24. Sosok Lain

35 11 1
                                    


Varsha membuka halaman demi halaman buku di depannya. Ia memijat pelipisnya guna meredakan sedikit pusing yang melanda.

Ia menyerah, meletakkan pensil di atas meja tepat di sebelah bukunya.

Buku itu menampilkan grafik dan rumus rumus rumit. Berbarengan dengan deretan soal yang bagaikan deretan semut.

Ingin sekali Varsha mengeluh dan kabur,baru saja hari pertama sekolah di semester kedua ia sudah terdampar di perpustakaan sekolah.

Ia mulai menjalani pelatihan untuk Olimpiade Sains tingkat Kota. Lomba tersebut akan diadakan pertengahan Februari namun sejak awal Januari pun tim olimpiade sudah diperintahkan untuk belajar.

Pelatihan dimulai pukul 13:00 yang berarti ia harus melewatkan banyak mata pelajaran. Membuat tugasnya semakin menggunung.

Kesembilan tim olimpiade berlatih di perpustakaan. Untung saja perpustakaan yang dimiliki Regen High School sangatlah luas sehingga bisa menampung anggota tim yang terbilang banyak.

Di sebuah meja panjang dan besar, di dekat area buku ensiklopedia sains, tim olimpiade matematika berkumpul.

Semuanya menunduk mengerjakan soal dari buku panduan secara mandiri. Beberapa meter ke arah barat dapat terlihat anggota tim olimpiade Fisika.

Sisanya Varsha tidak dapat mengetahui berlatih dimana.

Varsha menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi dan melirik sesama rekan timnya.

Di depannya duduk Tio dan di sebelah kanannya duduk Selin.

Pikiran Varsha melayang,menjauh dari soal-soal matematika di bukunya.

"Ari!" Sahut Varsha.

Gadis itu mempercepat larinya.

"Arima!" Panggil Varsha lagi.

Laki-laki yang tengah mengenakan blazer navy itu tidak menoleh, tampak tidak terusik dengan panggilan Varsha.

"ARI" Varsha berseru lebih keras begitu tiba di sebelah Ari.

Ari menoleh, memasang ekspresi terkejut begitu melihat Varsha.

"Oh... pake earphone ya" kata Varsha menyadari benda berwarna putih tengah menyumpal organ pendengaran laki-laki itu.

"Kenapa" tanya Ari seraya melepaskan  satu earphone dari telinganya.

"Ini, bekal makan siang" Varsha menyerahkan paper bag yang sedari tadi ia pegang.

"Eung..." Ari tampak sangsi kala menerima paper bag dari Varsha.

"Itu buatan mama! Ga akan keasinan kok" tampak mengerti ekspresi Ari, Varsha buru-buru menepis anggapan bahwa bekalnya merupakan telur keasinan seperti yang pernah ia buat.

Yang membuat Varsha bingung, ekspresi Ari malah bertambah keruh. Namun laki-laki itu segera tersadar dan memaksakan senyuman muncul di wajahnya.

"Makasih..."

"Sama-sama" Varsha tersenyum iseng, menarik earphone yang masih terpasang di telinga Ari hingga lepas "Jangan dengerin lagu mulu! Nanti ada yang manggil gak kedenger"

Detik berikutnya terdengar bunyi benda ringan terjatuh ke atas aspal.

Varsha menunduk, menyadari bahwa earphone Ari terjatuh begitu saja.

Tunggu....

Kenapa earphone nya jatuh?

Varsha menggigit bibir mengingat kejadian tadi pagi yang berlangsung di depan gerbang sekolah.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang