Saat ini siswa gugus 12 tengah berkumpul di kelas X MIPA 7. Tampaknya kelas ini mereka jadikan tempat berkumpul karena tempatnya luas. Kelas yang ditujukan untuk 20 siswa hanya digunakan oleh 10 siswa. Menyisakan area lapang di bagian belakang.Area itu kini dipenuhi berbagai macam alat prakarya. Abay duduk menyandar ke dinding, membaca sebuah buku dengan serius.
Yang lain sibuk mengobrol sambil bekerja. Mereka menulis di buku, mencatat di handphone, dan kembali mengobrol dalam rangka betukar pikiran.
Bima mendatangi Abay yang masih khusyuk dengan bukunya.
"Lo yakin Bay?" Tanya Bima.
"Gue yakin. Gue bisa"
"Itu buku apaan btw?"
"Buku peninggalan ayah gue"
Buku itu memang berupa memo kecil. Bagian dalamnya penuh dengan tulisan rapi dan beberapa diagram serta gambar.
"Ayah lo kerjanya...?"
"Pesulap. Tapi udah meninggal"
"Sorry..."
"Santai aja" Abay menutup bukunya "Nah, ayo kita latihan"
Setelah Abay selesai membaca bukunya latihan dimulai. Musik dinyalakan, sang tokoh utama memasuki panggung. Abay tersenyum, memainkan peran solonya.
Suaranya lantang dan meyakinkan. Gestur yang dibuatnya dibuat sesopan mungkin. Trik dimulai, disini Abay akan melakukan tiga trik.
Teman-teman segugusnya bergantian menjadi volunteer untuk membantu latihan laki-laki itu. Sesudah latihan untuk kesekian kalinya Abay merasa cukup.
Mereka kembali fokus kepada properti yang akan dipakai. Terutama kostum yang akan dipakai Abay nanti.
Di tengah khusyuknya pembuatan kostum, alarm Varsha berbunyi. Gadis itu melihat peringatan dari alarm.
ANGGANGGANGGA
"Nggangganggangga?apa yang ngga?" Tanya Hahi yang ikut melihat ke layar handphone Varsha.
"Ngga usah kepo hi" sewot Varsha, meraih handphone nya dan menyimpan benda persegi tersebut ke dalam saku.
Varsha memakai tasnya dan menghampiri Bima.
"Gue izin,gue ada perlu"
"Baru jam 6 Var"
"Bagi gue udah jam 6" Varsha menekankan kata udah.
Bima tertawa, "yaudah balik sono gausah balik lagi kesini"
Varsha hanya tertawa. Ia pamit kepada teman temannya dan berjalan keluar kelas. Di perjalanan handphone nya berdering, menampilkan panggilan telfon dari kontak bernama Angga.
"Dimana lo?" Suara Angga terdengar begitu telfon tersambung.
"Sekolah"
"Lama amat. Gue jemput deh"
Tawaran itu sangat menggiurkan. Namun...
"Lo diurus gak sih sama ibu lo?"
"Bukan urusan lo kan?"
"Saran gue ya. Kalo lo punya harga diri, jangan suka nebeng sama tetangga lo"
Varsha menggertakan gigi, tangannya mengepal. Suara-suara tawa mulai terdengar di berbagai tempat.
"Bayangin guys,dia nebeng sama tetangganya saking ngga punya uang buat pulang" gadis itu menatap sinis Varsha "dasar gadis melarat"
Sahutan Angga dari sebrang telfon menyadarkan Varsha dari lamunan akan masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Turun
Hayran KurguArima Keenandra Raviv, ia yang selalu datang namun tak pernah menetap, ia yang selalu pergi tetapi selalu kembali. Arima mengajarkan Varsha tentang hal paling berharga dalam hidup. Begitupun sebaliknya. Bagaimana akhir dari perjalanan mereka di Reg...