22. Nama Saya Arima

46 10 2
                                    


Ari mempercepat larinya. Bunyi nafasnya berlomba-lomba dengan bunyi sepatunya yang menjejak aspal.

Ia tiba dibelakang seorang gadis yang tengah berjalan. Kondisi gadis itu sama dengannya, terengah-engah dan bercucuran keringat.

"Gaboleh jalan! Harus lari!"sahut Ari sambil menarik pony tail Herin.

Yang dijambak berseru berang seraya mencoba menyusul Ari namun berakhir ia kewalahan sendiri dan kembali berjalan.

Ari tengah berada di sebuah lapangan rumput yang sangat luas di kotanya. Di sekeliling lapang rumput itu ada tribun yang terbuat dari semen, di sisi lain ada gymnasium, beberapa undakan tangga lebar untuk menuju ke jalan raya, lapang basket, area skateboarding , dan jalan beraspal yang mengelilingi lapang rumput yang berbentuk bundar.

Jalan beraspal itu memang diperuntukkan untuk seseorang yang ingin menghabiskan waktunya dengan jogging atau jalan santai mengelilingi lapang.

Di tengah lapang terdapat beberapa kelompok yang sedang latihan bela diri juga senam. Lapang basket dan area skateboarding pun dipenuhi orang-orang yang menghabiskan waktu liburan mereka.

Selagi menikmati liburan tengah semester, Ari pergi berolahraga bersama Herin dan Afkar.

Herin dan Afkar ini adalah temannya ketika berada di panti asuhan. Afkar diadopsi ketika berumur 8 tahun sedangkan Herin memilih menetap di panti asuhan.

Ketiganya tetap menjaga komunikasi meski Ari jarang pergi ke panti asuhan atau sekedar bermain bersama mereka.

Maka dari itu disinilah Ari, berlari di sebelah Afkar untuk mengisi absensinya yang sangat minim di antara mereka bertiga.

Afkar bersekolah di Regen High School sama seperti Ari. Bedanya, ia berada di kelas X IPS 1. Sedangkan Herin masih menempuh pendidikan di jenjang SMP.

"Kelas lo menang berapa sertifikat waktu pekan olahraga minggu lalu?"

"1 doang"

"Ahaahhaha cupu. Gue menang 7 sertifikat dong, yang ga didapet cuma futsal. Sialan emang kakak kakak kelas barbar" ujar Afkar sombong sekaligus kesal.

"Buset 7 sertifikat, kelasnya para atlet mah emang beda ya" dengus Ari mengingat kelas Afkar merupakan gudangnya para atlet. Bahkan Giandra Hangi sang juara 1 O2SN bulutangkis tingkat Provinsi ada di kelas Afkar.

"Kalo nih ya ada tanding Taekwondo gue hajar habis habisan tuh kakak kelas blegug" Afkar masih misuh-misuh tentang kakak kelas.

Afkar sendiri merupakan atlet sabuk hitam Dan II Taekwondo. Hati-hati kalau Afkar sudah marah, tendangannya maut.

"Iya iya sabeum"

"Lo jago basket Ri, ikut kejuaraan FIBA noh. Nanti gue nonton, masa lo terus yang nonton gue tanding"

"Ngaco banget"

"Kalau ortu lo bukan Pak Ajun ya, lo bisa aja berkarir di dunia basket"

"Gue bersyukur di adopsi juga Kar"

"Bener sih" Afkar mengangguk setuju.

"Oh ya Kar. Elo... suka kangen ibu kandung lo ngga sih?"

"Suka lah"

"Kalau ada kesempatan ketemu lagi sama ibu lo, mau nggak?"

"Jelas mau..."

"Kapan aja saat lo kangen sama ibu lo?"

Afkar diam, menatap Ari dengan mata memicing. Sejak kapan Ari membahas perkara ibu kandung lebih dulu? Biasanya laki-laki itu sewot bila ia dan Herin mulai bercerita tentang ibu kandung.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang