19. Foto

45 10 5
                                    


Ari mengobrak-abrik sofa di ruang tengah rumahnya. Melemparkan satu persatu bantal sofa ke lantai maupun sofa lain.

Ia kehilangan dasi seragam, kemarin ketika mempersiapkan pesta ulang tahun Varsha ia melepasnya dan melempar benda tersebut.

Sambil sesekali menggerutu pelan, ia berbaring tertelungkup mencoba melihat ke bagian bawah sofa.

Ia melihat sebuah benda yang nampak asing. Ia menjulurkan tangannya dan menarik keluar sebuah dompet berwarna biru.

Ari meneliti benda di tangannya , mencoba mengingat siapa di antara anak X MIPA 7 yang merupakan pemilik dompet tersebut.

Di resleting dompet itu terpasang sebuah gantungan kunci dengan miniatur mini berbentuk botol yoghurt rasa mangga.

Cute

Ia membuka dompet itu. Bukan, bukan untuk melihat atau mengambil uangnya. Tapi untuk mencari identitas si pemilik.

Ari terhenyak ketika melihat satu satunya foto yang dipajang di dalam dompet. Ia menarik keluar foto yang terobek itu dan membalikkannya.

Varsha, 23 September & G

Ia mengamati tulisan rapi itu cukup lama, sampai otaknya menyadari sesuatu.

Buru-buru Ari menarik keluar dompet miliknya sendiri, lantas menarik keluar satu satunya foto yang dipasang di dompetnya.

Foto yang sama usangnya dan sama-sama terobek. Bedanya, foto itu terobek di bagian kiri. Di dalam foto terlihat seorang laki-laki kecil, berumur kisaran 5-6 tahun.

Bagaikan kepingan puzzle yang disatukan, foto yang terobek itu bersatu sempurna dan menciptakan satu kesatuan yang utuh.

Ari kembali terhenyak ketika membalikkan foto tersebut dan mendapati kalimat yang sebelumnya terpotong, kini menjadi suatu kalimat yang padu.

Varsha, 23 September & Gavin, 23 September

Hah? Gavin siapa?

Laki-laki yang lebih muda darinya memasuki ruangan, memegang dasi di tangan kanan dan sedikit potongan roti di tangan kiri.

"Bang ini lo nyariin dasi ya? Kemarin gue simpenin ke atas meja makan sorry"

Justin menyerahkan dasi yang ia pegang. Kakaknya itu mengambil dasinya beserta roti Justin.

"Itu punya gue! Ambil sendiri ah"

"Gak perlu, ayo berangkat aja"

"Ga sarapan dulu sama mama?"

"Gausah. Ayo berangkat"

Ari memakai dasinya, memasukkan roti ke mulut, lantas pergi ke luar rumah.

Ia berjalan untuk membuka gerbang dan akhirnya mengeluarkan motornya dari garasi. Ari duduk di atas motor, sudah lengkap memakai helm dan tinggal menunggu adiknya.

"Udah deh gue males bahas bahas itu lagi"

"Ya gue kan udah minta baik-baik"

"Emang apa sih yang bakal berubah dari gue minta maaf sama dia?!"

"Lo ga pernah merasa bersalah atau gimana gitu?"

"Ngapain gue merasa bersalah"

"Ck,lo itu ya-"

"Apa?! Gue itu apa hah? Males deh kalo lo ngajakin gue berangkat bareng cuma buat nyeramahin gue"

Ari celingak celinguk mencari sumber suara, ia dapat melihat dua orang berjalan di pinggir jalan menuju ke arahnya.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang