18. Tentang Kepercayaan

67 11 4
                                    


Syakira mengulum bibir, terus memandangi gerbang hitam di depannya.

Ekal yang berdiri di balik pagar hitam menguap lebar, laki-laki itu masih memakai piyama yang berwarna putih loreng hitam. Pakaian itu membuatnya seperti tawanan penjara.

Sudah berkali-kali Syakira omeli untuk berhenti menggunakan piyama itu namun Ekal pasti merengut dan berkata bahwa piyama itu adalah baju kebangsaan bersama 'abang-abangnya'.

"Ngapain kesini?" Tanya Ekal tanpa membuka gerbang sama sekali.

"Mau nyari Arima Keenandra"

"Oalah" Ekal meletakkan tangannya di dada,pura-pura terkejut "Ga nyariin gue ternyata?"

"Lagi ga butuh"

"Oh gitu. Kurang ajar juga ya"

"Bcanda sayang! Udah lah mana si Aridiot"

"Aridiot?"

"Ari idiot"

"Enak aja bilang gue idiot" sebuah suara di belakang Syakira membuat gadis itu terlonjak kaget.

Ari berdiri di belakangnya, mengenakan celana jeans dan atasan piyama yang sama seperti Ekal kenakan.

Laki-laki itu menjinjing kantung kresek berwarna putih, dan di sebelahnya berdiri laki-laki lain yang tidak Syakira kenali.

Laki-laki di sebelah Ari tertawa sambil terus terusan mengucapkan "Aridiot", membuat Ari menjitaknya sebal.

"Anterin gue"

"Kemana? Ngapain? Ini hari minggu ah gue mau tidur lagi"

"Pokonya anterin gue, gue mau minta maaf sama Varsha"

"Ah cupu, sana minta maaf sendiri"

Ari membuka gerbang, mengernyit melihat kedua temannya masih setia menonton percakapannya dan Syakira.

"Minggat sono, Kal, Ron" ucap Ari pedas, membuat kedua temannya mencibir dan melangkahkan kaki ke arah rumah Firman.

Syakira tidak menyerah begitu saja ia menarik hoodie Ari yang baru saja selangkah melewati gerbang.

"Temenin anjir gue grogi parah"

"Dia kan temen lu, ya urusin sama lu Sya"

"Bantuin gue sekali ini aja Ari, temenin gue"

"Gamau ah,gue lagi gamau ketemu Varsha"

"Kenapa? Karena lo takut?"

"Ng-nggak"

"Lo takut bikin dia makin suka sama lo? Kalo gitu bakal gue kasih tau ke Varsha kalo lo sebenernya ga suka sama dia, kalo lo cuma-" ucapan Syakira terhenti ketika Ari membekap mulutnya.

"Tunggu depan, gue ambil motor dulu" Ari melepaskan tangannya dan menghilang.

Beberapa menit berlalu dan Ari sudah siap dengan motornya, Syakira naik ke atas motor. Ia bersyukur Ari sudah melepas piyama konyolnya.

Mereka meluncur ke Adhyas' Tafe sesegera mungkin karena kata Syakira, Varsha sudah menunggu.

Ketika menaiki tangga ke lantai dua, keduanya dapat mendengar jeritan bercampur makian dan umpatan.

Dapat Ari dan Syakira lihat di tengah arena tempur itu ialah Varsha sendiri yang menjadi pusatnya. Bersama gadis yang mereka kenali yaitu Sherin.

Syakira panik sembari memukul-mukul lengan Ari, memerintahkan laki-laki itu untuk melakukan sesuatu.

Ari yang sudah bingung bukan main akhirnya menerobos kerumunan orang yang menonton, melancarkan aksinya menjauhkan Varsha dari perkelahian.

Syakira ikut menerobos masuk, menemukan Sherin yang sedang ditenangkan oleh seorang laki-laki yang tidak dikenalnya.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang