21: Quality Time

749 98 0
                                    

Everything happens for a reason, then i believe that i fall for you also for a reason.

Birru dan Hanin duduk saling berhadapan dengan canggung di salah satu sudut kafe di sekitar daerah Keraton sembari menunggu pesanan mereka datang. Suasana Yogyakarta hari ini begitu cerah, rembulan menyembul di langit malam menampilkan hampir seluruh badannya. Hal ini tentu tidak disia-siakan Birru dengan memberanikan diri mengajak Hanin keluar. Untuk memperbaiki hubugan mereka yang sempat sangat renggang.

"Australia gimana?", tanya Birru membuka suara.

Hanin yang awalnya memandang ke sekeliling ruangan asal bukan Birru pun akhirnya mau tidak mau menatap ke laki-laki jangkung itu,"Baik, kemarin terakhir aku disana masih musim dingin". Hanin memberikan seulas senyum di akhir kalimatnya.

Birru mengangguk-angguk mendengar jawaban Hanin. Sialan, Birru mendadak blank tentang topik percakapan apa yang harus ia mulai, padahal sebelum mengajak Hanin keluar tadi, ia sudah menyusun skenario topik pembicaraan yang akan ia katakan.

"Kamu gimana kabarnya?", kali ini Hanin yang mengurai kecanggungan mereka.

"Baik..." kemudian tersenyum menjeda jawaban kemudian memandang Hanin sebentar,"Tapi ada yang kurang tiga tahun ini"

Hanin terlihat langsung salah tingkah, ia cukup tahu apa maksud Birru.

"Aku bahagia sekarang Nin. Akhirnya kamu pulang", kata Birru sambil tersenyum masih belum mengalihkan tatapan dalamnya ke Hanin.

Hal itu cukup mengintimidasi Hanin. Tiga tahun ini, ia yang meminta untuk memutus komunikasi ke Birru. Bahkan, walaupun Birru sudah berusaha meminta kontak baru Hanin selama di Australia ke Haikal maupun bunda, Hanin tidak mengijinkan berkomunikasi langsung dengannya. Keluarga Hanin paham, Hanin hanya ingin menyembuhkan hatinya saat itu. Birru pun tahu, karena ia lah orang yang berhubungan dengan patah hatinya. Maka ia akan menuruti keinginan gadis itu.

Setelah percakapan itu, suasana terasa canggung lagi. Untunglah, pelayan kafe akhirnya datang membawa pesanan mereka.

"Masih suka makanan yang berbau Oreo Nin?", tanya Birru ketika pelayan menaruh satu persatu pesanan ke Meja mereka.

Hanin mengangguk. "Masih"

"Disini ada ice cream oreo yang enak banget, mau pesan?"

"Really? Mau...", kata Hanin dengan mata yang membulat antusias,membuatnya terlihat menggemaskan di mata Birru.

"Tambah ice cream oreonya dua ya mbak", kata Birru ke pelayan kafe.

Hanin tersenyum kemudian mengucapkan terimakasih ke pelayan kafe.

"Makasih juga, Birru", kata Hanin. Hanin belum berubah, ia selalu tidak pernah lupa mengucapkan kata terimakasih kepada orang-orang yang berbuat sesuatu untuknya, termasuk hal-hal kecil seperti merekomendasikan dan memesankan makanan atau minuman kesukaanya seperti tadi.

Terlihat simpel, tapi kata terimakasih tersebut membuat orang merasa dihargai usaha baiknya. Hal itu lah yang menjadikan Hanin banyak disukai oleh teman-temannya.

"Kafe ini baru ya Ru? Kayaknya dulu belum ada"

"Iya, berdiri sekitar 4 bulan setelah kamu berangkat ke Australia". Hanin mengangguk-angguk mendengar jawaban Birru.

"Kamu sering kesini?" Hanin memasukkan satu potong daging cumi ke mulutnya.

Birru menelan makannya sebelum menjawab Hanin," Dulu sering ke sini sama Mega"

"Ohh..", kata Hanin singkat.

Ingat ia menyebut nama Mega, Birru buru-buru menambahkan,"Dulu pas masing bareng, sekarang udah nggak". Birru melirik Hanin, menanti responnnya. Tapi Hanin hanya mengangguk sambil melanjutkan makanan.

Sejujurnya Birru sedikit kalang kabut menghadapi Hanin sekarang. Dulu ia menolak perasaan Hanin dengan alasan saat itu ia bersama Mega dan ia memang sangat menyayangi Mega kala itu. Dan sekarang ketika Hanin pulang, ia benar-benar tidak tahu bagaimana perasaan Hanin kepadanya. Apakah ia masih menyukainya atau tidak sama sekali? Maka menghidari topik mengenai hal yang menyebabkan canggungnya hubungan mereka adalah jalan terbaik, termasuk menghindari topik Mega dan masa lalu hubungan mereka. Untuk menjaga perasaan Hanin.

Birru sendiri sebenarnya masih terngiang-ngiang perkataan Mega mengenai topik 'siapa yang ingin kita jadikan teman untuk menua bersama' sebelum ia putus dengan Mega tiap kali ia melihat Hanin. Tapi saat ini ia ingin lebih fokus memperbaiki hubungan persahabatannya dengan gadis mungil di hadapannya ini.

"Derap Langkah dan anak-anak gimana kabarnya Ru? Aku kangen banget"

"Kan biasanya teleponan sama Nada? Nada udah cerita banyak kan? Dia teleponnya selalu di depan aku tuh, terus pamer ke aku kalau lagi teleponan sama kamu. Terus aku minta dia loadspeaker supaya bisa dengar suara kamu juga", kata Birru jujur dengan tawa kecil. Hanin menunduk dengan pipi merona merah, campuran malu dan tidak enak kepada Birru.

"Maaf ya Ru..", kata Hanin.

"Nggak apa-apa, kan aku udah bilang tadi. Aku udah bahagia kamu pulang"

Hanin tersenyum tapi belum berani menatap Birru.

"Besok mau ke Derap Langkah bareng aku? Anak-anak pasti seneng ketemu kamu", tawar Birru.

Hanin langsung mengangguk antusias, tadi Birru sudah bilang kalau Hanin sangat menggemaskan dengan ekspresi antusiasnya itu belum sih?

"Mau Ru, besok jam berapa?"

Birru tersenyum melihatnya, " Kapan pun kamu mau Nin, pintu Derap Langkah selalu terbuka buat kamu"

Mendengar jawaban Birru, Hanin tersenyum manis sekali. "Terimakasih Birru"


Menua BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang