Masihkah ada harapan?

617 52 15
                                    

14 April 2019 pukul 20.04 Seoul National University Hospital

Seokjin menghentikan langkah kakinya tepat dibelakang Changwook yang sedang membelakanginya. Mata Seokjin membulat sempurna ketika melihat Jiwon yang ternyata sedang dicium oleh Changwook. Perlahan matanya mulai berair, hatinya menangis melihat adegan yang sangat tidak ia inginkan. Kakinya melemas seketika saat mata Jiwon dan Seokjin bertemu.

Jiwon yang menyadari kehadiran Seokjin pun mendorong tubuh Changwook menjauh darinya dan membuat Changwook hanya beberapa langkah saja didepan Seokjin. Ia pun menoleh ketika sebuah tangan menepuk pundaknya, dengan cepat Seokjin melayangkan tinjunya kearah Changwook hingga ia terjatuh diaspal rumah sakit.

Jiwon menutup mulutnya, ia sangat kaget melihatnya.

Changwook yang merasakan memar di pipinya kini membalas meninju Seokjin hingga ia terjatuh juga. Jiwon yang melihat adegan ini pun menangis ketakutan. Ia pun berteriak meminta bantuan.

“BERANI BERANINYA KAU MENCIUM JIWON! HAH!”

“APA URUSANMU? APA DIA KEKASIHMU?”

“Aku mohon tolong hentikaan” ucap Jiwon sambil mengusap air matanya.

Changwook dan Seokjin saling memegang kerah baju masing masing. Mereka saling menatap dengan tajam, dan tidak melepaskan satu sama lain, namun mereka pun melepaskan genggamannya dengan cepat saat 2 orang security datang karena teriakan Jiwon tadi. Security bisa melihat wajah Changwook dan Seokjin yang sudah memerah dan sedikit mengeluarkan darah.

“Ada masalah apa ini? Doktor Kim?” tanya Security yang sangat mengenal Seokjin.

Seokjin tidak menjawabnya. Ia hanya menatap Changwook dan mengatur nafasnya karena sangat kesal dengan lelaki yang sudah berani mencium pujaan hatinya.

Changwook dengan cepat menggenggam tangan Jiwon dan membawanya kesuatu tempat, meninggalkan Seokjin yang melemas terjatuh ditempatnya dan segera dibantu oleh 2 security untuk menjalani perawatan atas luka yang diberikan oleh Changwook untuknya.

“Oh? Apa yang terjadi? Ya! Kau kenapa?” tanya Jinyong saat melihat temannya kini sedang dibantu berjalan oleh 2 orang security.

Seokjin tidak mampu untuk berbicara, mulutnya seakan terkunci karena amarah dan kesedihan yang ia alami beserta sakit yang ia rasakan.

“Kami menemukannya sedang bertengkar dengan seorang pemuda diluar, Doktor”

“Secepatnya bawa ke ruangannya. Biarkan aku mengambil beberapa obat dulu” ucap Jinyoung seraya pergi mengambil beberapa Obat untuk Seokjin.

Kedua security itu membawa Seokjin ke ruangannya. Mendudukkan Seokjin di kursi yang tersedia, lalu meninggalkannya di ruangan sendirian. Mereka menutup pintu dan mendengar suara isak tangis dari ruangan Seokjin. Kecil namun terdengar jelas.

Jinyoung pun yang baru saja tiba didepan pintu ruangan Seokjin kini menatap security yang belum meninggalkan tempatnya. Mereka masih menunggu Seokjin yang menangis didalam.

“Terimakasih pak, kini biar aku yang menjaganya” ucap Jinyoung kepada 2 security itu dan masuk ke ruangan Seokjin.

15 April 2019 pukul 16.47 Seokjin’s House

Seokjin yang memakai baju putih sambil menenteng jas putih doktornya itu membuka pintu rumahnya dengan perlahan. Ia melihat Eommanya yang kini memakai alat bantu tongkat itu sedang memasak didapur. Eomma kini sudah agak membaik maka dari itu ia memakai tongkat agar bisa lebih cepat berjalan.

Seokjin tersenyum saat menatap Eommanya yang membelakanginya sambil memotong sebuah wortel.

“Aigo” teriak Eomma.

Perfect Boyfriend✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang