5. Tempat Rahasia

88 10 2
                                    


Varsha melangkah masuk ke dalam Regen High School. Langit berwarna biru muda, matahari menyembul malu-malu di ufuk timur.

Jam tangan Varsha menunjukkan pukul 06:00. Jam pelajaran pertama masih 1 jam lagi.

Setibanya di kelas X MIPA 7 Varsha meletakkan tasnya. Ia mengeluarkan blazer navy dari tas tersebut.

Ia melirik ke bagian tengah, bangku milik Arima sudah ditempati oleh sebuah tas berwarna abu-abu. Arima sudah datang ke sekolah.

Varsha menerka nerka dimanakah kira-kira laki-laki itu berada. Sambil membawa blazer navy dengan kedua tangan, ia pergi menjelajah sekolah.

Niatnya itu baru terlaksana sekarang berhubung tugasnya sangat banyak
meski KBM baru saja berlangsung selama satu pekan. Dan hal itu sangat menyita waktu.

Varsha melewati koridor-koridor yang kosong, ruangan-ruangan yang sepi sampai ia berhenti di Gor. Di dalam gor semi indoor itu terdengar suara memantul, Varsha mengenal betul itu adalah suara bola basket.

Ia masuk ke dalam gor dan mendapati  Arima sedang bermain basket. Laki-laki itu mengenakan pakaian basket berwarna biru dan headband berwarna hitam. Peluh mengaliri wajahnya, ia tampak lihai bermain dengan bola oranye yang senang memantul itu.

Varsha diam memerhatikan, Ari mengangkat tangannya hendak melakukan shoot.

Lemparannya mulus,bola masuk ke dalam ring dan memantul sampai akhirnya menggelinding ke arah pintu masuk gor tempat Varsha berdiri.

"Yaampun gue kira hantu" Ari tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia menghampiri Varsha.

"Ini blazer lo, makasih"

Ari meraih blazer nya. Kemarin ketika mengantarkan Varsha pulang,ia memang meminjamkan blazer miliknya.

"Sama-sama. Kok lo udah dateng?"  Ari mengambil bola basket yang tergeletak tak jauh dari mereka seraya meletakkan benda tersebut ke atas kursi penonton.

Di aula semi indoor Regen High School terdapat kursi-kursi bertipe bench untuk beristirahat atau sekedar menonton.

"Gue mau keliling sekolah"

"Mending temenin gue main basket"

"Gue gabisa"

"Ah bohong"

"Gue ga bohong, gue pergi dulu ya"

"Var main dulu ih sama gue. Lima menit aja"

Varsha yang sudah berbalik kembali menatap Ari, ia mengulurkan tangannya. Ari terkekeh dan melemparkan bola basket ke arah Varsha.

Kejadiannya berlangsung secepat kilat, bola itu menghantam tepat di wajah Varsha.

Gadis itu sontak menutupi wajah menggunakan kedua tangannya namun pandangannya mengabur.

"VAR JANGAN PINGSAN GUE GA SENGAJA, MAAF MAAF, VARSHA BANGUUUN"

Varsha tidak ingat apa-apa, semuanya menjadi gelap.

***

Putih, harum, hangat. Varsha membuka kedua matanya, kini ia tengah berbaring di atas kasur di sebuah ruangan serba putih. Bau obat-obatan yang khas mengusik hidungnya.

Ia mendudukkan tubuh, melihat ke sekeliling. Terdapat kasur-kasur lain, bila dijumlahkan semuanya terdapat 16 kasur.

Kasur kasur itu membentuk letter U, di tengah rangkaian kasur tersebut terletak lemari kaca yang berisi obat obatan, di depan lemari terdapat meja  kayu besar dan sebuah kursi plastik. Beberapa meter ke depan terdapat area yang tingginya berbeda setengah meter, di area tersebut terdapat meja kayu pendek yang memuat buku-buku tebal dan seperangkat komputer, area itu dilapisi karpet berwarna abu abu.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang