Jangan aku

586 51 10
                                    

2 April 2019 pukul 18.25 The peninsula Hotel

Seokjin berjalan masuk kearah toilet umum yang berada di lantai 1 hotel. Ia mengacak acak rambutnya yang rapih. Ia bahkan melepas outer hitam yang sedang ia kenakan. Menatap dirinya didepan cermin yang berada di toilet tersebut.

AAAARRRGHHH!!

Seokjin berteriak dengan sangat kencang. Beruntung tidak ada orang disana yang sedang menggunakan toilet, jadi tidak ada yang melihatnya. Ia mencuci wajahnya. Memikirkan ucapan Jiwon dan kehidupan yang akan ia jalani setelahnya.

Seokjin menatap pantulan dirinya dengan wajah yang basah. Matanya memerah menahan amarah dan emosinya.

"Apa aku terlalu egois? Kenapa aku bisa sekasar itu pada Jiwon? Apa yang telah aku perbuat?" tanya Seokjin pada pantulannya di cermin.

Dengan cepat Seokjin mengambil Outernya dan keluar dari toilet itu. Ia berjalan menuju tempat dimana ia meninggalkan Jiwon sendirian. Langkahnya semakin cepat, ia berlari menuju pantai. Detak jantungnya tidak beraturan. Nafasnya juga tersengal sengal.

Kaki Seokjin terhenti saat sepatunya sukses menginjak pasir. Matanya membulat sempurna. Outer itu terjatuh dari genggamanya. Air mata juga kini jatuh dari pelupuknya melihat kini pacarnya atau yang bisa ia sebut Mantan Pacarnya sekarang berpelukan dengan lelaki lain.

Siapa namanya? Ji Changwook.

Lelaki itu sekarang sedang menatap kearah Seokjin. Ia menatap Seokjin dengan penuh emosi dan lebih mengeratkan pelukannya, memegang tengkuk Jiwon dan lebih menenggelamkannya di bahu kanannya yang lebar.

Pikiran Seokjin kini dihiasi dengan kekesalan, penyesalan dan kesedihan. Ia sangat yakin bahwa Changwook tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan bodohnya Seokjin yang telah memberikannya jalan untuk bisa bersama Jiwon.

3 April 2019 pukul 11.45 Ginza Kyubey Restaurant

Seokjin kini terduduk didepan Appanya yang terlihat sedang melahap sebuat sashimi dihadapan mereka. Sashimi segar itu tersaji dengan cantik dan sangat menggugah selera makannya. Namun Seokjin belum juga mengangkat sumpit yang berada di depannya.

"Kau masih canggung padaku?" tanya Appa sambil menyuap sepotong salmon.

"Tidak"

Kini Appa menaruh sumpitnya dan menatap anak semata wayangnya itu. Wajahnya yang tampan itu kini menunduk dan tampak lesu.

"Kau sakit? Kau tidak boleh sakit, seorang dokter tidak boleh sakit" ucap Appa pada Seokjin.

"Aku baik baik saja"

"Lalu kenapa kau tidak makan?" tanya Appa.

Tidak ada jawaban dari Seokjin. Ia hanya terdiam dihadapan Appanya. Kini ia menatap Appanya yang mengambil sumpit dan menyodorkannya padanya. Seokjin pun dengan terpaksa mengambil sumpit itu.

"Makanlah, aku sudah membayar ini semua" ucap Appa pada Seokjin.

Seokjin mencelupkan tuna segar kedalam kecap asin dan memakannya tanpa ekspresi. Appa yang memperhatikannya pun terus menatap anaknya yang makan sangat perlahan. Bahkan terkadang Seokjin berhenti mengunyah dan membiarkan ikan itu dimulutnya.

"Kalau begini, ajak saja ia kemari" ucap Appa.

"Siapa?" tanya Seokjin.

"Aku membicarakan Jiwon" ucap Appa pada Seokjin.

Matanya membulat sempurna saat Appa menyebut nama Jiwon dihadapannya. Bayangan tentang Jiwon kini memenuhi otaknya. Namun ingatannya tadi malam benar benar membuatnya kehilangan akal. Ia sangat bodoh.

Perfect Boyfriend✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang