Dengan tenaga yang tersisa Kinan mengarahkan revolvernya ke arah musuh namun sebelum dia menyelesaikannya. Terdengar lebih dulu suara tembakan bersahutan. Kinan menutup mata dan pasrah karena merasa tembakan itu di arahkan kepadanya.
Namun, bukan t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hallo, Apa kabar? Kunjungi kisah baru ku ya.. cek di bio... 😊😊
Blipp
Lampu mendadak mati, di sertai hujan yang kembali turun dengan lebat. Asma refleks memilin rok abu kebangsaannya dengan kencang, memang dari dulu Asma sangat takut dengan kegelapan.
"Mi?, jangan bercanda!. Mi! Loe di mana?"
Peluh mulai membasahi wajahnya, dia meraba raba saku baju untuk menemukan ponsel namun sayangnya tidak ada.
'Ya ampuun'
Klek
Pintu terbuka, ada cahaya senter dari arah pintu. Tanpa pikir panjang Asma langsung berlari ke arah pintu dan memeluk orang yang di hadapannya.
"Mi gue takut, awas ya loe nanti gue hukum!. Ga lucu tau. Hiks hiks" Asma memeluk Emi
Hmm, sejak kapan badan Emi tinggi dan keras. Aroma tubuh yang mirip seperti Arjun memasuki indra penciumannya.
'Dia bukan Emilia?'
Sedikit demi sedikit Asma mendongkakan wajah untuk melihat siapa yang berada di hadapannya. Sedangkan orang yang di peluknya diam tak bergeming.
"Ka, Kak Ar Jun?" Asma melepaskan pelukan dan mundur beberapa langkah ke belakang.
"Asmarani?"
"Maaf kak, ga sengaja!" Asma memilin bajunya dengan gelisah.
'Emi awasss!!! Yaaa!!!' Gumamnya di dalam hati
"Ga papa santai aja, emang anak bandel itu suka jail. Maafin dia ya, kalo kita ga ngemaklum kasian dia ga ada temennya" Arjun menutup pintu melewati Asma dan duduk di kasur.
"Sini duduk Ma, Emi keluar sebentar. Katanya mau ke toko, kamu takut gelap kan?"
"Eh, iya. Eh ga papa ko ka aku ke kamar Emi aja. Maaf mengganggu" Asma melangkahkan kakinya keluar kamar, namun sebelum lengannya membuka handle pintu Arjun lebih dulu menarik tangannya dan menariknya ke kursi.