Earline : selamat ya, Varsha! Kamu lolos tes tulis OSIS nih. Hari Sabtu nanti kamu ditunggu sama kepengurusan OSIS di gor sekolah jam 6 pagi.
Earline : kita mulai tes wawancara sama tes fisik ya
Earline : selamat dan semangat untuk tes nanti!Varsha memerhatikan layar handphone nya lama. Antara ingin memekik girang dan mengeluh.
Girang karena ia lolos tes tahap pertama OSIS, mengeluh karena... hari sabtu?! Minggu lalu ia sudah mengikuti persiapan LCC.
Kemana waktu liburnya yang berharga?
"Var lo lulus gak?"
Varsha mengangguk, menggerakkan dagunya tanda balik bertanya pada Syakira.
Syakira menunjukkan layar handphone nya, menampilkan pesan yang sama dari Earline.
"Kalau masuk OSIS nanti lu mau ngejabat jadi apa?" Syakira memainkan saus di piring menggunakan garpu, keduanya memang tengah menghabiskan waktu makan siang di kantin.
"Yang pasti gamau jabatan sekretaris atau bendahara"
"Lah kenapa?"
"Gue ikut olim, PMR juga. Sibuk banget pasti"
"Lah lu ikut PMR? Ngapain?"
"Mau numpang tidur. Enak kayanya"
"Sumpah ya lo ga bener banget"
Varsha mengedikkan bahu, mencomot tahu crispy dari piring Syakira.
"Hari ini gue kumpul PMR"
"Hari ini gue pulang ke rumah"
"Lo ga ikut ekskul apa apa gitu?"
"Kan OSIS. Lagian gue udah ada target masuk tim olimpiade Kimia"
"Asli gak?"
Syakira mengangguk antusias, "gue suka Kimia. Tapi... ada saingan berat gue nih"
Varsha menaikkan sebelah alisnya, seseorang muncul di pikirannya.
"Biar gue tebak, saingan lo Echa ya?"
"Lo cenayang?"
Benar tebakkan Varsha. Echa dari dulu memang terkenal cakap dalam pelajaran IPA. Saat SMP dulu, Kimia Fisika dan Biologi masih bercampur menjadi IPA.
Tampaknya bakat Echa lebih menonjol di kimia. Perut Varsha mulas mengingatnya.
"Wah Echa lo dapet seratus lagi?"
Gadis yang selalu berekspresi datar itu kini tersenyum, mengangguk menjawab pertanyaan Sherin.
"Wah, Varsha lo juga dapet seratus ulangan IPAnya?" Nada suara Sherin berubah 180 derajat. Kesinisan tersirat dalam suaranya.
Varsha mengangguk seraya mengambil kertas ulangannya dari atas meja, hendak memasukkan benda tersebut ke dalam tas namun tangan Sherin sudah menyambar kertas itu.
"Pasti gara-gara duduk di sebelah Echa. Ngaku, lo nyontek ya?!" Sherin melambai-lambaikan kertas ulangan Varsha di udara.
"Gue ga nyontek! Gue belajar sendiri!" Varsha membela dirinya.
"Bohong! Echa, dia nyontek sama kamu ya?"
Echa melirik sebentar ke arah Varsha sebelum akhirnya memalingkan muka dan bergumam mengatakan iya.
Sherin tersenyum puas, ia merobek kertas ulangan Varsha seraya meletakkan potongan-potongannya ke atas meja dan kepala Varsha.
"Var? Lo gapapa?" Tanya Syakira menyadari Varsha hanya diam sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Turun
FanfictionArima Keenandra Raviv, ia yang selalu datang namun tak pernah menetap, ia yang selalu pergi tetapi selalu kembali. Arima mengajarkan Varsha tentang hal paling berharga dalam hidup. Begitupun sebaliknya. Bagaimana akhir dari perjalanan mereka di Reg...