Akhirnya hari yang dinantikan telah tiba. Semua siswa kelas 10 berbaris di gor sesuai dengan gugus mereka. Waktu menunjukkan pukul 5:42. Anak OSIS berkeliling memeriksa satu persatu gugus. Mengabsen dan memastikan mereka membawa perlengkapan yang diperintahkan.Tas carrier warna-warni menghiasi gor semi indoor tersebut. Dan jangan lupakan celoteh ramai dari ratusan mulut.
Seperti biasa Varsha berdiri di belakang Syakira. Gelang-gelang berwarna warni melingkar di beberapa pergelangan tangan siswa kelas 10.
Leo, anggota OSIS yang bertanggung jawab akan gugus 12 tengah berdiksusi dengan Bima dan Abay.
"Jadi buat pensi nanti kalian udah bawa barang barangnya?" Tanya Leo.
"Udah, kita bagi-bagi tugas dan semuanya bawa barang yang ditugasin buat dia" jawab Bima.
"Terus lo Bay, kalo gagal ga masalah nih?"
"Ini bukan pertama kalinya kak gue nampilin sulap" Abay tersenyum meyakinkan.
"Oke gue percaya sama lo Bay. Nanti kalian naik bus nomor 6, bareng gugus 11"
Setelahnya Leo kembali berkumpul dengan anggota OSIS, mempersiapkan keberangkatan adik kelas mereka.
Varsha termenung, sewaktu SMP dia tidak mengikuti kegiatan camping rutin untuk siswa tahun pertama. Ini pertama kalinya dan ia sudah banyak mendengar cerita tidak enak tentang kegiatan Main Camp ini.
Ada yang bilang mereka akan dijemur di bawah terik matahari pukul 12 siang, ada yang bilang mereka akan dimasukkan ke kolam ikan bila tidak menghabiskan makanan, ada yang bilang mereka akan jurit malam memasuki hutan selama satu jam lamanya, dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat Varsha takut.
Ketika di Main Camp mereka tidak diperkenankan memegang handphone. Handphone akan dititipkan ke guru dan orang tua hanya dapat menghubungi anaknya melalui guru.
Maim Camp ini memiliki susunan panitia guru, anak OSIS, dan PMR. Ketika sampai di Main Camp mereka akan dilatih oleh tentara.
Varsha mengusir semua pikiran buruk yang menghantuinya.
"Gausah takut Var, kaka gue masih hidup kok balik dari sana" Syakira menyadari Varsha diam saja daritadi.
"Kaka lo pernah sekolah disini?"
"Iya, angkatan 67. Dia bilang asal lo nurut ga akan terjadi apa-apa kok"
Varsha mengangguk, perkataan Syakira cukup menenangkan hatinya. Persiapan pun sudah matang, anggota OSIS memimpin tiap gugus untuk pergi ke parkiran sekolah.
Disana sudah berjejer 7 bus. 6 bus untuk 12 gugus, 1 bus untuk guru-guru dan panitia OSIS.
Setelah meletakan carrier nya di bagasi bus Varsha masuk ke dalam bus dan duduk di sebelah Syakira.
Bus melaju membentuk konvoi. Varsha memandang keluar jendela, suasana cerah dan mentari bersinar terang. Setelah dua jam perjalanan, bus tiba di Main Camp.
Kompleks itu sangatlah luas. Rumah-rumah berjejer, pos pos dan bangunan-bangunan yang Varsha tidak tahu untuk apa tersusun rapi. Bus akhirnya berhenti di samping lapang utama.
Para siswa turun satu persatu. Para guru dibantu dengan OSIS kembali mengatur barisan. Kini semua gugus sudah kembali berbaris rapi menghadap podium di lapang utama, carrier di pundak mereka dan topi olahraga Regen High School melindungi mereka dari teriknya matahari.
Mengatur ratusan orang memang memakan waktu sangat lama, sudah pukul 11 siang dan mereka harus bersiap-siap untuk makan siang.
Beberapa tentara menyambut mereka, mengobrol dengan beberapa guru dan anggota OSIS juga PMR. Varsha menoleh ke belakang, beberapa anggota PMR dan dokter tentara tampak siaga dengan tas-tas P3K.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Turun
FanfictionArima Keenandra Raviv, ia yang selalu datang namun tak pernah menetap, ia yang selalu pergi tetapi selalu kembali. Arima mengajarkan Varsha tentang hal paling berharga dalam hidup. Begitupun sebaliknya. Bagaimana akhir dari perjalanan mereka di Reg...