24.1 Sosok Lain

39 12 2
                                    


Ari mempercepat langkahnya begitu Varsha malah makin menyerukan namanya.

"ARI" Varsha tiba di sebelah laki-laki itu,membuat Ari terpaksa menampilkan air muka terkejut.

"Oh... pake earphone ya" kata Varsha sambil menatap Ari lekat-lekat.

"Kenapa" tanya Ari seraya melepaskan  satu earphone dari telinganya.

"Ini, bekal makan siang" Varsha menyerahkan paper bag yang sedari tadi ia pegang.

"Eung..." Ari kembali teringat insiden telur keasinan.

"Itu buatan mama! Ga akan keasinan kok" tampak mengerti ekspresi Ari, Varsha buru-buru menepis anggapan bahwa bekalnya merupakan telur keasinan seperti yang pernah ia buat.

Mama?

Mendengar kalimat itu saja Ari kembali merasa pilu. Ia berusaha menampilkan senyuman di wajahnya.

"Makasih..."

"Sama-sama" Varsha tersenyum iseng, menarik earphone yang masih terpasang di telinga Ari hingga lepas "Jangan dengerin lagu mulu! Nanti ada yang manggil gak kedenger"

Tapi nyatanya earphone yang ia kenakan untuk pura pura tidak mendengar Varsha malah terjatuh karena nyatanya tidak ia sambungkan ke handphone.

Ari memerhatikan perubahan ekspresi gadis itu. Dan kembali merasakan pilu.

"Mewah banget" komentar Hikam begitu Ari membuka kotak bekalnya.

Ari sama-sama takjub,kotak bekal itu berisi nasi dengan lauk pauk yang bermacam-macam.

"Mau satuuuu" Hikam mengulurkan tangannya hendak mencomot nugget dari kotak bekal Ari.

Laki-laki itu menarik kotak bekalnya menjauh hingga tangan Hikam hanya menggapai udara kosong.

"Gaboleh"

"Pelit!"

"Ini buatan mama gue"

"Yaelah biasa juga berbagi?"

"Yang ini... spesial" mata Ari berubah sayu.

"Gue cuma minta satu Arima"

"Nggak!" Ucap Ari keras kepala.

Di tengah perdebatan, seseorang menghampiri bangku tempat mereka duduk di kantin.

"Ari dipanggil Mr. Garry" ucap gadis itu.

"Ciee Tari mau ngapel sama Ari ya" goda Hikam.

"Apaan sih Hikam" Tari mendelik ke arah Hikam.

"Mr. Garry nya dimana?"

"Ruang guru laki-laki"

"Oke makasih ya" Ari menutup kotak bekalnya dan memasukkan benda tersebut ke dalam paper bag, sebelum meninggalkan meja kantin ia menatap tajam Hikam.

"Awas kalo dimakan"

"Kalo lo kaya gitu gue malah pengen ngabisin semuanya Ri" dengus Hikam.

***

Ari merapikan bukunya yang berserakan. Ia menumpuk buku tersebut ke dalam satu tumpukan rapi.

Ia melirik ke sebelah kanannya, dimana terdapat meja dan kursi tempat tim olimpiade kimia berlatih.

"Syakira" panggil Ari.

Gadis blasteran itu menoleh, menghentikan kegiatan merapikan bukunya. Syakira mengangkat kedua alisnya.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang