat dengan Hanin dan keluarganya karena beberapa kali daiajak Birru main kesana. Mega juga beberapa kali ikut Birru ke Derap Langkah, dan Hanin-lah yang paling sering ngajak Mega ngobrol.

Mega membuka kulkas, dan hanya ada telur dan beberapa sayur.

"Cuma ada telur dan sayur nih, masak omelet aja yaa?", kata Mega.

"Oke Meg, dikasih daun bawang ya..", jawab Birru sambil melihat ke arah Mega yang dijawab anggukan. Kesukaan Birru masih sama, batin Mega.

Mega segera mengolah semua bahan masakan yang dibutuhkan, Birru membantunya memasak nasi yang cukup untuk mereka bertiga. Sedangkan Brian duduk di kursi makan sambil memainkan game di ponselnya.

"Eh Ru, Hanin fakultas psikologi kan? udah skripsian juga dia?", tanya Brian tiba-tiba.

"Hmm, udah mau selesai kayaknya", jawab Birru yang masih sibuk dengan beras dan magiccomnya.

"Dia masih jomblo nggak?"

"Iya, Hanin mana kenal pacaran", jawab Birru santai sambil ikut duduk di meja makan di seberang Brian.

"Bisa dideketin dong?"

"Kayak Hanin mau dideketin sama kamu aja", Sambar Mega sadis.

"Ya kan yang penting usaha dulu kali Meg"

"Heh, sebagai sesama perempuan aku nggak rela Hanin dideketin sama kamu, Bri. Enak bener kamu playboy yangmantannya selusin dapat gadis baik-baik kayak Hanin yang belum pernah pacaran, nggak adil buat Hanin", sungut Mega sambil memotong daun bawang kecil-kecil. Birru tersenyum mendengar jawaban Mega. Sejak Birru mengenalkan Mega dengan Hanin, mereka menjadi teman baik, tidak heran Mega ikut bersikap protektif terhadap Hanin.

Brian hanya mendengus, kemudian melanjutkan permainannya. Prinsip Brian, jangan berdebat dengan perempuan. Karena hukum dasar bagi perempuan, pasal satu: mereka selalu benar, kalau salah kembali ke pasal satu. Huh

Setelah semua masakan matang, mereka bertiga segera makan agar bisa segera melanjutkan mengerjakan skripsi mereka.

"Kok masakannya enak sih Meg, kamu kasih banyak micin ya?", tutur Brian sambil makan dengan rakus.

"Sembarangan kalau ngomong, gini-gini aku bisa masak ya. Kalau ikut master chef, pasti lolosnya". Mega memutar bola mata sebal ke arah Brian, Birru tertawa pelan sambil masih melanjutkan makan. "Lagian, wanita harus bisa masak tau!", lanjut Mega.

"Lhah, kata siapa? Aku nggak mengharuskan istriku nanti bisa masak. Sekarang apa-apa kan bisa pesan! Laki-laki nikahin perempuan kan buat jadi istri bukan jadi pembantu", tutur Brian.

"Ya nggak gitu cara mikirnya Bri! Memasak itu ekspresi cinta wanita ke pasangannya dan keluarganya. Coba deh mikir, kamu nggak pingin apa nanti anak-anak kamu punya kenangan tentang masakah ibunya? Yang kalau ditanya ibu guru di sekolah 'masakan siapa yang paling enak' terus mereka jawab masakan ibu. Kalau ibunya nggak bisa masak dan beli online terus mana bisa hal itu terjadi?", terang Mega panjang lebar mengemukakan pendapatnya.

Birru melirik ke arah Mega, tiba-tiba dia terfikir bagaimana ya kalau dia nanti membangun rumah tangganya dengan Mega? Selain pintar, Mega juga cukup pandai memasak. Ia memenuhi kriteria istri idaman versi biru. Bisa masak.

Birru bukan penganut budaya patrirki yang menuntut wanita harus bisa masak sih, tapi membayangkan tiap pagi ada yang membuatkannya dan anak-anaknya kelak sarapan yang bergizi seperti yang Mega katakan tadi saja sudah membuat perasaan Birru menghangat. Ah rasanya, Birru telah berandai-andai terlalu jauh, lulus skripsi aja belum!

Sadar diamati, Mega langsung menoleh ke Birru dan mengernyitkan alisnya sebagai tanda tanya 'ada apa?'. Birru hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala ke arah Mega. Mega hanya mengangguk-angguk pura-pura mengerti.

Ketika semua piring telah kosong, Mega segera membawa piring-piring ke tempat cuci dibantu Birru dan Brian, kemudian mencucinya.

Tiba-tiba terdengar suara seorang memanggil-manggil dari arah depan rumah Birru.

" Birru"

"Hallo Birru"

"Ini Hanin"

Mendengar itu, Birru langsung ke depan. Brian segera mengikuti Birru setelah mencomot apel di kulkas Birru.

"Hai Nin", sapa Brian kelewat ramah " Eh bawa apa nih, sini aku bantu. Kasihan kamunya, berat"

Birru mendengus, dasar pencintraan sekali si Brian. Hanin cuma bawa 2 mangkuk berisi lauk dan sayur mana bisa dikatakan berat.

"Eh ada Brian ya", jawab Hanin sambil tersenyum manis ke arah Brian,"Ini, tadi Birru nggak sarapan ke rumah jadi ibu minta nganterin ini ke Birru". Hanin kemudian menyodorkan kedua mangkuk itu ke Brian.

"Ya ampun, makasih banget ya Nin. Enak banget ini baunya", jawab Brian.

"Hanin! Apa kabar?", sapa Mega yang tiba-tiba muncul dari balik bahu Birru.

"Eh , Hai Mega. Aduh aku nggak tau kalau pada ngumpul disini, tau gitu aku ajak makan bareng di rumah tadi"

"Nggak apa-apa, kita baru selesai makan juga kok. Eh ada lauk ya, enak banget kelihatannya", ujar Mega setelah melihat mangkuk yang di bawa Brian. Hanin hanya tersenyum menanggapinya.

"Nin, masuk yuk. Kita lagi ngerjain skripsi nih", ajak Birru.

"Kamu sama Mega aja kali yang ngerjain, aku nggak" sahut Brian yang membuat Hanin tertawa. " Eh aku mau beli minuman di swalayan, mau nganterin nggak Nin?", kata Brian. Sumpah yaa, nggak salah kalau Brian di cap-buaya. Aluus banget modusnya.

"Oh boleh, yuk", Brian tersenyum senang kemudian tersenyum jumawa ke arah Birru dan Mega. Mega mendecih melihat kelakukan Brian.

"Brian, dijagain Haninnya", pesan Biru.

"Nggak usah goda-godain!", tambah Mega ke Brian kemudian menoleh ke Hanin, " Nin, jangan mau di godain Brian, dia playboy. You deserve someone better than him"

Mendengar itu, Hanin tertawa sedangkan Brian mendengus tidak terima kemudian langsung mengajak Hanin pergi menggunakan mobil Brian.

Setelah mereka pergi, Mega dan Birru masih di halaman menyaksikan mobil Brian pergi. Birru melirik Mega yang masih tertawa. Cantik, batin Birru. Ia suka melihat Mega tertwa seperti itu.Mega yang sadar dilirik langsung berkata, " Temen kamu tuh"

" Teman kamu juga kan". Kemudian mereka tertawa bersama sambil masuk ke rumah untuk melanjutkan mengerjakan skripsi mereka.

Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang