8. Permintaan Maaf

58 11 1
                                    


Kini Main Camp sudah memasuki hari kedua. Para siswa sudah selesai melaksanakan Outbond dan sudah beristirahat selama 30 menit. Kini mereka dikumpulkan di sebuah lapangan. Mendengarkan materi dari salah seorang tentara bernama Derris.

Saat ini sudah pukul 20:00. Langit senja dan angin segar digantikan oleh langit gelap dan angin yang dinginnya menusuk tulang.

Varsha tidak memberikan atensi penuh pada pelatih di depan. Ia yang duduk di barisan belakang sibuk membersihkan cat merah di sepatunya.

Sejak insiden ketumpahan cat ini Varsha tidak berbincang lagi dengan Ari. Kegiatan mereka memang sangat padat dan waktu bebas hanya diberi beberapa menit.

Kemarin malam saat gugus 1 menampilkan puisi, Ari yang juga terlibat tersenyum kepada Varsha yang saat itu duduk di barisan paling depan. Tapi karena gadis itu masih marah, ia memalingkan muka.

Sepatunya yang baru saja dicuci bersih jadi ternoda. Tidak masalah bila hanya beberapa tetes namun bila hingga semuanya telumuri bagaimana Varsha tidak marah. Ia bukan artis korea yang bila mengenakan sepatu yang warnanya berbeda sebelah akan tampak bagus.

"Yaudah lah Var, jangan disedihin terus. Nanti juga sepatu lo berlumur lumpur" Hahi yang sedang menoleh ke belakang kebetulan menyadari Varsha sedang menatap sepatunya sendu.

"Tau darimana bakal dilumurin lumpur?"

"Ya habis pensi ini kan bakal jurit malem. Banyak lumpur di jalurnya"

"Jurit malemnya beneran ke hutan?"

"Kata Marva nih ya, udah lewat hutan bakal ke kuburan, ngelewatin pematang sawah, terus ke kebun singkong, baru sampe ke lapang tembak. Disana bakal api unggun"

"Hah? Marva Ruzain?"

"Marva Avio. Kaka gue"

Obrolan Hahi dan Varsha terhenti oleh tepukan di bahu Varsha.

Pelakunya, Leo, berkata "habis ini giliran kalian, kalian tampil ke tujuh kan?"

Urutan tampil memang tidak sesuai gugus sehingga gugus 12 mendapat giliran ketujuh.

"Iya kak"

"Cepetan siap-siap, materi udah mau selesai"

Akhirnya Varsha, Ina, Abay, dan Bima pergi ke tenda laki-laki nomor 6 atas seizin pelatih. Disana Abay akan berganti pakaian dan didandani.

"Jangan liat kesini. Sono ke arah lain" perintah Abay ketika mereka tiba di tenda.

Bima, Varsha, dan Ina pun berdiri memunggungi tenda. Ketika akhirnya Abay sudah memakai kostumnya ia diberi sedikit riasan oleh Varsha dan Ina.

 Ketika akhirnya Abay sudah memakai kostumnya ia diberi sedikit riasan oleh Varsha dan Ina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cakep kan gue?" Abay berkata percaya diri.

Varsha dan Ina diam saja, tidak menyangkal ucapan laki-laki itu. Mereka siap dengan satu paper bag berisi peralatan sulap dan pakaian olahraga Abay untuk ganti nanti.

Ketika Hujan TurunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang